Denyut berbeda PPI Cempae Parepare

  • Whatsapp
Suasana pukul 10 pagi di PPI Cempae Parepare (dok: istimewa)

DPRD Makassar

“Jadi tidak benar kalau tidak berfungsi. Bedami, tidak seperti dulu.” Daeng Rurung, warga Parepare.

PELAKITA.ID – Tulisan ini merupakan bagian dari Pelakita Tour yang menyasar lokasi, potret, kondisi, tantangan dan denyut Pangkalan Pendaran Ikan di Sulawesi Selatan yang disebut berjumlah 22 unit.

Jumlah itu sekaligus domain pengelolaan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai pengejawantahan UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah berikut kewenangannya dimana PPI diharapkan menjadi kewenangan provinsi.

Pelakita Tour didukung oleh pihak-pihak yang tertarik pada reportase tema Kelautan dan Perikanan. Terima kasih untuk Pemkot Parepare dan bro Zulham Arief yang telah mendukung misi Pelakita Tour di Kota Parepare. 

***

Pagi itu, 22 September 2022, mobil Ertiga yang dikemudikan sahabat saya Muslih Said memutar dari daerah berbukit Kota Parepare. Tepatnya dari Hotel Bukit Kenari Indah. Jalan menurun dari titik ini mengarah ke Kawasan Cempae di barat kota.

“Ada Anjungan Cempae, kawasan yang dulunya kumuh sekarang sudah jadi pusat rekreasi dan icon Parepare,” demikian pernyataan Zulham Arief, yang mempromosikan kawasan itu. Lokasinya berdekatan dengan PPI Cempae.  Zulham adalah alumni FH Unhas dan saat ini bermukim di kota berjuluk Kota Ainun Habibie itu.

Mobil terus melaju ke pangkalan pendaratan ikan Cempae. Usia pangkalan ini disebut sudah hampir 20 tahun. Beberapa tahun silam disebut tak lagi berfungsi sebab usaha perikanan sedang lesu kala itu. Apa lagi sejak dibangunnya beberapa PPI terdekat seperti di Barru.

Di sudut komplkes berdiri kantor PPI, di sisi utaraa terdapat bangunan yang disebut ditujukan untuk kios dan kuliner. Halaman nampak bersih. Tak terlihat sampah berserakan atau kesan kumuh.

Sementara di sisi baratnya terdapat bangunan yang disebut akan menjadi pabrik es balok. Terdapat satu unit kapal pemancing tongkol sedang berlabuh. Di sisi selatan terdapat dermaga memanjang sekira 30 meter.

Menurut salah seorang pekerja PPI, setiap pagi, pangkalan pendaratan ini mulai sibuk. “Antara subuh sampai jam 8 pagi pengunjung baik itu nelayan pembawa ikan maupun pembeli berkumpul di sini,”  kata Hasrul.

Kapal atau perahu yang datang beragam. Mulai dari perahu pemancing ukuran kecil sampai kapal ikan pagae atau purseiner.

 “Tadi ada kapal paggae asl Ujung Lero, baru saja pergi,” kata Hasrul. “Selain itu banyak pula paggae dari luar Parepare seperti Barru, Pangkep hingga Makassar,” katanya.

“Para pemancing ikan juga bawa ikannya ke sini, ada katamba, cakalang,” imbuh Hasrul sembari menunjukkan ice crusher dan coldbox yang ada di dekatnya sebagai bukti bahwa Cempae terus berdenyut.

 Di PPI yang disebut sudah berusia 20 tahun lebih ini, bukan hanya ikan-ikan dari Sulawesi Selatan yang dipasarkan tetapi dari Sulawesi Tengah. Hal ini disampaikan Daeng Rurung, warga Parepare kelahiran Barru.

“Kalau yang ini layang asal Luwuk Banggai. Dibawa pakai mobil dan dijual di sini. Pembeli jam begini kadang juga datang,” kata Rurung. Dia menyebut PPI Cempae dari waktu ke waktu semakin berdenyut.

“Jadi tidak benar kalau tidak berfungsi. Bedami, tidak seperti dulu,” katanya saat Pelakita.ID menyebut PPI Cempae tidak menunjukkan sebagai pangkalan pendaratan ikan yang aktif.

“Meski banyak penjjual ikan, banyak pembeli, kita masih ada masalah sebab tidak adanya atap atau penutup tempat berjualan. Mohon disampaikan ke Pak Kadis kalau PPI Cempae butuh bangunan yang bisa digunakan berjualan dan membongkar ikan,” ucapnya.

Bangunan yang dimaksud seperti gondola yang memancang ke laut sehingga saat pembongkaran ikan, pembeli atau pengunjung tak kena panas atau hujan.

Menurut Rurung potensi pengembangan PPI Campae sangat besar, ada lebih 50 perahu besar seperti paggae yang membongkar ikan di sini. “Belum lagi kapal-kapal ukuran kecil pemancing,” ujarnya.

Hasrul menambahkan terdapat banyak pedagang besar yang selama ini memanfaatkan PPI Cempae seperti Aldo, Haji Nursyam, H. Husein yang mempunyai 10 paggae, lalu ada Pak Asri.

Berdasarkan pantauan Pelakita.ID, untuk PPI Cempae, selain permintaan atap, mereka juga berharap segera dibuatkan anjungan menjorok keluar PPI. Lalu pabrik es yang operasional, demikian pula depot BBM sebab yang ada saat ini yaitu SPDN atau bangunan Solar Package Dealer Nelayan sudah lama tak berfungsi.

 

Penulis: K. Azis

Related posts