PELAKITA.ID – Sebagai luaran perguruan tinggi, harusnya kita sesekali merenung untuk melihat sejauh mana kita melangkah, apa kontribusi kita pada perubahan yang ada, apa kontribusi kita untuk organisasi atau almamater.
Pada kesempatan apa kita bisa membuat orang, atau warga tersenyum. Di wilayah manapun kita berada, cobalah untuk merefleksikan siapa kita dan apa yang bisa diberikan untuk orang lain, untuk organisasi.
Demikian pandangan Muhammad Fahri (47), alumni Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) Unhas angkatan 93 yang kini berdomisili di Jayapura, Papua.
Fahri berpengalaman dalam bidang jasa konstruksi, dari desain hingga pengerjaan. Dari laut, pesisir hingga pegunungan Papua dan saat ini menangani beberapa pekerjaan konstruksi bersama tidak kurang 20 orang karyawan atau tenaga lapangan.
“Saya masih di lokasi pekerjaan ini, daerah Nimbotong arah ke Kabupaten Sarmi, Papua. Tiba-tiba tadi pagi ke lapangan untuk mengecek persiapan PHO serah terima pertama pekerjaan,” katanya kepada Pelakita.ID, 27/11/2020.
“Saya baru selesai Jum’atan di Kampung Transmigrasi, sekalian makan siang. Nanti lanjut lagi naik mobil ke Jayapura,” sebutnya.
Pembaca sekalian, organisasi alumni Ikatan Sarjana Kelautan (USLA) Unhas akan menggelar bincang alumni dan dunia usaha Kelautan, esok tanggal 27 November 2020.
Relevan dengan itu, Pelakita.ID mewawancarai pria yang telah kurang lebih 20 tahun bergerak di usaha jasa konsultan dan konstruksi di Papua.
Apa kriteria atau syarat menjadi pekerja konstruksi?
Dunia usaha dalam bidang jasa konstruksi baik kontraktor, konsultan perencana, konsultan pengawasan, dibutuhkan integritas dan komitmen yang tinggi.
Saya kira di bidang usaha lain juga seperti itu. Selain itu, pasti jangan mudah menyerah, tetap berusaha walaupun itu berat. Dan selalu jangan lupa selalu dimulai dengan doa dan bersyukur apapun itu hasilnya..
Pastikan memperbanyak teman jejaring dan memelihara hubungan orang perorang, dan lembaga, agar tetap langgeng sepanjang waktu.
Makanya dibutuhkan komitmen tinggi dalam memenuhi atau melaksanakan semua yang sudah dibicarakan baik secara tertulis kontrak maupun tidak tertulis, seperti menepati janji kesepakatan jadwal.
Sebagai pekerja kontraktor atau jasa konsultan konstruksi, alumni apa saja yang dipekerjakan?
Banyak mengelola SDM dari berbagai usia dan disiplin ilmu. Ilmu sipil, ilmu arsitektur, ilmu ekonomi, ilmu-ilmu lingkungan.
Di antaranya mulai dari angkatan 86 sipil Unhas, dan tim nya, termasuk dosen Teknik UNCEN.
Bisa disebutkan asal kampus dari karyawan atau tenaga yang ada?
Sampai sekarang tenaga ahli anyg masih sering kami gunakan dari lulusan sarjana teknik sipil dari Unhas, UII Jogja, UMI, UKIP, Uncen dan ISTJ Jayapura.
Alumni kelautan sangat kurang yang bisa terjun di bidang itu, baik sebagai tenaga ahli maupun sebagai pengelola proyek atau kegiatan.
Ke depan, perlu dibekali para mahasiswa sebelum keluar, pendidikan atau keterampilan dalam pengambilan data atau sampel seperti dasar pengukuran dengan theodolite.
Ini sangat berguna bila mau jadi surveyor, baik di darat maupun di pantai atau laut, apalagi sekarang bisa langsung ditetapkan dalam GIS.
Ada masukan untuk ISLA atau ISKINDO?
Saran buat ISLA bahkan Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO), sekiranya diusahakan bisa bergabung dalam asosiasi sertifikasi kompetensi seperti LPJK, BNSP atau apa lagi yang sejenis. Ayolah, anak-anak kelautan atau alumni Kelautan bergabunglah dengan organisasi sertifikasi keahlian.
Untuk apa?
Kenapa, agar alumni bisa mendapatkan pelatihan dan sertifikat tenaga ahli dalam bidang kelautan atau yang sejenis sehingga bisa dipergunakan dalam menjadi tenaga ahli dalam suatu proyek pemerintah khususnya.
Hal demikian selalu menjadi syarat, ada SKA Sertifikat Keahlian. bidang/keahliannya ini yang perlu dirumuskan oleh ISLA ataupun ISKINDO. Kasihan alumni yang banyak menganggur, tidak bisa terserap semua sebagai Aparatur Sipil Negara.
Editor: K. Azis