Kolom Rusman Madjulekka: Sisi lain Andi Iwan

  • Whatsapp
Andi Iwan Darmawan Aras (dok: Berita Buana)

DPRD Makassar

Rusman Madjulekka, penulis lepas, menuliskan pengalamannya menilik ruang dalam kediaman anggota DPR RI dari Dapil 2 Sulawesi Selatan, Andi Iwan Darmawan Aras di Jakarta. Apa yang diperolehnya? Mari simak tulisan berikut yang dibagikan untuk ‘sosodara’ pembaca Pelakita.ID.

PELAKITA.ID – LEPAS magrib pada suatu waktu, Andi Iwan tampak santai. Barkaos hitam polos, celana pendek.

Penampilan casual, jauh dari label pejabat publik yang kerap disematkan kepada para legislator atau anggota DPR-RI.

Read More

“Beginilah sehari-hari di rumah…..,” sambutnya ramah saat kami bertandang ke rumahnya di kompleks perumahan para wakil rakyat di Kalibata, Jakarta Selatan.

Hanya selemparan batu dari stasiun kereta komuter Duren Kalibata. “Kami” yang dimaksud adalah saya dan Awaluddin, seorang insinyur kelautan mantan aktivis mahasiswa Unhas Makassar.

Andi Iwan menyapa dan mengajak kami berbincang. Topiknya ringan dan diselingi canda.

Tak ada kesan formal. Tak ada bicara politik. Kami diajak duduk di sofa yang berada di ruangan tengah. Ukurannya tak begitu luas. Namun cukup untuk ngobrol dengan jumlah terbatas.

Kalau mau ganti suasana, ia menawarkan bisa sekali melangkah tembus ke ruang tamu yang ukurannya lebih kecil.

Rasanya sama rumah pada umumnya. Tak ada yang istimewa. Hanya ada foto keluarga, pernik hiasan dinding dan beberapa perabot rumah tangga  pada umumnya.

Di depan sofa, ada televisi flat yang berukuran jumbo. Istrinya lagi ke Makassar. Sedangkan anak cowok semata wayangnya berada di kamarnya di lantai dua.

Bergeser sedikit, tanpa diduga, mata kami disergap  pemandangan lain disalah satu sudut ruangan.Terlihat satu gitar akustik berdiri di atas stand yang tertata rapi di depan kursi sofa. Tak jauh dari tv tadi. Merknya Yamaha. Lengkap dengan peralatan audio disebelahnya.

Kami coba menebak. Saling berpandangan. Mungkin milik anaknya? Atau anggota keluarganya yang lain.

Melihat penempatan dan posisi gitar itu, sepertinya alat musik ini punya tempat khusus dalam diri pemiliknya.

Tak berselang lama, Andi Iwan muncul dari bagian dapur menenteng bungkusan cemilan dan berjalan seolah menjawab rasa penasaran kami. “Itu punya saya,” ujarnya menunjuk ke arah gitar tersebut.

Sebenarnya ini bukan pertama kali bagi saya ke rumahnya. Sebelumnya sudah pernah. Namun saat itu waktunya singkat. Tak sempat memperhatikan secara detil. Luput melihat gitar.

Bermusik Jalanan

Selama ini orang mengenal Andi Iwan seorang pengusaha yang kemudian menjadi politisi.

Di luar aktivitas dan pekerjaan rutinnya di dunia politik, sesungguhnya Andi Iwan memiliki sisi lain yang belum banyak diketahui.

Pria kelahiran Makassar 26 Juni 1976 ini sejak lama hobi bermain alat musik gitar.

Diakui olehnya ketertarikan dengan dunia musik terjadi tanpa sengaja ketika dirinya  masih di SMA 2 Makassar. Seperti mengalir saja. Beberapa band tanah air kala itu telah menjadi idola masa remajanya.

Dulu sekitar umur 17 tahun Andi Iwan mulai tertarik dengan musik. Pertama hanya dengar-dengar lagu dari kaset.

“Dari situ mulai tumbuh rasa, kayaknya seru juga nih kalau bisa ikut terlibat bermain,” kisahnya.

Pelan-pelan Andi Iwan remaja mulai belajar chord gitar secara otodidak. Ia mengenang masa ketika dirinya sebagai musisi jalanan. Karena bermain musik dengan teman-temannya di pinggir jalan dekat Pantai Losari yang terkenal tempat nongkrong favorit anak muda kota Makassar jaman  tahun 90-an hingga era 2000-an.

Bahkan ia sempat memiliki grup band sendiri di sekolahnya dulu. Seiring berjalannya waktu, setelah lulus kemudian melanjutkan kuliah, terus kesibukan masing-masing kawannya, maka grup band itu bubar dengan sendiri.

Selepas dari bangku sekolah, Andi Iwan sempat ingin mendalami hobinya ini lebih serius dengan berniat mengambil studi khusus musik. Namun berdasarkan pertimbangan orangtuanya, akhirnya rencana tersebut tidak pernah kesampaian.

“Orang tua dukung sebatas hobi. Tapi untuk masa depan waktu itu orang tua lebih mengarahkan pilihan pada bisnis dan ekonomi. Akhirnya masuk Fakultas Ekonomi di Unhas. Jadi musiknya hobi saja,” ujarnya.

Petik dan Olah

Hingga kini meski sudah masuk ke dunia politik, Andi Iwan tak pernah meninggalkan hobi lamanya di musik.

Dirinya mengaku masih sekali-kali menyempatkan waktu memetik gitar akustiknya dan mempelajari chord lagu dari musisi-musisi idolanya.

Selain main gitar, Andi Iwan juga menyimpan bakat “olah vocal” yang mumpuni. Karena kemampuannya tersebut, dalam berbagai kesempatan, dia sering didaulat melantungkan lagu dengan suaranya yang sebening petikan gitarnya.

“Kadang setiap habis pidato, diminta nyanyi pula, hehe.”

Terkadang berhadapan dengan hiruk pikuk rutinitas tak jarang memaksa seseorang mencari waktu sejenak untuk melepaskan kepenatan.

Apa pun itu profesinya. Tak terkecuali bagi seorang Andi Iwan, anggota DPR-RI dua periode dapil Sulsel-2 dari Partai Gerindra. Itu nama panggilannya. Nama lengkapnya Andi Iwan Darmawan Aras atau biasa disingkat AIA. Ayahnya mantan pamong senior di Pemda Sulsel masa orde baru.

Usut punya usut, keberadaan alat musik petik tersebut belakangan diketahui menjadi ‘pelarian’ orang nomor satu di KADIN dan DPD Partai Gerindra Sulawesi Selatan ini atas padatnya pekerjaan dan aktivitas politik yang biasa dijalaninya.

“Yah paling main (gitar). Dua tiga lagu. Ngisi waktu luang, paling beberapa menit, lalu kerja lagi. Saya hanya mencoba menghibur diri.”

Namun demikian, pengusaha yang kini menyemplungkan diri di dunia politik ini menuturkan bahwa hobinya bermusik dengan memainkan gitar itu tidak sampai turun kepada putranya, ataupun hingga mengusik kenyamanan sang istri.

“Kalau lagi suntuk malam hari yah…saya petik gitar sajalah. Makanya istri saya lebih senang kalau lagi di rumah, saya itu hanya genggam gitar, dari pada saya keluar tanpa tujuan. Karena kelihatan langsung sama dia dan nggak jauh,” ujarnya tersenyum.

Andi Iwan juga bercerita kalau kesukaannya pada musik itu menurun pada anaknya.

“Anak saya kini pun gandrung musik, suka main gitar,” tutupnya.

 

Penulis: Rusman Madjulekka

Editor: K. Azis

Related posts