Prof Amran Razak | In Memoriam: Sohib Sufri Laude

  • Whatsapp
Sufri Laude (dok: Istimewa)

PELAKITA.ID – Sufri Laude—almarhum, angkatan 1977 Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin—adalah kawan seperjalanan yang menyertai hidup saya dalam rentang waktu yang panjang dan bermakna.

Perjalanan itu bermula sejak 1977, terutama dalam dinamika Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar, tempat kami ditempa oleh kegelisahan yang sama tentang iman, ilmu, dan tanggung jawab sosial.

Semasa mahasiswa, saya kerap bertandang ke rumahnya di bilangan Rappo Kalling. Di sanalah kami belajar bersama—membaca, berdiskusi, mempersiapkan ujian semester—dengan kesungguhan khas anak muda yang percaya bahwa gagasan dapat mengubah keadaan.

Bersama Hamid Paddu, Iqbal Lantanro, M. Yasin Kara, Zulkarnain Munji, dan beberapa teman kuliah lainnya, kami juga sering menghabiskan waktu mengerjakan tugas dan menghadapi ujian di rumah Iqbal Lantanro. Ruang-ruang sederhana itu menjadi saksi lahirnya persahabatan, kerja keras, dan kepercayaan satu sama lain.

Awal tahun 1980-an adalah masa-masa terindah dalam ingatan. Bersama Armayah, seusai salat subuh di Masjid Raya Makassar, kami kerap menyempatkan diri mampir ke Biara Romo-Romo.

Dalam keheningan dan perjumpaan lintas iman itu, saya melihat kejernihan batin Sufri Laude: keyakinan yang kuat namun tidak sempit, iman yang teguh tetapi penuh penghormatan pada kemanusiaan.

Pergulatan kami tidak berhenti di bangku kuliah. Perjalanan terpanjang kami justru berlangsung dalam proses kaderisasi HMI Cabang Makassar—sebuah tempaan watak dan pandangan hidup. Berpijak pada spirit Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP), almarhum menjalani perannya sebagai kader umat dan kader bangsa dengan kesabaran serta keteguhan.

Ia kemudian menaruh perhatian besar pada masyarakat pulau dan pesisir melalui Lembaga Pengkajian Pedesaan Pantai dan Masyarakat (LP3M) Makassar, sebuah inisiatif yang juga dirintis oleh almarhumah Prof. Kustiah Kristanto dan Marwah Daud. Jika perbincangan telah menyentuh soal kaum marginal, waktu seolah berhenti.

Di Masjid Bukit Baruga, diskusi kami sering berlangsung lama, bahkan di sela-sela waktu salat. Almarhum dikenal luas di kalangan NGO sebagai sosok yang konsisten, disegani, dan gigih membela mereka yang terpinggirkan.

Dari semangat itulah kami bersama mendirikan Kelompok Studi Pembangunan (KSP) di Jurusan Studi Pembangunan/Ekonomi Umum FE Unhas—sebuah ruang kecil untuk merawat nalar kritis dan keberpihakan pada keadilan sosial.

Sufri Laude tak pernah kehabisan gagasan. Dari pemberdayaan masyarakat hingga tatanan bernegara, ia selalu meyakini bahwa pembangunan harus berangkat dari bawah, berpijak pada nilai, dan berorientasi pada martabat manusia.

Diskusinya tenang, tidak menggurui, tetapi bernas. Ia memilih keteladanan, bukan sorotan.

Tahun 2013, sepulang saya dari pengembaraan di Jakarta, kami kembali sering berjumpa di Masjid Raya Bukit Baruga. Sejak awal, ia menjadi pengurus inti majelis masjid—bekerja dalam diam dan penuh kesetiaan.

Bahkan bertahun-tahun sebelumnya, ia telah mengajak saya menjadi narasumber dalam kegiatan Kepemimpinan Remaja Masjid Bukit Baruga, sebuah ajakan sederhana yang mencerminkan keyakinannya bahwa masjid adalah pusat pembinaan generasi dan nilai.

Dan semalam, saat makan malam bersama Hamid Paddu dan Iqbal Lantanro, kami sama sekali tidak menyangka bahwa Sufri Laude telah berpulang. Kenangan terasa begitu dekat, seolah ia masih ada di antara kami. Kabar kepergiannya datang belakangan, menyadarkan kami bahwa waktu kerap berjalan lebih cepat dari perkiraan.

Kini Sufri Laude telah tiada. Namun jejak hidupnya tak pernah benar-benar hilang. Ia tinggal dalam persahabatan yang jujur, dalam gagasan yang terus hidup, dan dalam kerja-kerja sunyi yang ia lakukan tanpa pamrih.

“Manusia adalah makhluk Tuhan yang bertanggung jawab atas dirinya, masyarakat, dan sejarahnya.”
(Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI)

Selamat jalan, sohibku.

Semoga Allah SWT menerima seluruh amal baktimu, mengampuni khilafmu, dan menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya.
Perjalananmu telah selesai, tetapi amanah dan teladanmu akan terus kami jaga dan kenang.

Editor Denun