Jumardi Lanta | Belajar Konsisten dan Berintegritas dari Kak Sufri Laude

  • Whatsapp
Sufri Laude (dok: Hamzah/Pelakita.ID)
  • Meski sangat senior di dunia NGO, relasi Kak Sufri dengan para yunior berlangsung egaliter. Tidak ada jarak. Setiap pertanyaan atau konsultasi selalu ia jawab dengan senang hati, berlandaskan pengetahuan dan pengalaman panjangnya di dunia pemberdayaan masyarakat.
  • Salah satu perjumpaan yang paling membekas terjadi pada November 2023, saat kami diminta mendampingi Tim Penyusun PERDA Pertanian Organik Kabupaten Luwu Timur.

PELAKITA.ID – Pagi tadi, tepat pukul 08.00 WITA, saya mendapat pertanyaan dari Denun (Kamaruddin Azis). Kebetulan kami sama-sama menginap di Jalan Sumatera 3, Pontada, Sorowako—tempat Tim COMMIT Foundation berdomisili selama mendampingi Program PPM PT Vale Indonesia.

“Sudah dengar kabar tentang Kak Sufri Laude?” tanyanya.

Belum sempat saya menjawab, Denun langsung menyampaikan kabar duka: Kak Sufri wafat subuh tadi. Saya terdiam, hanya mampu mengucap Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Al-Fatihah untuk Kak Sufri. Sambil melafalkan doa, ingatan saya melayang pada perjumpaan-perjumpaan dengannya. Tak lama, berbagai grup WhatsApp dan Facebook dipenuhi ucapan duka. Itu menjadi penanda betapa banyak orang mencintainya dan merasa kehilangan atas kepergiannya.

Ingatan pertama saya tentang Kak Sufri bermula saat berkunjung ke kantor LP3M di Jalan Urip Sumoharjo.

Saat itu saya diajak bertemu Kak Sumardi Lasise dan berkenalan dengan para senior NGO seperti Kak Pahir Halim, Kak Syamsu Alam Hamid, Prof. Saefuddin Saleh, termasuk Kak Sufri sendiri yang kala itu menjabat Direktur LP3M.

Aktivitas lembaga ini sejak dulu memang padat, terutama dalam program pemberdayaan masyarakat pesisir dan laut.

LP3M beberapa kali berpindah kantor—dari Hertasning hingga Kumala—dan hampir semuanya pernah saya datangi untuk rapat, diskusi, atau sekadar mengantar surat di masa surat-menyurat masih manual.

Dari situ saya mengenal banyak sahabat LP3M: Kak Hermanto Azis, Sudirman, Sari, Aminullah, dan Kak Muliadi Saleh, yang pernah satu tim bersama saya di Program P2KP KMW VII hingga PNPM Mandiri Perkotaan.

Interaksi kami semakin intens saat Lembaga Mitra Lingkungan (LML) berkantor di Jalan Hertasning V, yang juga menjadi Sekretariat FIK LSM Sulawesi Selatan. Kak Sufri, sebagai salah satu pengurus FIK, kerap datang berdiskusi.

Ia kritis, lugas, dengan gaya bicara datar namun sarat keberpihakan kepada masyarakat.

Kolaborasi antar-lembaga—LP3M, Yasindo, Yalbindo, dan LML—pernah terjalin dalam pengelolaan program COREMAP dan JICA CEP, meski dengan wilayah kerja berbeda. LP3M fokus pada pesisir dan pulau-pulau, sementara LML di wilayah pegunungan dan dataran rendah.

Meski sangat senior di dunia NGO, relasi Kak Sufri dengan para yunior berlangsung egaliter. Tidak ada jarak. Setiap pertanyaan atau konsultasi selalu ia jawab dengan senang hati, berlandaskan pengetahuan dan pengalaman panjangnya di dunia pemberdayaan masyarakat.

Salah satu perjumpaan yang paling membekas terjadi pada November 2023, saat kami diminta mendampingi Tim Penyusun PERDA Pertanian Organik Kabupaten Luwu Timur.

Tim melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Soppeng, daerah yang lebih dulu memiliki PERDA Pertanian Organik—sebuah kebijakan yang lahir dari proses advokasi panjang Kak Sufri bersama kelompok tani binaannya di kawasan Bulu Dua.

Usai rangkaian kunjungan, saya menghubungi Kak Sufri untuk berkonsultasi. Jawabannya singkat, “Datangmi di rumah.”

Tanpa menunda, saya langsung menuju kediamannya. Di ruang kerjanya yang sedang direnovasi, kami berdiskusi panjang tentang latar belakang lahirnya PERDA, kebijakan pertanian dari level lokal hingga global, serta perjuangannya mendorong pertanian organik sebagai bentuk perlawanan terhadap cengkeraman kapitalisme global melalui pupuk dan pestisida kimia.

Pesannya sangat jelas: pendampingan petani tidak boleh berhenti pada praktik budidaya, tetapi harus memastikan perlindungan dan posisi tawar petani.

Produk organik, katanya, harus dihargai lebih tinggi karena kualitasnya lebih baik, menyehatkan manusia, dan berkontribusi mengurangi polutan yang merusak lingkungan global.

Sebelum saya pamit, Kak Sufri kembali menegaskan bahwa gagasan ini harus terus digulirkan. Negara, menurutnya, wajib hadir melindungi rakyat dari dominasi kapitalisme. Saya mengiyakan, berjanji menjaga komitmen itu.

Selamat jalan, Kak Sufri. Engkau bukan hanya senior, tetapi guru dan teladan tentang konsistensi dan integritas—berpihak pada peningkatan harkat dan martabat masyarakat hingga akhir hayat.

Semoga Allah Swt menerima seluruh amal ibadahmu dan mengampuni dosa-dosamu.

Al-Fatihah.

*)
Jumardi Lanta,
Program Manager the COMMIT Foundation