PELAKITA.ID – Tengah malam, undangan berbuka puasa dikirimkan Ketua ISLA Unhas, Darwis Ismail kepada penulis. “Siap ketua.” Darwis adalah ketua Ikatan Sarjana Kelautan Unhas yang terpilih untuk kedua kalinya dalam bulan April 2021 untuk periode hingga 2026.
Hingga pukul 17.30 Wib, peserta yang datang masih terhitung dengan jari tangan. Saya sempat kepikiran acara ini tidak akan dihadiri sampai 15 orang. Padahal, di Jakarta, tidak kurang 30 orang alumni Kelautan yang kerap saling jumpa, silaturahmi dan rutin tandang ke Pejaten, kawasan dimana Darwis aktif menjalankan bisnisnya.
Saya menyebut mereka ini sebagai cincin kecil Kelautan yang sejak di kampus hingga pada situasi kekinian selalu terpaut sebagai satu keluarga yang lahir dan besar di Agrokompleks Tamalanrea Unhas.
Lalu siapa mereka itu? Mereka adalah mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) yang masuk sejak tahun 1988 hingga 1995. Mereka ini masih bergelar Sarjana Teknik. Angkatan setelahnya bergelar Sarjana Kelautan atau S.Kel.
Kembali ke undangan tersebut. “Hari ini kita gelar acara buka puasa dan pemberian santunan untuk anak yatim,” ucap Darwis, alumni ITK Unhas angkatan 1992. Saat menyampaikan itu, peserta sudah mancapai 20-an orang termasuk anak-anak yatim yang sudah berkumpul di ruang sebelah.
Darwis menyebut bahwa acara ini adalah program rutin ISLA Unhas dan bisa menjadi pengingat tentang pentingnya silaturahmi dan berbagi untuk anak-anak yatim – bahkan dalam situasi pandemi dan polarisasi gagasan terntang format berorganisasi alumni. Pada ruang dan waktu dinamika bermahasiswa, ber-alumni, berorganisasi (dari alumni Tamalanrea itu) juga semakin menarik. Pada tataran ide dan praktiknya, antara idealisme, pragmatisme dan kecenderungan politis. Saya membaca ini.
“Harapan kita semoga berkah dan apa yang kita jalani ini bermanfaat untuk sekitar,” pesan Darwis.
Di sudut ruko di kawasan Pejaten, atu tidak jauh dari kantor BIN Kalibata, satu persatu anak-anak Kelautan yang disebut merupakan diaspora angkatan 88 hingga 1995 itu berdatangan.
Bukan hanya itu, penulis mencatat mereka yang kuliah di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan antara tahun 1996 hingga 2018 juga datang. Ada dua mahasiswa aktif yang datang, Yoan dan Nabila. Mereka angkatan mahasiswa 2018.
Setelah diberi pengantar oleh Darwis yang dengan terbuka menyebut dirinya adalah politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Darwis berharap acara buka puasa ini dapat semakin mempererat silturahmi dan menjadi semangat baru untuk pengembangan program ISLA Unhas ke depan.
Dia juga menyadari bahwa ada banyak alumni Kelautan yang tersebar di Makassar dan sekitarnya sehingga dia pun mendukung pelaksanaan buka puasa di Kota Makassar. Saat tulisan ini dibuat, buka puasa ISLA di Makassar telah digelar dan dihadiri jumlah dua kali lipat ISLA di Jakarta!
Acara buka puasa dan pemberian santunan ISA di Jakarta berlangsung di Cafe BOSKA Pejaten. Cafe yang menjadi salah satu unit usaha Darwis. Pria berdarah Palopo ini adalah pekerja swasta dan memulai bisnisnya sejak tahun awal tahun 2000-an di Jakarta.
Generasi Kelautan tahun 80-an hingga 90-an paham seluk beluk ikhtiarnya. Satu yang pantas diapresiasi karena perhatiannya pada organisasi alumni sangat tebal dan konkret.
Sebagai penyaksi interaksi para Klaners di Makassar dan Jakarta, saya melihat dinamika yang positif dan harus terus menerus dipupuk.
Positif dalam pengertian bahwa meski kadang berbeda pandangan, pemihakan, latar belakang pekerjaan, pilihan politik serta ‘ghirah’ berorganisasi sejak di Kampus Tamalanrea namun anak-anak Kelautan ini selalu terhubung dan tetap mengaggregasi diri pada acara-acara silaturahmi. Penulis terakhir kali buka puasa dua tahun lalu di Pejaten bersama ISLA Unhas.
Acara malam itu mengesankan dan semakin menebalkan solidaritas kelautan. Menyaksikan mereka bermain domino, canda tawa, berbagi cerita rasanya seperti inilah hidup meski dijalankan. Silturahmi. Silaturahmi. Silaturahmi.
Bersama Klaners, spiritnya seperti tali yang terbentang, dia bisa mejangkau dan mengikat titik paling jauh. Dari generasi 80-an hingga generasi jelang 2020-an.
Saya membayangkan ISLA saat ini adalah ISLA yang tidak saja benam pada ikatan historis berorganisasi senat, HMI, selam atau sebagai ‘alumni tahun 80 dan 90-an lagi’ tetapi sebuah organisasi yang bisa menghadirkan masa depan di kekinian.
Saya optimis ini jika ISLA bisa intens membangun komunikasi dengan mahasiswa dan civitas akademika tanpa membawa beban sejarah. Beban yang menurut penulis sudah lebur di dasar laut antara Barrang Lompo dan Kayu Bangkoa (eaaa!).
Penulis ingin mengatakan bahwa organisasi kealumnian betapapun dinamika dan kecenderungannya semakin terpolarisasi karena interest yang semakin majemuk serta kadang melampaui tujuan berorgansiasi itu sendiri, tetap dituntut untuk konsisten menggelar acara-acara silaturhami apalagi di tengah situasi pandemi seperti ini.
Bagi ISLA Unhas kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik untuk menghidupkan jejaring dan membangun harapan perjuangan pembangunan kelautan yang menyeluruh, sinergi dan memberdayakan.
Menyaksikan mantan Dirjen Perikanan Tangkap KKP dan juga ketua Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) M. Zulficar Mochtar (Klaner 90) duduk di samping ketua ISLA Unhas, Darwis Ismail adalah momentum cantik dan sangat positif.
Mereka membaur dan menghidupkan harapan bagaimana organisasi itu. Keduanya adalah tokoh Kelautan Unhas, keduanya telah menunjukkan konsisten sebagai praktisi, sebagai profesional. Yang membedakan, ada yang berbaju politisi dan pengusaha, ada yang menggunakan jaket keswadayaan berkelautan, sebagai aktivis LSM dan pernah jadi birokrat.
Yang tak kalah membanggakan pada buka puasa ini, beberapa alumni lainnya seperti pejabat eselon II Sekretaris Deputi di Kemenkomar, Dr Lukyanto (Klaner 90) yang datang bersama istrinya yang alumni Elektro 93 Unhas. Ini adalah juga momen istimewa.
Demikian pula Ardiansyah, M.Sc (Klaner 92) dan Cahyadi Rasyid, M.Si, serta beberapa ASN dari Kementerian Kelautan dan Perikanan juga datang seperti Dr Muliawan dan Kurniawan Ishak juga hadir.
Dari kalangan LSM hadir Muhammad Abdi Suhufan (Klaner 96) yang juga koordinator nasional Destructive Fishing Watch (DFW) serta koordinator Jaringan Prakarsa Maritim (Jakamarin) Nazruddin Maddeppungeng (Klaner 88). Nampak pula Andi Nurjaya dan Dr Muhammad Lukman, keduanya Klaner 90 dan aktif pada beberapa kegiatan bertema kelautan dan perikanan di Jakarta dan daerah.
Malam semakin tua di Jakarta, saya balik ke kosan Rawajati. Beberapa alumni yang masih kangen dengan kenangan di kampus Tamalanrea, masih terus menyerbu meja dengan pukulan, dari dobol enam hingga dobol kosong.
Kamaruddin ‘Denun’ Azis
Ketua ISLA Unhas 2010-2012
Bogor, 27 April 2021