Pendekatan yang dilakukan kepada mahasiswa lebih mengarah kepada pendekatan antara Guru dan Siswa, terkadang bagaikan bapak dan anak.
PELAKITA.ID – Prof Adi Maulana, S.T, M.Phil, Ph.D, Guru Besar Fakultas Teknik Unhas mengungkapkan kedekatan dan inspirasinya dari Prof Dr Eng Dadang Ahmad, M.Eng melalui tulisannya yang menggugah. Sebuah ungkapan dari yang mengaku anak didik Ketua Senat Guru Besar Unhas yang berpulang pada Jumat, 26 Februari 2022 lalu.
Unhas, kita dan Prof Adi kehilangan tokoh panutan. Berikut catatannya.
Hidangan makan malam baru saja saya habiskan, ketika saya mendengar dari kejauhan pesan yang masuk di dalam gadget. Seketika saya beranjak dan meraih telepon genggam untuk mengecek beberapa pesan yang masuk dalam inbox.
Perhatian tertuju pada suatu pesan di dalam satu WAG yang mengabarkan kondisi Prof. Dadang yang semakin menurun dan dalam fase kritis melawan sakitnya.
Sudah seminggu lebih Prof. Dadang dirawat intensif di RS Unhas dan setiap hari saya mencoba mencari tahu kondisi beliau sambil terus berdoa agar beliau selalu dilindungi oleh Allah SWT.
Pesan yang mengabarkan kondisi Prof Dadang tersebut saya teruskan ke beberapa WAG terutama WAG mahasiswa S3 Ilmu dan Teknologi Kebumian, dimana kami membimbing beberapa mahasiswa S3 bersama.
Tidak lebih dari 20 menit, saya lalu menerima kembali pesan dari WAG dan menyatakan bahwa Prof. Dadang sudah meninggalkan kita semua. Inna lillahi wa Inna ilaihi rojiun.
Sejenak saya tertegun, dan terus mencoba melakukan konfirmasi dengan mengecek ke beberapa WAG. Dan rupanya benar, beliau sudah betul-betul mengakhiri tugasnya di dunia ini.
Saya sengaja untuk tidak langsung menulis kenangan tentang almarhum Prof Dadang. Saya ingin membaca sebanyak-banyaknya kesan, pesan, dan kisah obituari dari rekan, keluarga, murid dan kolega nya lewat media sosial.
Yah, saya ingin membaca ucapan belasungkawa dan doa, agar semakin banyak doa yang saya ucapkan dan kirimkan ke almarhum.
Saya tahu, beliau adalah seorang Guru Besar yang sangat banyak mempunyai kawan dan murid yang sangat mengidolakannya. Kebaikan, kecerdasan, kebijaksanaan dan ketulusan hatinya membuat Guru Besar Fisika di Fakultas MIPA UNHAS ini sangat dikagumi dan sekaligus disegani oleh semua kalangan di Unhas.
Rasa-rasanya, hampir semua orang yang pernah mengenalnya mempunyai kesan yang sama tentang beliau.
Tidak banyak kenangan dengan beliau, karena kami berbeda fakultas, beliau di MIPA dan saya di Fakultas Teknik. Namun kebersamaan kami dimulai sejak sekitar tahun 1998, pada saat saya mengambil mata kuliah Fisika Umum di semester 3 di Prodi S1 Teknik Geologi UNHAS. Karena lokasi Laboratorium Teknik Geologi berada di Gedung MIPA, maka hampir setiap hari kami biasa berjumpa dengan beliau.
Sifatnya yang egaliter membuat kami para mahasiswa sangat enjoy dan sekaligus hormat dengan beliau. Beliau tidak jarang menegur duluan, walaupun posisi beliau sudah menjadi Guru Besar.
Setelah saya menjadi dosen interaksi terus berlanjut. Namun yang paling berkesan ketika saya baru saja menyelesaikan S3 di Jepang tahun 2013, dimana saya berkesempatan untuk menjadi dosen pendamping beliau di beberapa mata kuliah program S3 Ilmu dan Teknologi Kebumian yang baru di buka di Unhas.
Saya diminta untuk mendampingi beliau mengajar mata kuliah etika akademi, Filsafat Ilmu dan publikasi ilmiah.
Sebagai dosen muda, setiap beliau mengajar di kelas, saya dengan setia ikut mendengarkan sambil terus mengikuti alur pikir beliau yang begitu sistematis dengan pendalaman materi yang luar biasa. Suatu pengalaman yang sangat berharga bagi saya pribadi untuk belajar langsung dari sang Guru Besar.
Saya juga mendapatkan kesempatan untuk mendampingi beliau sebagai co-promotor dalam membimbing beberapa mahasiswa S3. Saya belajar langsung bagaimana kiat-kiat beliau dalam memberikan motivasi kepada mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu dan dari berbagai level sosial.
Sungguh saya sangat salut dan terpesona melihat beliau memberikan solusi-solusi kepada mahasiswa bimbingan kami yang dalam level keilmuan, sangat berbeda-beda.
Pendekatan yang dilakukan kepada mahasiswa lebih mengarah kepada pendekatan antara Guru dan Siswa, terkadang bagaikan bapak dan anak.
Bagi saya beliau mempunyai tingkat kesabaran level dewa, karena tidak pernah sekalipun nada marah keluar dari mulut beliau ketika mahasiswa bimbingan kami berkonsultasi. Selalu ada solusi apapun masalah yang dihadapi.
Ada pelajaran yang sangat membekas di benak saya.
Suatu saat kami membimbing mahasiswa yang sudah berumur dengan status pejabat pada sebuah kementerian yang sibuk dan dasar ilmu yang terbatas. Saya terus terang pesimis dia bisa menyelesaikan pendidikan S3 dalam bidang kebencanaan.
Namun beliau dengan sangat arif terus membimbing penuh kesabaran. Pada akhirnya saya pun belajar dari prof Dadang, bahwa memang sabar tidak berbatas. Saya teringat kami harus menghabiskan waktu sampai dengan jam 12 malam untuk memeriksa slide demi slide dari mahasiswa tersebut di sebuah hotel di Kota Padang dalam suatu konferensi ilmiah internasional.
Beliau sekaligus mengajari cara melakukan presentasi dalam bahasa Inggris, dari cara membuka sampai dengan cara menyimpulkan presentasi.
Di awal tahun 2018, di suatu kelas ketika kami berdua selesai mengajar, beliau bertanya bagaimana aktivitas riset saya. Sebagai Kepala Pusat Studi Kebencanaan UNHAS, dimana beliau adalah salah satu orang yang mengusulkan pembentukan Pusat Studi tersebut, beliau seringkali bertanya kepada saya tentang kejadian bencana di suatu daerah.
Beliau membaca beberapa hasil-hasil riset saya dan kemudian berseloroh agar saya segera mengurus Guru Besar. Beliau menjadi salah satu tim reviewer berkas dan dokumen publikasi dalam pengajuan Guru Besar saya.
Dalam masa-masa ini saya sering menghabiskan waktu berdua dengan beliau, terutama ketika saya harus menjelaskan kepada beliau tentang esensi dari jurnal dan buku-buku saya sebelum beliau memberikan hasil telaahnya.
Akhirnya di tahun 2019, SK Guru Besar saya terbit. Beliau sangat senang karena mengetahui bahwa saya menjadi Guru Besar termuda dalam bidang Ilmu Teknik Geologi di Indonesia.
Sesaat setelah pengukuhan Guru Besar saya, belia berpesan agar selalu rendah hati dan terus menyebarkan ilmu. Suatu pesan yang sangat mulia.
Pada tahun 2021, saya ditugaskan sebagai ketua Task Force pembentukan Prodi S-2 Manajemen Bencana. Beliau menjabat sebagai ketua Senat Akademik UNHAS, dan oleh karena itu saya harus terus berkoordinasi terus dengan beliau untuk mendapatkan persetujuan pembukaan Prodi dari SA.
Berkat arahan beliau, akhirnya Prodi ini terbentuk pada awal tahun 2022 telah menerima mahasiswa. Jasa beliau sangat besar dalam pembentukan Prodi Manajemen Bencana yang menjadi satu-satunya di Indonesia Timur.
Suatu hari, saya diwawancarai oleh salah satu TV Internasional dari China yang berkantor di Singapura. Topik wawancara tentang bencana gempa bumi yang melanda Sulawesi Barat. Siaran TV ini hanya bisa diikuti dengan saluran siaran TV langganan.
Sekitar 5 menit setelah wawancara via skype, beliau menghubungi saya dan mengatakan bahwa beliau mengikuti wawancara tersebut dari rumahnya. Beliau mengungkapkan betapa senang bisa melihat saya di TV tersebut.
Saya sangat terkesan dan juga sekaligus bangga. Beberapa kali hasil wawancara ataupun hasil presentasi saya tentang kebencanaan diikuti oleh beliau, di tengah-tengah kesibukan sebagai Ketua SA.
Komunikasi terkahir saya dilakukan 2 hari sebelum beliau masuk perawatan di RS Unhas. Sebagai Kaprodi, saya harus memastikan bahwa semua dosen sudah menerima SK mengajar dan menyampaikan jadwal mengajar di S2 Manajemen Kebencanaan.
Beliau mengampu mata kuliah Filsafat Akademik. Saya menghubungi beliau dan beliau menjawab siap melaksanakan tugas. Saya tidak menyadari, itulah kontak terakhir dengan beliau.
Selamat jalan wahai jiwa yang tenang, selamat jalan Guruku, Prof Dadang Suriamihardja. Saya sangat kehilangan Guru, bapak sekaligus kolega dan saya kira agak sulit untuk mendapatkan sosok guru besar seperti beliau.
Ya Rabb, saya bersaksi bahwa beliau adalah guru yang terbaik dan beliau telah menyelesaikan tugasnya di dunia ini dengan sangat baik. Terimalah dia di sisi-Mu..Aaamin ya Rabbal Alamin.
Dari muridmu yang sangat kehilangan