Oleh Marc
Biodiversity Shorts
PELAKITA.ID – Hari itu seharusnya sederhana: pengamatan burung di pesisir Ekuador. Namun sebelum kano menyusuri akar-akar mangrove, ada satu topik yang terasa perlu disampaikan—sebuah praktik yang jarang dibicarakan di balik industri udang global: eyestalk ablation.
Demikian Marc membuka videonya yang luar biasa.
Dia melanjutkan. Bayangkan sebuah ember besar berisi udang hidup. Satu per satu diambil, lalu salah satu atau kedua tangkai matanya dihilangkan.
Eyestalk ablation adalah praktik penghilangan tangkai mata pada induk udang betina untuk merangsang produksi telur di penangkaran. Tidak sepenuhnya dipahami mengapa metode ini bekerja, namun secara empiris terbukti meningkatkan jumlah telur yang dihasilkan.
Metode ini memiliki berbagai variasi, masing-masing dengan risiko infeksi, stres, bahkan kematian pada udang. Di banyak tempat di dunia, cara termurah masih dilakukan secara manual—mengandalkan tenaga kerja murah.
Praktik ini menjadi pintu masuk untuk memahami relasi kompleks antara produksi pangan laut dan dampaknya terhadap alam.
Menyusuri Mangrove Cojimíes
Dari sana, perjalanan berlanjut ke pesisir dekat kota Cojimíes, Ekuador. Saya menginap di Coco Solo, sebuah tempat yang mengorganisir tur ekowisata. Bersama Ricardo, pemandu yang mengemudikan kano, kami menyusuri sistem mangrove pasang surut yang kaya kehidupan.
Seekor Great Egret tampak anggun berdiri di perairan dangkal. Ia bisa jadi migran dari Amerika Serikat yang menghabiskan musim dingin di Ekuador, atau mungkin penduduk tetap wilayah ini. Whimbrel, burung migran lain yang berkembang biak di wilayah sub-Arktik, juga terlihat.
Saya beruntung dapat mengamati Little Blue Heron, burung pemalu yang sulit didekati, serta beberapa Cormorant yang tampak tidak terusik oleh kehadiran kami. Dengan kano bergerak perlahan dan sunyi, kami bisa mendekat lebih dari yang saya perkirakan—meski tanpa lensa panjang dan semua rekaman dilakukan secara handheld.
Salah satu momen paling berkesan adalah saat melihat Rufous-necked Wood-Rail, burung langka yang habitatnya semakin terdesak akibat kerusakan lingkungan. Bahkan pemandu saya tampak sangat gembira melihatnya. Burung ini pernah memicu kehebohan komunitas pengamat burung di Amerika Serikat ketika terpantau hingga New Mexico setelah badai besar.
Di hamparan lumpur, sandpipers berlarian sambil terus makan, bahkan saat menjauh dari kano. Yellowlegs terlihat lebih agresif, seolah mencoba mengusir kami.
Ada pula Grey Plover, salah satu migran jarak jauh ekstrem yang berkembang biak di pesisir utara Alaska, Rusia, dan Kanada, serta Dowitchers yang menusukkan paruh panjangnya ke lumpur untuk mencari invertebrata.
Saya juga menyaksikan Yellow-crowned Night Heron menangkap ikan kecil—momen langka dari burung yang dahulu daging dadanya dianggap makanan lezat di Louisiana, sebelum akhirnya dilindungi secara hukum. Burung ini sangat menawan, dengan jambul indah yang sayangnya tidak tertangkap jelas dalam rekaman. Saya berharap mereka tidak diburu di Ekuador.
Kehidupan di Akar Mangrove
Bukan hanya burung yang hidup di sini. Di akar-akar mangrove, berbagai moluska menempel, disertai teritip yang memenuhi bagian bawah akar.
Sebagian akar tertutup lapisan hitam berlendir—saya tidak sepenuhnya yakin penyebabnya. Apakah ini tanda sistem yang sehat atau sebaliknya, sulit untuk dipastikan.
Kami juga menjumpai berbagai kepiting, termasuk kepiting pertapa yang menggunakan cangkang bekas, serta kepiting bercapit merah yang mencolok berlarian di antara dahan.
Tambak Udang dan Mangrove yang Terdesak
Di sinilah cerita kembali pada udang. Sebuah bendungan tambak udang terlihat jelas. Ketika tampilan diperluas melalui citra satelit, tampak bahwa kawasan ini nyaris seluruhnya dipenuhi kolam-kolam tambak. Mangrove—medan alami yang ideal untuk tambak skala besar—telah banyak dikonversi, tidak hanya di Ekuador, tetapi di berbagai belahan dunia.
Ironisnya, sisa mangrove yang masih bertahan di sini kemungkinan besar tetap berdiri karena fungsinya melindungi tambak dari hempasan pasang.
Tanpa mangrove, air laut berpotensi menggerus dan menghancurkan tambak itu sendiri.
Ekuador memang memiliki Cagar Ekologi Manglares Churute, tetapi dari citra satelit terlihat jelas kawasan ini dikepung tambak udang dari segala sisi.
Padahal, mangrove adalah habitat pembiakan penting bagi ikan-ikan lokal maupun spesies laut lepas, sekaligus benteng alami terhadap tsunami dan abrasi.
Refleksi di Balik Sepiring Udang
Pengalaman singkat ini menyisakan pertanyaan besar. Udang yang kita konsumsi bukan sekadar komoditas di piring makan. Ia membawa jejak praktik budidaya, pilihan teknologi, dan konsekuensi ekologis yang panjang.
Saya berharap, lain kali ketika Anda membeli udang, Anda akan sejenak memikirkan dari mana ia berasal—dan apa dampaknya terhadap mangrove, burung migran, kepiting, ikan, dan seluruh jaringan kehidupan pesisir.
Inilah Biodiversity Shorts. Terima kasih telah menyimak. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=ZlGFKkixuy4
Editor Denun
