Indonesia, Negara Maritim dengan Sejarah Panjang Kapal dan Industri Pelayaran

  • Whatsapp
KM Kelud (dok: Istimewa)

PELAKITA.ID – Indonesia kerap dijuluki sebagai negara maritim. Julukan ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dimuat Kompas.com, luas wilayah Indonesia mencapai sekitar 5,193,250 km², terdiri dari 1,919,440 km² daratan dan 3,273,810 km² lautan.

Sementara itu, menurut United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, luas laut Indonesia mencapai 3,257,357 km².

Dengan luas laut yang jauh lebih besar dibanding daratan, sangat wajar jika moda transportasi laut memegang peran penting dalam konektivitas antarpulau di Nusantara.

Sejak ratusan tahun lalu, laut telah menjadi urat nadi pergerakan manusia dan perdagangan di Nusantara. Bahkan pada masa lampau, masyarakat Jawa pernah menciptakan kapal terbesar pada masanya—kapal Jung, sebuah mahakarya teknologi maritim Nusantara.

Kejayaan Jung Jawa: Kapal Raksasa Nusantara yang Mendunia

Tak banyak yang mengetahui bahwa berabad-abad silam masyarakat Jawa pernah membuat kapal laut raksasa bernama Jung, yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti perahu besar.

Kapal ini digunakan sejak abad ke-10 dan menjadi alat transportasi andalan untuk perdagangan jarak jauh maupun kepentingan militer.

Catatan pelaut Portugis Gaspar Correia pada abad ke-16 menggambarkan Jung sebagai kapal raksasa yang tidak mempan ditembus meriam. Dengan konstruksi empat lapis papan, hanya dua lapis yang mampu ditembus tembakan meriam terbesar kala itu. Ketangguhan Jung menjadikannya termasyhur di jalur pelayaran dunia.

Kapal ini juga pernah digunakan oleh Kerajaan Majapahit sebagai kapal angkut militer sebelum kemudian dipakai sebagai kapal dagang utama Nusantara.

Meski kini tinggal sejarah, keberadaan Jung adalah bukti kuat bahwa Indonesia memiliki tradisi panjang teknologi perkapalan yang diakui dunia.

Industri Kapal Modern: Dari Pelni hingga Feri Mewah

Di era modern, industri transportasi laut Indonesia terus berkembang. Kapal menjadi pilihan sebagian masyarakat karena biaya yang lebih terjangkau dibanding pesawat, meski durasi perjalanan lebih lama. Peningkatan fasilitas dan keamanan juga membuat kapal semakin nyaman.

PT Pelni sebagai BUMN memegang peran penting dalam layanan transportasi laut. Beberapa kapal Pelni yang populer dan memiliki kapasitas besar di antaranya:

  • KM Labobar – kapasitas 3.084 penumpang, melayani rute Surabaya–Jayapura.

  • KM Dorolonda – daya tampung 2.130 penumpang, menghubungkan Kijang – Jakarta – Surabaya – Ternate.

  • KM Bukit Siguntang – menampung 2.003 penumpang, beroperasi di rute Makassar – Tarakan – Kupang.

  • KM Lambelu, KM Ciremai, KM Dobonsolo, KM Kelud, KM Sinabung, dan KM Tidar – masing-masing melayani rute panjang dari Jawa hingga Papua.

Setiap kapal memiliki kelas 1 hingga ekonomi, dengan fasilitas tempat tidur, hiburan, hingga area ibadah.

Kapal Feri Mewah yang Kian Diminati

Selain kapal Pelni, kapal feri juga menjadi pilihan utama perjalanan antarpulau.

Beberapa kapal feri memiliki fasilitas setara hotel berbintang:

  • KM Dharma Kencana 7 (Surabaya–Makassar): lobi megah, kamar VIP, area bermain, mini market, ruang hiburan.

  • KMP Portlink 2 & Portlink 3 (Merak–Bakauheni): interior mewah, bioskop mini, ruang bermain anak, lounge elegan.

  • KMP Batu Mandi: fasilitas tempat tidur, sofa nyaman, AC, dan layanan gratis bagi penumpang.

  • KMP Kirana 7 (Benoa–NTB): ruang VIP, sofa mewah, musala, hingga fasilitas disabilitas.

  • KMP Legundi (Surabaya–Lombok), KMP Bamega Jaya, dan KMP Sultan Murhum 2 juga menjadi kapal-kapal feri yang terkenal akan kenyamanan serta desain interior modern.

Kehadiran kapal-kapal ini menunjukkan bahwa standar layanan transportasi laut Indonesia terus meningkat.

Para Pengusaha Besar di Balik Industri Pelayaran Indonesia

Industri pelayaran bukan hanya moda transportasi, tetapi juga sektor bisnis strategis yang terus berkembang. Sejumlah pengusaha besar Indonesia aktif berinvestasi di industri ini:

  • Bani Maulana Mulia – Direktur Utama PT Samudra Indonesia Tbk; perusahaan logistik dan pelayaran besar yang didirikan oleh Sudarpo Sastrosatomo.

  • Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) – pemilik mayoritas PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk, perusahaan dengan armada 82 kapal termasuk kapal LNG raksasa.

  • Hadi Surya (Wang Jinki) – pemilik PT Berlian Laju Tanker Tbk, salah satu perusahaan tanker terbesar di Asia.

  • Karmelita Hartoto – Direktur Utama PT Andika Lines, perusahaan pelayaran niaga batubara dan minyak.

  • Charles Menaro – pemilik PT Meratus Line, perusahaan pelayaran container yang berdiri sejak 1957.

  • Harto Kusumo – Komisaris Utama PT Temas Tbk, perusahaan pengangkut peti kemas pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia.

  • Halim Yusuf – Presiden Komisaris PT Buana Lintas Lautan (BULL), perusahaan tanker minyak dan gas terbesar di Indonesia.

Peran BUMN: Tulang Punggung Transportasi Laut Nasional

Selain sektor swasta, Indonesia memiliki tiga BUMN pelayaran yang sangat strategis:

  • PT Pelni, fokus pada angkutan penumpang dan barang antarpulau.

  • PT Pelayaran Bahtera Adhiguna, mengangkut batubara untuk PLTU dan industri energi.

  • PT ASDP Indonesia Ferry, pengelola penyeberangan Merak–Bakauheni, Ketapang–Gilimanuk, dan berbagai rute vital lainnya.

Perusahaan-perusahaan ini memberi kontribusi signifikan terhadap mobilitas masyarakat dan perekonomian nasional.

Sejarah panjang pelayaran Nusantara—dari kejayaan kapal Jung hingga geliat industri kapal modern dan kapal feri mewah—membuktikan bahwa maritim adalah identitas kuat bangsa Indonesia.

Laut bukan sekadar ruang pemisah pulau, melainkan pemersatu, penggerak ekonomi, serta saksi perjalanan sejarah bangsa.

Dengan kapasitas besar, layanan yang semakin baik, serta dukungan pengusaha dan BUMN pelayaran, masa depan industri maritim Indonesia semakin menjanjikan.

___

Tulisan ini dibuat dalam rangka menyambut Hari Nusantara pada 13 November 2025