Dengan PTNBH, orientasi kampus negeri itu ya ke komersil. Mungkin ini salah satu akar masalahnya.
Mappabali, Ketua IKA Unhas Samarinda
PELAKITA.ID – Bagi Ketua IKA Unhas Samarinda, Mappabali, S.H, persoalan tawuran berlangsung sejak lama di Unhas dan realitas itu menjadi tantangan bahwa Unhas untuk menangani dengan cermat. Faktor senioritas harus ditunjukkan dengan bijak dan memberdayakan.
Sosok yang akrab disapa Apli itu adalah alumni Fakultas Hukum angkatan 1995 dan mengaku rampung kuliah setelah 6 tahun meski demikian dia pun pernah menjadi Ketua Senat FH Unhas.
“Mahasiwwa tawuran di Unhas kini, tidak ada bedanya dengan zaman kita dulu, ada tawuran juga,” ujar ketua senat FH periode 1998-1999.
“Kita juga melakukan tawuran, tidak ada yang baru,” jawabnya saat ditanya moderator Kamaruddin Azis terkait situasi masa mahasiswanya dan aksi tawuran.
Meski demikian, dia menyebut bahwa tiada maksud bahwa masanya lebih baik sebab tantangan dulu dan sekarang berbeda. “Yang jadi problem, senior masih mau bernostalgia,” ucapnya atas peran senior dan dampaknya pada aksi tawuran. Dia menilai ada komunikasi yang keliru di situ.
“Menurut saya gitu, ini sekarang adik-adik menghadapi tantangan berbeda, ada disrupsi, kita sekarang ada di sistem PTNBH,” ucapnya.
“Dengan PTNBH, orientasi kampus negeri itu ya ke komersil. Mungkin ini salah satu akar masalahnya,” tambahnya.
Dengan PTNBH, lanjut Apil, maka ada dua yang dilakukan Unhas saat ini, internal dan eksternal.
“Bahwa universitas itu dipaksa mencari pendanaan sebesar-besarnya untuk menghidupi kampus,” katanya seraya menyebut jumlah mahasiswa yang diterima Unhas dulu dan sekarang.
“Saat ini dengan 800 orang mahasiswa itu luar biasa penerimaannya, padahal dengan dosen yang sama sampai 18 orang saja,” ungkapnya. Maksud dia, penambahan mahasiswa dan kapasitas tenaga pengajar tersedia bisa menjadi persoalan.
Sehingga, poin Apil adalah dengan kondisi itu akan berpengaruh pada pola pendidikan di kampus.
Menurut dia, meski Unhas PTNHB dengan oerientasi mencari uang namun kualitas pendidikan harusnya tetap terjaga.
“Sehingga bsia menghasilkan alumni dan berkapasitas, apa namanya, terkadang teriak di muara, contohnya. Di Samrinda, kadang ada saya agak kewalahan menerima alumni kita ketika selesia kuliah dan mencari pekerjaan,” lanjutnya.
“Karena pada akhirnya dia menjadi beban, adik-adik dengan kapasitas seadanya,” nilaianya.
Dia mengandaikan Unhas sebagai penghasil luaran dengan kapasitas seperti itu harus dibenahi dengan membuka ruang seluas mungkin untuk dapat meningkatkan kapasitas.
Dia menyebut saat ini meski dia bergelar Sarjana Hukum namun setelah menjadi pengusaha dia merasa perlu kapasitas tambahan. Dia menyebut kompetensi berkaitan ilmu emotional quotient sebagai tambahan. Hemat dia, di organisasi kampus, di organisasi intra dan ekstra situasi ini tidak hidup.
Dia menyebut adanya kesan bahwa mahasiswa dipaksa cepat selesai adalah juga persoalan.
“Menurut saya, karena dipaksa untuk cepat selesai sehingga kapaistas anak-anak itu belum memdasi, bagamana cepat selesai, padahal kapasitas mereka, skill, vokasi, malah tidak terjadi,” lanjutnya.
“Yang terjadi itu kan, apa namanya, alumni kita keluar malah dia pusing dengan kapasitas apa yang dia punyai,” ujarnya.
Kegiatan intra dan ekstra yang efektif bagi Apli akan bisa mengurangi potensi tawuran.
Unhas barometer dan perlu bahas konsep bernegara
Dia juga menyampaikan bahwa saat ini Unhas adalah barometer Indonesia Timur.”Jadi saya berharap dengan terpilih Porf JJ sebagai Rektor kita harus mulai menjadi Unhas sebagai pioneer untuk memikirkan apa yang harus dilakukan ke depan,” katanya.
Pada beberapa kesempatan, Apli sudah sering melontarkan gagasan agar tata kelola pemerintahan, tata kelola sumber daya alam, hingga urusan tambang harus berjalan adil dan tak meninggalkan persoalan bagi daerah. Dia ingin ada keadilan anggaran.
“Bagaimana kondisi bangsa ini, dimana Unhas bicara konsep bernegara kita. Konsep bernegara sebagai wakil Indonesia Timur, Unhas harus bicara konsep bernegara perlu dibicarakan kembali oleh Unhas,” ucapnya.
“Unhas ini kita mau punya peran menjadi diperhitungkandi Kawasan Timur Indonesia,” harapnya.
“Saya kira, jadi harus mulailah pakar, intelektual, untuk bicara konsep bernegara daripada sekatang berkelahi,” kata Apli.
Dia menilai siapapun presiden yang terpilih nanti, konsep bernegara harus diutarakan oleh alaumni Unhas, oleh civitas akademika Unhas. “Menurut saya semua harus masuk ke situ,” imbuhnya.
Poin penting yang juga disampaikan Ketua IKA Unhas Samarinda itu adalah bagaimana alumni ikut andil dalam membangun Ibu Kota Negara Indonesia di Kalimantan Timur.
“Tanpa kita sadari informasi potensi IKN cukup besar, hemat saya, saya belum melihat peran alumni kita. Ini yang perlu dimaksimalkan, kaau internal berkelahi, IKN walaui dekat secara geografi, bisa ketinggalan kereta kita,” pungkasnya.
Editor: K. Azis