PELAKITA.ID – Rhevqi Akhmad menggeleng-geleng kepala saat ditanya apa dampak pandemi bagi resor di Raja Ampat. “Buyar rencana,” balas guide selam di Raja Ampat ini, Minggu, 19 Juli 2020.
“Dua hari sebelum Papua lockdown, saya minta pulang ke Makassar tanggal 24 Maret 2020,” kata pria yang biasa disapa Ikky ini. Untung bagi Ikky sebab bos tempatnya bekerja setuju untuk dia pulang ke Makassar. Dua hari setelah itu Papua lockdown. Ikky bisa pulang ke Makassar tapi bosnya tetap bertahan, tak balik ke Eropa.
Menurut Ikky, resor tempatnya bekerja sangat ramai dikunjungi wisatawan sebelum pandemi. “Biasanya tiap minggu datang tamu, dari 30 hingga 40 orang yang datang ke resor kami di Misool,” katanya. Misool dari Kota Sorong, Papua Barat sekitar 80 mil laut.
“Jadi tamunya langsung datang dari Sorong, paket wisata kami memang diplot perminggu jadi tamunya datang berombongan,” sebut Ikky.
“Tapi perlahan, sejak minggu kedua Maret 2020 mulai drop. Berkurang 2 sampai 5 orang. Lalu betul-betul kosong karena pandemi,” ungkap Ikky yang mengaku sebelum pandemi berniat ingin naik lisensi selam ke jenjang instruktur tapi untuk sementara rencanya ditahan dulu.
Di Misool, ada satu minggu dimana turis tidak datang, Ikky juga tidak melaut atau tidak menyelam dan hanya bersih-bersih alat selam jelang ‘virus outbreaks’.
“Wah kalau ini saja yang dikerja sampai akhir kontrak repot juga,” kata pria asli Bulukumba Sulsel yang juga alumni Ilmu Kelautan Unhas angkatan 1999 ini .
Ikky telah bekerja sebagai dive operator atau tepatnya guide selam selama tujuh tahun. Bekal kemampuan menyelam dia peroleh sejak kuliah di FIKP Unhas. Kemampuannya dalam riset terumbu karang hingga identifikasi jenis biota laut menjadi bekal untuk dia bisa bekerja di ‘lahan basah’ ini.
Sejak pandemi melanda, wahana kerja Ikky juga terdampak. Dia harus dirumahkan, hal yang bisa diterimanya dengan legowo. “Senang juga karena owner resor berikan gaji tersisa hingga akhir masa kontrak,” katanya.
Sejak Pemda Papua memberlakukan lock down pada 26 Maret 2020 tamu-tamu resor tak ada lagi. Resor tempat Ikky bekerja kelimpungan.
Pesona Misool
Pulau Misool adalah salah satu pulau utama di Raja Ampat yang mempunyai banyat spot penyelaman, terumbu karang dan aneka spesies langka, unik, tak biasa seperti hiu paus. Di pesisir pulau hingga perairannya Ikky bertemu banyak kalangan. Di Misool, Ikky mencatat denyut usaha perikanan dan pariwisata yang bergairah.
“Ada interaksi sosial yang baik, kami menyelam, bawa turis, mereka giat usaha perikanan seperti pabagang (liftnet) asal Bugis dan Makassar,” katanya.
“Di bagang, kami kerap mampir bertanya, ada atau tidak hiu paus. Kalau pabagang bilang ada kami atur penyelaman di situ,” kenang Ikky.
Menurutnya adalah beberapa kampung pesisir di Misool. Ada pula Pulau Yelu, ada warga asal Ternate, Seram, orang Buton, Bugis Makassar. “Banyak di sana, orang Misool juga ramah-ramah,” katanya.
Pulau Misool adalah salah satu dari empat pulau besar di Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat, Indonesia. Pulau ini mempunyai luas wilayah hingga 2 034 kilometer persegi.
Misool ini berbatasan langsung Laut Seram Maluku terletak di Kepala Burung Papua Barat dan dekat dengan Kota Sorong . Ada dua bagian, Misool Timur Selatan dan Misool Barat. Daerah ini terkenal juga dengan keanekaragaman budaya, adat, laut dan darat.
Menurut Ikky, salah satu daya tarik utama Raja Ampat atau Misool secara khsusu adalah karena merupakan segitiga karang dunia yang kaya spesies. “Ikan-ikan hiasnya sangat banyak. Ikan hiu paus juga kerap datang ke sana,” pujinya.
“Kita berharap pandemi segera berlalu. Saya yakin dengan recovery selama enam bulan terakhir, kondisi terumbu karang dan spesies unik Misool juga akan semakin luar biasa. Para wisatawan pasti akan sangat terhibur. Semoga,” tutup Ikky.