“Pengembangan industri untuk lokasi tertentu seperti di Takalar akan membebaskan lahan hingga 3 500 hektar.” – Alif Abadi, Direktur Utama KBN
PELAKITA.ID – Alif Abadi, alumnus Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin angkatan 1985 saat ini adalah Direktur Utama PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN/Persero), perusahaan yang bergerak pada bidang jasa layanan.
Putra Makassar itu pernah menjabat Direktur Operasi dan Komersial PT. Pelindo IV serta Direktur Evaluasi dan Pengendalian BP Batam.
Dia diangkat sebagai direktur utama sesuai SK-359/MBU/11/2020 nomor 1081 tahun 2020 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Kawasan Berikat Nusantara.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Gubernur DKI Jakarta selaku para pemegang saham melakukan pergantian jajaran direksi PT. Kawasan Berikat Nusantara (Persero) pada Selasa, 10 November 2020.
Pengalaman Alif adalah saat mengurus Pelindo IV, membangun pelabuhan petikemas Kariangau Balikpapan, serta pada pengembangan kawasan Free Trade Zone, Batam.
Karena pertimbangan itulah, Alif didapuk sebagai salah satu narasumber pada FGD Penguatan Daya Saing Ekonomi Nasional yang digelar PP IKA Unhas dan IKA Samarinda, 3/8/2021.
Dalam paparannya, Alif mengaku sepanjang karirnya, banyak konsentrasi pada pelabuhan (port).
Dia menyebut bahwa kendati dunia sedang dalam kondisi sulit namun saat ini masih terbuka peluang untuk pengembangan usaha dan jasa kepelabuhanan serta pengembangan industrial zone dan fokus pada bisnis pergerakan barang dunia.
“Bagaimana aktivitas KBN berkolaborasi dengan berbagai sektor dalam kondisi trend global yang menurun, sektor keuangan mengalami kontraksi, perlunya stimulus. Caranya dengan meningkatkan belanja, meningkatkan produksi dan investasi,” ucapnya di depan tidak kurang seratus peserta FGD daring ini.
“Bagaimana partisipasi aktif sektor swasta, bagaimana pasar domestik didorong. Kami melihat salah satunya dengan mendorong port, layanan logistik. Ada potensi logistik yang berkembang selama pandemi,” ucap alumni S2 Magister Manajemen di Jakarta (STMPPM) pada 2000 ini.
Menurutnya, 90 persen jasa perdagangan dunia masih melalui laut sehingga peran infrastruktur, shipping company dan industrial estate sangat penting.
“Yang kedua bagaimana melihat profil dan potensi market, pelabuhan bertumbuh, demikian pula di industrial estate, masih bertumbuh meski masih dalam kondisi standar, ada beberapa potensi kawasan industri baru di Indonesia,” sebut pria kelahiran tanggal 6 Juli 1967
Dia menyebut itu seraya mengambil contoh seperti di Kota Semarang yang lahirkan Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW), berkembang hingga Batang dan Brebes.
“Lalu ke depan ada perhatian KBN di Takalar. Ada kebutuhan lahan seluas 3 500 hektar, ini adalah salah satu bentuk potensi,” tambahnya.
Menurut Alif, jaringan global dan askses masih memegang peranan penting ke depan. Dia juga menyebut nilai investasi yang terus membaik sejak 2015 hingga 2019 sebelum COVID-19.
“Saat COVID memang ada kontraksi tapi ini tidak selamanya ada, ini harus cepat pulih, dan kita siap langsung tinggal landas, tidak terkungkung karena COVID dan mulai sekarang masih banyak potensi,” katanya.
Potensi yang dimaksud adalah pelabuhan, interkoneksi. “Inilah yang bisa digarap secara kolaborasi,” katanya.
Dia juga setuju bahwa dalam berusaha memang harus ada mekanisme, ada proses, tetapi tetap terbuka peluang minimal bisa mengembangkan usaha, seperti pada teknologi, energi, logistik.
Menurutnya, pada saatanya nanti, semua pihak harus bersiap. Dari sisi dukungan usaha mikro ada dukungan BUMN dengan akumulasi mencapai 100 triliun seperti data tahun tahun 2018. Ini pun bisa dimanfaatkan melalui kolaborasi.
“Bentuk kolaborasi ke depan meski saat ini cenderung dalam suasana reposisi, shifting, efisiensi, ada strukturisasi namun paralel dengan itu aspek sustainability, persiapan untuk growth tetap dijalankan, caranya dengan new development, pengembangan industri untuk lokasi tertentu seperti di Takalar yang akan membebaskan lahan hingga 3 500 hektar. Tahap awal seluas 350 hektar,” katanya.
Beberapa pihak pun telah menjadi perhatian BKN seperti investor dari China untuk fokus pada proyek industri seperti petrokimia, oil refinery hingga gas.
“Inilah yang kita dorong untuk dikembangkan. Banyak kaitannya seperti basic infrastructure, konstruksi, market, tenaga residensial, logistik dan bisa dikolaborasikan ke depan, termasuk pengembangan industri baru di Takalar, Kariangau hingga Palu,” sebutnya.
“Pengembangan industri baru yang pada akhirnya memberikan suatu kontribusi bagi banyak pihak pasca COVID-19. Kita siap berkolaborasi dengan mekanisme yang ada, dengan keluarga besar IKA Unhas,”pungkasnya.
Editor: K. Azis