Fasilitas sudah cukup bagus, semua tahapan sudah dilihat tadi, mulai dari saat sapi masuk, dimasukan ke ruang potong hingga proses akhir, tersedia dan operasional. Saya kira 100 ekor per hari bisa ditangani di sini. – Prof Muhammad Yusuf, Guru Besar Peternakan Unhas.
PELAKITA.ID – Hari Sabtu 19 November 2022 menjadi istimewa di Kelurahan Tamarunang, Somba Opu. Pasalnya, Rumah Potong Hewa (RPH) yang berlokasi sekitar 300 meter dari Sungai Je’neberang dalam kelurahan itu yang selama ini ‘idle’ kembali semarak dan menawarkan optimisme.
Keistimewaan itu adalah ketika Kementerian Pertanian, Kementeria Desa dan PDT, PT Berdikari Persero, Pemda Gowa, Universitas Hasanuddin dan Bumdes bersama menandatangani perjanjian kerjasama sekaligus menandai RPH akan beroperasi secara moderen sebagaimana ide awal pendiriannya.
Momen itu merupakan implementasi MoU antara PT Berdikari Uniteed Live Stock dengan Kementerian Desa PDT dan PT BUBLS dengan Pemkab Gow ameliputi penandatangan kerjasama pengelolaan kawasan rumah potong hewan, kerjasama pemeliharaan sarana dan prasarana pengembangbiakan sapi Wagyu Kabupaten Gowa.
Yang lebih istimewa adalah pada tanggal 16 Maret 2023 mendatang, RPH Modern Gowa ini pengelolaannya akan oleh PT Berdikari Persero melalui BULS atau Berdikari United Live Stock yang merupakan BUMN yang menangani sektor peternakan.
Mentan Syahrul Yasin Limpo dijadwalkan akan meresmikan sinergi operasi ini.
Secara spesifik, perjanjian kerjasama berlangsung antara PT Berdikari United Live Stock (BULS), BUMDes, pihak Kementerian Desa dan PDT, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, pihak Balai Veteriner, Dinas Peternakan dan Perkebunan Gowa, Fakultas Peternakan Unhas, dan PT Bank Sulselbar.
Dirut PT Berdikari Persero Harry Warganegara menilai kerjasama ini adalah implementasi MoU yang telah dilakukan Berdikari dengan Pemkab Gowa setahun lalu.
“Implementasi MoU ini kita harap bisa segera berjalan agar manfaatnya bisa segera dirasakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian di Gowa dan Sulsel,” ucap Harry di depan raturan undangan dan praktisi kalangan peternakan.
Menurutnya, perencanaan Implementasi MoU ini sudah cukup lama diinisiasi terutama dengan program Desa Peternakan di Kemendes dan Desa Tertinggal.
“Berdikari adalah satu-satunya BUMN di bidang peternakan yang bisa berjalan baik saat ini. Dan Berdikari melalui BULS (Berdikari United Live Stock) yang menjadi perpanjangan tangan Berdikari sekaligus offtaker yang akan mengelola langsung RPH Modern Gowa menjadi satu usaha besar ke depan,” sebutnya.
Dia juga optimis karena RPH Gowa saat ini punya peralatan yang cukup memadai dan modern.
Sementara itu Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian Dr Nasrullah mengatakan dunia saat ini tidak baik-baik saja dan perlu terobosan.
Nada optimis juga disampaikan oleh Nasrullah. “Indonesia mampu berbuat lebih yakni dengan melepas ekspor pangan ke Malaysia pada pertengahan Juni 2022 untuk membantu Malaysia yang kekurangan pangan,” katanya.
“Untuk mempertahankan stok pangan di Indonesia, maka Kementerian Pertanian banyak melakukan inovasi dengan menggandeng Berdikari dan BULS. Salah satu inovasi itu adalah melakukan pengembangan sapi di kabupaten-kabupaten yang merupakan sentra pengembangan hewan sapi. Salah satunya adalah Kabupaten Gowa,” jelasnya.
Dia mengapresiasi konsep yang diberikan oleh BULS bersama Pemkab Gowa dengan melibatkan beberapa pemerintahan desa dan kelembagaan ekonomi desa seperti Bumdes.
“Ini bisa jadi pioner nasional untuk bisa diaplikasikan ke seluruh indonesia. Dan semoga pada 16 Maret 2023 mendatang RPH Gowa ini diresmikan. Dan kita harap, BULS bisa buat daging yang berkualitas dan mahal bukan lagi asalan. Saya kira ini bisa tercipta berkat semangat Bupati Gowa yang cukup besar, ” puji alumni Unhas ini.
Kementerian Desa dan PDT melalui Direktur Pelayanan Investasi Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Dr Supriadi mengatakan ini suatu penghargaan karena kegiatan ini tidak lepas dari kegiatan desa.
“BULS bisa jadi offtaker terbaik. Sebenarnya kegiatan ini juga adalah tindak lanjut rencana kami Kementrian Pembangunan Desa Tertinggal dengan Kementrian Pertanian untuk pengembangan pertanian di pedesaan yang bersinergi dengan usaha BUMDes. Dan pada 2021 lalu Mendes juga menandatangani kerjasama dengan PT Berdikari dalam rangka pengembangan BUMDes” terangnya.
Menurutnya, ini adalah model pengembangan kolaborasi dan integritasi kegiatan untuk mendorong produk unggulan penggemukan dan pengembangbiakan bibit unggul sapi.
“Setidaknya 20 persen dana desa itu bisa digunakan untuk dorong pengembangan pangan desa. Dalam musyawarah desa harus diberikan pengarahan tentang manfaat alokasi 20 persen dana desa yang bisa mendorong usaha rumahtangga jadi usaha home industri lalu jadi BUMDes, ” papar Supriadi.
Apa yang disampaikan Supriadi itu sejalan dengan perjanjian kerjasama dimana beberapa desa terpilih di Gowa akan menjadi mitra pengembangan peternakan dan bermuara ke rumah potong hewarn ini.
Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan mengatakan tidak ada kesuksesan yang bisa diraih dengan individualistis tapi perlu kolaborasi bersama.
“Karena itu pemerintah daerah harus jeli dan membuat inovasi untuk menopang ketersediaan pangan,” katanya.
Menurut Adnan, pengelolaan RPH Gowa ini memang belum sempurna 100 persen setelah dilakukan renovasi.
“Kita akan tambahkan pada APBD Gowa tahun 2023 sehingga pengelolaan RPH ini dapat terlaksana baik. RPH ini memang telah diserahkan sebagai aset Pemkab Gowa tapi ternyata Disnak belum bisa kelola RPH karena dibutuhkan biaya operasional yang besar dan SDM yang agak besar sementara jumlah pegawai Disnak Gowa terbatas,” jelasnya.
“Karena itu kita serahkan RPH ini ke Berdikari untuk kelola dan keuntungan dari RPH ini nantinya akan menjadi PAD. Agar peran RPH ini optimal maka kita serahkan pengelolaannya kepada yang profesional yakni BULS ini, ” tutur Adnan.
Saat dilakukan observasi sebagian besar fasilitas berfungsi, mesin ‘pengaman’ sapi dioperasikan, derek pengangkut daging dijalankan layaknya rumah potong hewan di luar negeri.
Akademisi Unhas, Prof Muhammad Yusuf yang hadir pada penandatanganan kerjasama ini menyebut jika semua proses berjalan lancar, pasokan tersedia, operasional di desa hingga RPH berjalan lancar, dia optimis RPH bisa menghasilkan proses pemotongan hewan sapi hingga 100 ekor.
“Fasilitas sudah cukup bagus, semua tahapan sudah dilihat tadi, mulai dari saat sapi masuk, dimasukan ke ruang potong hingga proses akhir, tersedia dan operasional. Saya kira 100 ekor per hari bisa ditangani di sini,” ucapnya.
Guru besar Peternakan Unhas dan merupakan alumni Yamaguchi University Jepang ini Pemda Gowa berada di track yang benar dalam mendorong kolaborasi lintas pemangku kepeniting.
“Sangat menarik melihat ada Bumdes, ada Berdikari dan tenu saja kami dari Unhas terlibat di sini. Yang perlu diantisipasi dan dibenahi ke depan adalah kapasitas kelompok atau peternak kita juga. Semua harus siap, kompeten dan profesional juga. Jangan hanya RPH yang bagus,” ujarnya.
Penyerahan pengelolaan itu ditandai dengan penandatanganan MoU antara PT Berdikari dengan Pemkab Gowa. Dan operasionalnya dikerjasamakan dengan BUMDes, Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Gowa, Bank Sulselbar, Fakultas Peternakan Unhas dan lembaga terkait lainnya.-
Modernisasi
Tahun lalu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa kunjungannya ke Kabupaten Gowa dalam rangka meninjau RPH yang ingin segera dimodernisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Gowa.
Beliau ingin RPH ini dioptimalisasi dan disinergikan dengan konsep mendorong pemenuhan kebutuhan subsektor peternakan atau ternak yang ada di seluruh Indonesia,” kata Syahrul.
Pihaknya akan mendukung kemajuan daerah di Indonesia seperti Kabupaten Gowa. Konsep dari modernisasi RPH dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Gowa sedangkan Kementan akan mendukung dalam merealisasikannya.
“Kita sepakat hari ini dengan Bupati Gowa untuk bisa mempersiapkan RPH ini lebih baik lagi. Tentu saja ini dimulai dari budidaya sapi yang makin kuat sebagai bagian hulu nya. Yang kedua, RPH ini harus memenuhi higienitas, sesuai standar kesehatan dari peternakannya, dagingnya sehingga produk peternakan Gowa ini nantinya dapat bersaing dengan produk impor,” ujar Syahrul beberapa waktu lalu.
Pengembangan RPH Gowa tidak hanya sapi potong, sapi budidaya, tapi juga sapi susu. Menurut Mentan, Kabupaten Gowa sejak dulu memang penghasil susu, sehingga ini perlu ditingkatkan lagi.
RPH Tamarunang terletak di Kabupataen Gowa yang dibangun pada tahun 2000 sebagai RPH termodern di Indonesia timur saat itu. Ini dilakukan demi mengantisipasi permintaan kebutuhan daging yang makin meningkat dan semakin berkualitas.
“Hampir seluruh peralatan pendukung yang modern yang pernah dimiliki kini perlu diremajakan,” ucap Nasrullah.
Penullis: K. Azis