PELAKITA.ID – Mengenakan gaun ungu kombinasi putih, perempuan itu duduk takzim di kursi minialis di sudut Wisma Kalla lantai 1.
Penghujung Maret 2024, puluhan orang dengan raut wajah sepantaran, berkumpul di sisi meja yang di atasnya ada kurma, bakwan dan kue-kue basah.
Perempuan itu membagikan senyum ke tetamu yang datang. Bersalaman, sesekali cipika-cipiki.
Dia Fatimah Kalla.
Penulis duduk di belakangnya dengan berbatas dinding kaca, jaid masih bisa melihat pergerakan di bilik sebelah.
Petang itu, sejumlah alumni SMA Negeri I Makassar angkatan 81 sedang menggelar Buka Puasa Bersama di Wisma Kalla.
Anak bungsu dari Athirah dan Haji Kalla itu nampak anggun, berkharisma dan merefleksikan jiwa rendah hatinya.
Suasana bising tetamu yang silih berganti melintas di depannya tak membuatnya beringsut atau meninggalkan ruangan itu.
Dua pekan kemudian, penulis bertemu lagi di kediaman Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto.
Fatimah datang dengan gaun warna merah bata.
Kali ini, kesan pada pertemuan sebelumnya mencuat lagi setelah melihat penampilannya dengan gaun merah darah. Terpancar aura keramahan di balik sorot matanya yang tajam.
Penulis sempat berpikir sebelumnya kalau dia tidak datang di Halal bi Halal yang digelar pengurus IKA Smansa Makassar di kediaman Wali Kota Danny Pomanto di Jalan Amirullah itu.
“Terima kasihi kepada Ibu Dewan Pakar IKA Smansa 81, Ima Kalla,” kata Danny kepada Fatimah yang duduk di sayap kanan ruang HBH.
Ima, begitu sapannya, duduk bersama sejumlah kolega seangkatannya. Nampak pula Prof Aminuddin Ilmar dan istrinya.
Pada Halal Bi Halal Smansa 81 tahun lalu, saat menjadi tuan rumah di Wisma Kalla, Fatimah sempat menyampaikan pesan inspiratif. Penulis masih ingat.
“Kita harus terus kompak sebagai alumni Smansa 81, jangan terpecah belah karena kepenitngan politik,” kata dia saat itu.
Saya kira dia adalah sosok yang humble, dia bisa hadir bersama’alumni biasa’ meski orang tahu siapa keluarga Kalla yang hebat dan kayak raya, atau siapa Fatimah, sosok yang sukses sebagai bagian pengendali pada sejumlah proyek-proyek prestisius Kalla Gorup pasca JK.
Tidak banyak perempuan di usia yang sudah lebih 60 tahun itu aktif atau ikut berlama-lama dengan teman sekolah demi sebuah reunian.
Tidak banyak perempuan dengan kondisi fisik yang sudah melemah mau lama-lama berdiri di depan pangung bahkan rela berdansa.
Ima Kalla adalah pengecualian. Perempuan yang merupakan Sarjana Farmasi itu berkharisma, nampak wibawa.
Sorot matanya yang tajam, menjadi gambaran bahwa sesungguhnya dia adalah sosok yang rendah hati dan kuat.
Penulis menyaksikan bagaiana dia berdansa bersama sejumlah pengurus IKA Smansa 81 di kediaman Wali Kota Makassar, Danny Pomanto.
Danny melantunkan ‘Qisas, qisas…qisas’, sementara Ima, Anis Anwar Makkatutu, Andi Laksmiwaty hingga Ahmad Habib koleganya ikut berdansa.
Tidak keliru jika sahabatnya Ahmad Habib yang juga sekretaris IKA Smansa 81 menyebut Fatimah sebagai sosok peduli.
“Ibu Ima sederhana dan jiwa sosialnya tinggi, peduli ke teman-temannya,” kata Ahmad.
Denun, Tamarunang, 20/4/2024