PELAKITA.ID – Mustamin Raga, Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gowa menjadi pembicara pada diskusi lingkungan yang digelar di Ruang Perpustakaan Umum Gowa, Senin, 1 Desember 2025.
Forum ini secara spesifik mengangkat tema penting mengenai “Peran Anak Muda dalam Mengatasi Isu Iklim Lokal,” menegaskan bahwa generasi muda merupakan aktor kunci dalam menghadapi tantangan lingkungan di tingkat daerah.
Mustamin yang juga penulis buku Dalam Pelukan Kabut ini membuka pidatonya dengan menyebut bahwa isu lingkungan kini bukan lagi topik yang jauh dan abstrak, melainkan ancaman nyata yang telah memasuki ruang-ruang privat kehidupan.
“Perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan; ancaman itu telah tiba. Ia tidak lagi sekadar isu global, melainkan isu lokal yang telah bersarang di dapur, halaman, dan sungai-sungai kita,” ucap alumni Sastra Inggris Unhas angkatan 88 ini.
Dikatakan pria yang akrab disapa Tomy Arga ini, Gowa di ujung tanduk, di mana ancaman ekologis terjadi di tanah sejuk Malino.
Menurut Mustamin, Kabupaten Gowa, tanah yang dulu dikenal sejuk dan hijau, kini berdiri di persimpangan kritis.
Di satu sisi, ambisi pembangunan bergerak cepat; di sisi lain, lanskap ekologisnya kian rapuh, menciptakan tarik-menarik yang keras.

Dia memaparkan bahwa gejala perubahan iklim muncul paling cepat di tingkat lokal, di desa-desa dan sawah-sawah.
Di Gowa, kata Mustamin, gejala ini termanifestasi dalam empat bentuk utama: Hujan ekstrem dan anomali cuaca yang menggantikan pola musim tradisional dengan ketidakpastian; penurunan kualitas dan kuantitas air di mana debit sungai menurun dan sedimentasi meningkat, membuat Sungai Jeneberang yang ikonik menjadi keruh dan mudah “mengamuk”.
Peningkatan suhu mikro kawasan yang menghilangkan kesejukan legendaris Malino akibat penurunan tutupan hutan dan ekspansi villa; serta ketidakpastian musim pertanian yang membuat petani tak lagi bisa mengandalkan pengetahuan turun-temurun. Inilah wajah nyata krisis yang datang tanpa mengetuk pintu.
Degradasi Hulu dan Seruan Aksi Heroik
Krisis iklim ini diperparah oleh kerusakan lingkungan yang sudah terjadi, dengan degradasi paling nyata di tiga titik penting.
Pertama, hulu yang terdegradasi—jantung ekologi Gowa—rusak akibat konversi lahan tanpa kendali, pembangunan komersial, dan praktik ladang berpindah, mengakibatkan erosi dan potensi longsor. Kerusakan ini langsung menyumbat Bendungan Bili-Bili.
Kedua, Sungai Jeneberang yang rentan, menanggung beban berat sedimentasi, pencemaran domestik, dan tekanan debit ekstrem.
Ketiga, pariwisata yang tidak terkendali di dataran tinggi, terutama di Malino, yang mengubah kawasan ekologis sensitif menjadi area komersial tanpa kajian konservasi memadai.
Kesejukan Malino telah terancam hilang, dan jika Malino rusak, seluruh Gowa akan merasakan akibatnya.
Menutup pidatonya, Mustamin menyerukan sebuah aksi heroik, merumuskan tiga pendekatan kunci sebagai pemicu diskusi dan tindakan bagi generasi muda: Edukasi untuk membangun kesadaran, Advokasi untuk mendorong kebijakan yang pro-lingkungan, dan Supervisi (pengawasan) terhadap implementasi di lapangan.
Bagi kita semua, terutama warga Gowa, ini adalah panggilan bagi generasi muda untuk tidak lagi pura-pura tuli, melainkan mengambil peran sesuai proporsi untuk menyelamatkan Tanah Gowa.
Tentang Dialog Lingkungan: Peran Anak Muda Mengatasi Isu Iklim Lokal
Dialog Lingkungan adalah sebuah acara diskusi yang diselenggarakan oleh S.I.P.A.K.A.R.A.J.A (Sinergi Pelajar Kreatif Ramah Lingkungan dan Bijaksana) sebagai bagian dari rangkaian kegiatan “Green Innovation Week.”
Forum ini secara spesifik mengangkat tema penting mengenai “Peran Anak Muda dalam Mengatasi Isu Iklim Lokal,” menegaskan bahwa generasi muda merupakan aktor kunci dalam menghadapi tantangan lingkungan di tingkat daerah.
Kegiatan ini berlangsung pada Senin, 01 Desember 2025, pukul 15.30 WITA, bertempat di Perpustakaan Daerah Gowa.
Tema yang dipilih menunjukkan fokus penyelenggara untuk menginspirasi partisipasi aktif kaum muda dalam mencari solusi inovatif terhadap perubahan iklim yang terjadi di lingkungan sekitar.

Acara ini menghadirkan dua figur utama yang akan berbagi perspektif dari sudut pandang birokrasi dan kepemudaan.
Sesi akan dibuka dengan Keynote Speaker oleh Drs. Mustarmin Raga, M.Si, yang menjabat sebagai Sekretaris Dinas Perpustakaan & Kearsipan Gowa. Perspektif dari generasi muda diwakili oleh Muhammad Fauzi, yang merupakan Peserta GLI Batch 5 sekaligus Duta Lingkungan Hidup Kabupaten Gowa 2024.
Penyelenggaraan Dialog Lingkungan ini menunjukkan kolaborasi multi-pihak yang kuat, dengan dukungan dari berbagai mitra organisasi lingkungan dan akademisi seperti Institut Hijau Indonesia, WALHI, KNTI, HuMa, dan CDB, menekankan keseriusan dalam mengedukasi dan mendorong aksi nyata di tingkat lokal.
Penulis Denun
