Kak Sufri, Guru LSM dan Pembangunan Maritim

  • Whatsapp
Sufri Laude (dok: Hamzah Barrang Caddi)

Meski lebih banyak tinggal di Taka Bonerate antara tahun 1996 hingga 2000, saya beruntung sekali dapat endorse dari Kak Sufri untuk ikut menyusun proposal pelestarian terumbu karang COREMAP I, diajari bagaiana menyusun dan memahami Logical Framework, ZOPP Jerman hingga Perencanaan Strategis Organisasi.

PELAKITA.ID – Setelah salat subuh yang terlambat, saya meraih gawai dan mulai membuka pesan-pesan yang masuk. Dari sekian notifikasi, satu grup paling ramai—WAG FIK Ornop Sulsel.

Pesan-pesan beruntun muncul, sebagian singkat, sebagian penuh ungkapan duka, seolah membawa kabar yang sama namun terasa berat untuk diterima. “Innalillahi wa innailaihi rojiun. Kak Sufri telah berpulang ke rahmatullah.” Tulis Kak Nina.

Di antara deretan pesan itu, nama Kak Nina muncul. Dengan kalimat sederhana namun menghentak, ia mengabarkan bahwa suaminya, Kanda Sufri Laude, telah berpulang pada dini hari, pukul 03.00 WITA. Tidak ada diksi berlebihan, tapi justru kesederhanaan itulah yang membuat kabar ini terasa begitu sunyi dan dalam, datang dari seorang istri yang kehilangan.

Pagi yang seharusnya dimulai dengan rutinitas biasa seketika berubah. Waktu seperti melambat, ruang terasa menyempit, dan hati dipaksa menerima kenyataan bahwa satu sosok yang akrab dalam ingatan, percakapan, dan perjuangan bersama, kini telah lebih dulu pergi.

Saya tidak persis momen terakhir bersua kak Sufri, jika tak keliru di acara resepsi anak H. Burhan Mananring, di kawasan Tamalanrea, atau bisa jadi di Pinrang Investment Forum beberapa waktu silam.  Tapi interaksi atau membaca pesan kak Sufri sering penulis alami di WAG FIK Ornop itu.

Kak Sufri acap berbagi berita, link dan juga merespon sejumlah kolega termasuk penulis. Terakhir tentang berita meninggalnya Gayatri Reksodihardjo-Lilley, mitra kerja ketika LP3M pertama kali di awal tahun 90-an bekerja di Taka Bonerate bersama World Wide Fund.

”Sosok yang baik.” Kurang lebih begitu respon kak Sufri saat mengabarkan berita meninggalnya Gayatri.

Gayatri adalah periset Taka Bonerate di awal tahun 90-an yang kemudian bersisian pekerjaan dengan tim LP3M Ujung Pandang kala itu.

Di Taka Bonerate itu pula, tepatnya tahun 1995, penulis bertemu dengan Sufri Laude di beranda rumah Pak Coang dan Ibu Saenab, di Pulau Rajuni Kecil.

”Nanti kalau selesai bisa ikut proyek COREMAP. Ini proyek besar dan butuh Sarjana Kelautan,” kurang lebih begitu informasi Kak Sufri.

Informasi itu memotivasi tim Translokasi Kima yang terdiri dari mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan, termasuk penulis dan Andi Nurjaya Nurdin. Kami kemudian bergabung di LP3M, awal Februasi 1996 tidak lama setelah wisuda Desember 1995.

Begitulah kisah kedekatan kami, hingga saya dan Andi Jaya berkantor di Jalan Urip Sumohardjo depan Kantor Gubernur Sulsel.

Di sana bisa bertemu dan mendapat panduan dari sejumlah mentor HMI di masanya, ada Syansuri Ismail, Ono Mulyono, Pahir Halim, Syamsul Alam Hamid, Kak Nina, Kak Iviet Ekasari, hingga ada nama Ramli Malik.

Bersama LP3M, kami seperti berlayar di lautan teduh proyek-proyek pesisir dan laut. Anteng dapat proyek dan bisa mengerjakan sejumlah proyek yang memang berbasis maritim. Mulai dari COREMAP, CEP Kesehatan, Canada Fund hingga Proyek Desalinasi dan Sea Ranching di Kapoposang.

Saat itu, Indonesia sedang bergairah melaksanakan program pemberdayaan masyarakat pesisir, dan LP3M adalah LSM yang eksis pertama yang secara spesifik menempatkan kata ’pantai’ di namanya, Lembaga Pengkajian Perdesaan, Pantai dan Masyarakat. Keren bukan?

Ke mana-mana saya selalu bilang ke kolega dan jejaring, ada perpaduan yang efektif di LP3M. kak Sufri, sebagai alumi Ilmu Ekonomi (Studi Pembangunan) Unhas paham betul bagaimana menyusun program, membangun jejaring dan merawat sumber daya organisasi.

Sementara sosok seperti Pahir Halim, alumni FH Unhas, konsisten pada advokasi lingkungan pesisir dan laut, kak Alam Hamid pada penguatan kapasitas, melalui training dan manajemen kelompok.

Di LP3M ini penulis berkenalan nama-nama yang belakangan eksis sebagai sosok yang concern isu-isu pembangunan daerah seperti Muliadi Saleh hingga Prof Darmawan Salman hingga Prof Imam Mujahidin Fahmid. Semua bermula dari Kak Sufri yang memang punya jejaring luar biasa.

Meski lebih banyak tinggal di Taka Bonerate antara tahun 1996 hingga 2000, saya beruntung sekali dapat endorse dari Kak Sufri untuk ikut menyusun proposal pelestarian terumbu karang COREMAP I, diajari bagaiana menyusun dan memahami Logical Framework, ZOPP Jerman hingga Perencanaan Strategis Organisasi.

Meski sering di-coaching kak Sufri di kantor LP3M Urip, Hertasning dan Bungaya, tidak sedikit pula direkomendasikan ikut kegiatan penting dan bernuansa masa depan, TOT yang digelar oleh LML – UNICEF, pelatihan di Filed Manager di Jakarta hingga menjadi bagian dari proyek CEP JICA untuk bidang kesehatan di pulau-pulau Sulawesi Selatan.

Setelah penulis berkelana ke sejumlah program, di Selayar, Luwu Raya, Jakarta hingga Aceh Nias, kerinduan untuk bertemu kawan-kawan eks LP3M Ujung Pandang tetap hidup, kami buat WAG Makassar Spirit untuk jejaring alumni LP3M dan perwakilan masyarakat dampingan Taka Bonerate.

Dalam lima tahun terkahir seperti disebutkan sebelumnya, interaksi langsung dengan Kak Sufri terbatas kecuali membaca pesan-pesannya di WAG FIK Ornop itu.

Bagi penulis, Kak Sufri adalah Guru LSM bagi kami di jejaring Maritim Unhas, tidak bisa dipungkiri, berdirinya LSM Maritim seperti YKL Indonesia hingga Lembaga Maritim Nusantara adalah karena keteladanan beliau dalam membangun pesisir dan pulau-pulau.

Kak Sufri adalah perencana program yang baik serta penganjur bagi adik-adiknya untuk terus mengasah diri demi membangun pesisir dan laut Indonesia. Beliau adalah guru LSM bagi Indonesia, bagi kita semua.

Kak Sufri Laude adalah guru yang baik untuk kami yang menyukai perjalanan di pesisir dan pulau-pulau. Dia menuntun untuk berjejaring, punya kapasitas dan konsisten di jalur pilihan sebagai beliau – hingga akhir hayatnya tetap sebagai pekerja LSM.

Selamat Jalan Sufri Laude, Guru LSM Indonesia.

___
Kamaruddin Azis, Sorowako, 23 Desember 2025