Tidak Ada yang Sia-Sia, Nasehat Rumi tentang Kehidupan dan Takdir

  • Whatsapp
Ilustrasi (dok: https://ar.inspiredpencil.com/)

PELAKITA.ID – Jalaluddin Rumi, penyair sufi besar abad ke-13, dalam karya agungnya Masnavi-i Ma’navi, berulang kali mengingatkan kita bahwa kehidupan bukanlah rangkaian peristiwa acak tanpa makna.

Bahkan yang tampak sepele, menyakitkan, atau penuh luka, menurut Rumi, tetap menyimpan tujuan yang dalam. Ia menulis: “Try not to resist life’s changes. Even your smallest pains are seeds. Nothing in this existence is wasted. Every wound is a passage toward the Beloved.” (Masnavi-i Ma’navi, terjemahan Nicholson, 1926)

Kutipan ini mengandung pesan sederhana namun revolusioner: jangan menolak perubahan, sebab bahkan rasa sakit terkecil sekalipun adalah benih yang tumbuh menuju sesuatu yang lebih besar.

Luka-luka yang kita alami, pada akhirnya, adalah jalan yang mengantarkan kita kepada Sang Kekasih—Tuhan.

Dalam bait lain, Rumi memperjelas metaforanya dengan perumpamaan pohon: “Be like a tree and let the dead leaves drop, for nothing in the garden of God is wasted.”

Seperti pohon yang merelakan daun-daun kering gugur agar memberi ruang bagi tunas baru, manusia pun diajak untuk melepaskan masa lalu, kehilangan, dan kesedihan.

Bagi Rumi, tidak ada yang benar-benar hilang. Segala yang tampak gugur hanya bertransformasi menjadi bagian dari kebun besar ciptaan Tuhan.

Hikmah di Balik Luka dan Kehilangan

Pemikiran Rumi ini menuntun kita pada pandangan spiritual bahwa tidak ada yang sia-sia dalam dunia.

Setiap pengalaman, entah itu kegembiraan atau kepedihan, merupakan proses penyucian jiwa. Rumi tidak melihat penderitaan sebagai kesia-siaan, melainkan sebagai bagian dari pendidikan batin. Luka adalah pintu. Kehilangan adalah guru.

Di balik penderitaan, ada pelajaran tentang sabar dan tawakal. Di balik kegembiraan, ada pelajaran tentang syukur.

Setiap momen adalah undangan untuk mendekat kepada Sang Pencipta. Inilah yang membuat ajaran Rumi tetap relevan hingga kini, melampaui sekat waktu dan budaya.

Di tengah dunia modern yang serba cepat, kita sering terjebak pada pikiran pragmatis: apa gunanya pengalaman tertentu jika tidak memberi hasil instan? Rumi justru mengingatkan bahwa nilai kehidupan tidak selalu bisa diukur dengan hasil konkret.

Ada makna tersembunyi dalam setiap kegagalan, penolakan, bahkan dalam rasa sepi.

Bagi mereka yang tengah bergulat dengan kehilangan, pesan Rumi adalah penawar: tidak ada yang terbuang percuma. Air mata kita menjadi sungai yang mengalirkan jiwa menuju pemahaman baru. Rasa sakit kita menjadi benih kebijaksanaan.

Jalan Pulang kepada Sang Kekasih

Jika kita merangkum pemikiran Rumi, maka bisa ditulis begini: “Bagi Rumi, tidak ada yang sia-sia dalam dunia; bahkan luka dan kehilangan adalah benih yang menuntun jiwa pulang kepada Sang Kekasih.”

Pesan ini bukan sekadar penghiburan, melainkan ajakan untuk mengubah cara pandang. H

idup, dengan segala suka dan dukanya, adalah perjalanan yang penuh makna. Setiap peristiwa adalah bagian dari orkestra kosmik yang mengantar kita kembali ke asal: cinta dan persatuan dengan Tuhan.