PELAKITA,ID – Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia adalah organisasi non-pemerintah di Kota Makassar dengan orientasi advokasi pada tiga aspek yaitu konservasi ekosistem pesisir dan laut, pemberdayaan masyarakat pesisir dan kepulauan kecil serta penerapan teknologi alternatif ramah lingkungan.
YKL saat ini menjalankan proyek Proteksi Gama di dua pulau yaitu Langkai dan Lanjukang di beranda laut Kota Makassar.
Tentang Proteksi GAMA
YKL Indonesia sebagai mitra Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia melaksanakan Program Penguatan Ekonomi dan Konservasi Gurita Berbasis Masyarakat (PROTEKSI GAMA) di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang Kota Makassar.
Tujuan program ini adalah memperkuat pengelolaan perikanan gurita skala kecil berbasis masyarakat di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang. Sehubungan hal tersebut, kami akan melaksanakan diskusi dengan tema “Bersama Menguatkan Tata Kelola Perikanan Gurita Di Pulau Langkai Dan Lanjukang Kota Makassar.
Bagi YKL Indonesia, agar pemanfaatan jenis gurita ini dapat dilakukan secara jangka panjang dan berkesinambungan, maka diperlukan upaya pengelolaan secara ramah lingkungan dan berkelanjutan.
YKL berkomitmen menginisiasi sebuah upaya pengelolaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam memanfaatkan sumber daya perikanan.
PROTEKSI GAMA terdiri atas 4 komponen besar yaitu penyusunan profil perikanan gurita, pengumpulan data dan monitoring perikanan gurita skala kecil, peningkatan kapasitas masyarakat lokal; keempat penyusunan rencana pengelolaan perikanan skala kecil gurita swecara berkelanjutan.
Launching buku
“Berkaitan dengan pengalaman kami yang telah memfasilitasi selama 1,5 tahun, YKL Indonesia mendokumentasikan pengalaman program dalam bentuk buku,” kata Fari dari YKL Indonesia pada diskusi dan peluncuran buku “Pembelajaran Tata Kelola Perikanan Gurita Skala Kecil di Pulau Langkai dan Lanjukang Kota Makassar, Kota Makassar, Senin, 24 Oktober 2022.
Hadir pada launching buku yang dipandu Wahyu Chandra dari Mongabay Indonesia ini adalah perwakilan Lantamal VI Makassar Kolonel (Laut) Ahmad Muharram, akdemisi dan antropolog maritim Unhas, Prof Munsi Lampe, perwakilan DKP Sulsel, Kabid Perikanan Tangkap, Andi Agung.
“Buku ini merupakan kumpulan catatan teman-teman selama pelaksanaan program ProteksiGama, bagaimana program ini berjalan. Hanya catatan saja lalu dituang dalam tulisan tersebut dan di dalamnya ada dinamika proses dan bagaimana menghadapi dinamika tersebut,” jelasnya.
“Dalam buku ini terdapat lima 5 sub tema. Pertama, kolaborasi yang berbuah kesepakatan di Langkai dan Lanjukang. Lalu, mengapa gurita, proses program, tentang gurita di Langkai dan Lanjukang serta yang kelima adalah perlindungan spesies kunci,” paparnya.
Fahri menyatakan, buku ini diharapkan menjadi inspirasi bagaimana peta jalan masyarakat di kedua pulau untuk mempertahankan keberadaan perairan mereka yang kaya sumberdaya ikan.
“Teman-teman di pulau sudah banyak yang sadar bahwa aktivitas destruktif teelah berkurang dan mengajak teman-teman lainnya untuk kembali ke pulau. Sebab ini akan berdampak pada ekonomi mereka,” ucapnya.
Berbagi pengalaman
Dalam buku ini, disebutkan bahwa ada upaya YKL untuk mengajak warga Pulau Langkai dan Lanjukang untuk mendapat inspirasi dari Kabupaten Wakatobi.
“Teman-teman pernah mengunjungi Wakatobi, dan bermitra LSM lokal yang punya pengalaman serupa yaitu Forkani. Kami juga banyak beleajr dari Yayasan Pesisir Lestari (Blue Venture). Buku ini juga menjelaskan bahwa kamipun belajar dengan teman-teman lain dan berharap ada dukungan para pihak,” tambahnya.
Dia juga menjelaskan cerita bagaimana aksi Buka Tutup kawasan perairan yang tidak mudah namun lambat laun mendapat dukungan warga, “Bagaimana kami menempatkan gurita sebagai pintu masuk untuk perekonomian nelayan,” ucap Fahri.
“Diceritakan juga kenapa gurita, ada penjelasan tentang proteksi gama, koservasi di Pulau Langkai dan Lanjukang, penjelasan bahwa kawasan Langkai dan Lanjukang adalah kawasan dengan biodiversity tinggi dan masuk key biodiversity area,” ucap Fahri.
Menurut Fahri, buku ini juga berisi iformasi tentang tingkat pendapatan masyarakat dan bagaimana nelayan meningkat pendapatannya.
Ditambahkannya, kawasan perairan di sekitar Langkai dan Lanjukang dimana ada 200 hektar yang sesungguhnya telah menjadi perhatian untuk dikonservasi.
“Kami mencoba untuk ini didoorng untuk kita setidaknya mendukung DKP Provinsi Sulsel yang akan mencadangkan wilayah Lanjukang dan Langkai sebagai kawasan konservasi,” tambahnya.
“Capaian program kami sudah disampaikan dalam buku ini, termasuk gambaran capaian, dan tantangan konflik termasuk prioritas pengawasan dan perlunya dukungan regulasi yang lebih kuat,” katanya.
Di ujung paparan Fahri menyebut isi buku dapat di-download di website www. yklindonesia.org https://yklindonesia.org/proteksigama/
Editor: K. Azis