Rina Aryana, mahasiswa Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku membagikan pandangannya tentang perlunya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi risiko wabah penyakit Monkeypox. Apa itu Monkeypox dan bagaimana kesiapsigaan mesti dilakukan? Mari simak berikut ini.
PELAKITA.ID – Apa itu Penyakit Mpox? Mpox (Monkeypox) merupakan Penyakit emerging zoonosis yang disebabkan virus Monkeypox (anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae).
Penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung sekitar 2 – 4 minggu, namun dapat berkembang menjadi berat hingga kematian (Case Fatality Rate 3 – 6 persen).
World Health Organization (WHO) pernah menyatakan Mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Jumlah kumulatif kasus sampai dengan 26 September 2023 sebanyak 90.618 kasus dengan 157 kematian yang dilaporkan dari 115 negara. Sampai minggu ke 51 Indonesia melaporkan sebanyak 71 kasus dengan jumlah kasus sembuh sebanyak 56 kasus.
Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut.
Penularannya dapat melalui droplet, cairan yang keluar dari lesi/ruam kulit, dari plasenta ibu ke anak, dan melaui hubungan seksual.
Mpox memiliki gejala seperti demam, Sakit kepala hebat, pembengkakan getah bening, sakit tenggorokan, hidung tesumbat, batuk, dan ciri khas dari penyakit ini adalah munculnya ruam/ lesi pada kulit. (Kemenkes RI, 2023).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia belum menerima laporan resmi dari Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan terkait dua warga Makassar yang diduga terinfeksi cacar monyet atau monkeypox.
Hingga kini, belum dapat dipastikan apakah kasus tersebut akan menambah jumlah kumulatif pasien suspek cacar monyet di Indonesia.
Berdasarkan data terbaru pada pertengahan Agustus, Kemenkes RI mengungkapkan bahwa dua kasus suspek sebelumnya telah dinyatakan negatif setelah menjalani tes PCR.
Di Makassar, atau di Sulawesi Selatan secara umum, sudah ada kasus Mpox terdeteksi sebagaimana dirilis oleh CNN Indonesia.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Arman Bausat, sebelumnya mengungkapkan adanya dua kasus suspek cacar monyet di Makassar.
Kedua pasien dilaporkan mengalami gejala berupa ruam yang menyerupai tanda-tanda monkeypox.
Salah satu pasien memiliki riwayat perjalanan ke Jakarta dan saat ini sedang menjalani perawatan serta isolasi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin.
Perlu kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Hal ini sangat diperlukan untuk mencegah terjadi suatu bencana non alam. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. (UU nomor 24/ 2007).
Pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko wabah penyakit Mpox salah satunya adalah agar penyebaran virus tidak meluas. Kurangnya kesadaran masyarakat terkait penyakit ini sehingga alasan utama penyakit ini terabaikan.
Pengabaian ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk kesalahan diagnosis dan kurangnya pengakuan, keterbatasan akses terhadap pengobatan yang efektif, kurangnya dana untuk penelitian dan tindakan pengendalian, dan kurangnya kesadaran masyarakat.
Ketua Satgas MPox PB IDI, Dr Hanny Nilasari, mengatakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini adalah salah satu alasan utama diabaikannya Mpox di Asia Tenggara.
“Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui gejala Mpox dan mungkin tidak tahu cara melindungi diri dari penyakit tersebut,” kata Hanny.
“Kurangnya informasi ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, yang dapat berakibat lebih parah. Selain itu, sering terjadi kesalahpahaman mengenai penyakit ini, bahwa Mpox bukanlah penyakit serius atau tidak umum terjadi,” sebutnya.
Hal tersebut dapat mengakibatkan kurangnya kepedulian terhadap penyakit ini dan keengganan mengambil tindakan untuk melindungi diri dari infeksi.
Selain itu, Mpox sering kali mendapat prioritas rendah dari berbagai organisasi dan tidak dipandang sebagai isu prioritas dibandingkan penyakit lain, seperti HIV/AIDS, tuberkulosis, atau malaria.
Penting bagi pemerintah untuk mengambil langkah yang tepat dalam menghdapi wabah ini, menurut Dr Kurnia menyarankan strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi penyebaran Mpox di Indonesia.
Upaya mencegah transmisi virus Mpox, katanya, dengan meningkatkan kesadaran diri pada masyarakat serta isolasi bagi individu yang terinfeksi.
“Mencegah penularan Mpox sangat bergantung pada kebersihan diri. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah beraktivitas di tempat umum serta menggunakan masker dapat menjadi benteng pertahanan yang efektif,” kata Kurnia.
“Selain itu, WHO dan CDC merekomendasikan pemberian vaksin diprioritaskan terutama pada Petugas laboratorium, Tenaga kesehatan di RS rujukan dan Populasi berisiko,” terang Kurnia.
Wabah/ KLB merupakan suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin saja tidak akan terjadi. Oleh karena adanya unsur ketidak pastian, maka diperlukannya kesiapsiagaan dalam rangka pencegahan penyebaran penyakit KLB.
Kasus Mpox di Thailand pertama kali di umumkan kasus mematikan pertama di Asia. Menurut Departemen Pengendalian Penyakit Thailand, virus itu menjangkiti seorang pria Eropa berusia 66 tahun.
Pemerintah Thailand telah melacak sekitar 43 orang. Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan potensi penyebaran lebih lanjut di Afrika dan sekitarnya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengatakan ada lebih dari 14.500 infeksi mpox dan lebih dari 450 kematian akibat Mpox antara awal tahun 2024 hingga akhir Juli.
Mereka mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat di seluruh benua, diharapkan pemerintah negara-negara di dunia akan lebih mampu mengoordinasikan respons mereka dan berpotensi meningkatkan aliran pasokan dan bantuan medis ke daerah-daerah yang terkena dampak.
Penyakit yang mirip dengan cacar ini disebabkan oleh virus yang ditularkan dari hewan ke manusia dan dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat .
Mpox dapat menular dari manusia ke manusia dan tidak hanya dari hewan ke manusia.
Cepatnya penyebaran Mpox secara global dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tingginya jumlah orang yang bepergian.
Demikian pula perdagangan internasional hewan seperti monyet, munculnya jalur penularan baru dari manusia ke manusia. Khususnya melalui hubungan seksual Lelaki Seks Lelaki (LSL), munculnya gejala yang tidak biasa dan masih minimnya ketersediaan vaksin MPox di negara-negara berisiko tinggi.
Penyakit MPox awalnya lebih sering terjadi di Afrika, namun dengan meningkatnya perjalanan internasional dan urbanisasi, risiko penyebarannya ke berbagai negara ikut bertambah.
Oleh karena itu, kesiapsiagaan global menjadi sangat penting guna mencegah lonjakan kasus di negara-negara yang sebelumnya tidak memiliki kasus endemik.
Mencegah penyebarluasan
Langkah-langkah pencegahan seperti peningkatan edukasi mengenai gejala, penerapan kebersihan yang baik, serta akses ke vaksinasi efektif dalam menurunkan tingkat penularan.
Mengabaikan tindakan pencegahan dapat mempercepat penyebaran penyakit, memperburuk keadaan masyarakat, dan menambah beban sistem kesehatan.
Pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa tanpa kesiapsiagaan yang memadai, penyakit menular bisa menyebar dengan cepat dan menyebabkan dampak yang besar.
Pengalaman dari wabah sebelumnya menunjukkan pentingnya kesiapan masyarakat dan pemerintah dalam mengurangi risiko dengan pendekatan yang proaktif.
Penanganan wabah bukan hanya melindungi individu, tetapi juga komunitas secara keseluruhan.
Penyakit yang cepat menular, seperti monkeypox, dapat memicu krisis kesehatan jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, kesiapsiagaan berfungsi untuk melindungi masyarakat luas, terutama kelompok yang rentan.
Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi risiko wabah penyakit monkeypox (Mpox) melibatkan kesadaran akan gejala, pencegahan penularan, dan tindakan pencegahan melalui vaksinasi dan perilaku hidup bersih.
Siaga bencana termasuk wabah penyakit adalah upaya mempersiapkan diri, keluarga, dan komunitas di sekitar kita sebagai antisipasi ancaman bencana alam, sosial. Siaga bencana diharapkan dapat meminimalisir korban jiwa, korban luka, maupun kerusakan infrastruktur bangunan
Edukasi masyarakat tentang cara mengenali gejala awal seperti demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening sangat penting.
Pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan tangan, menghindari kontak langsung dengan hewan liar atau manusia yang terinfeksi, serta memperhatikan jarak sosial di area berisiko tinggi.
Selain itu, akses terhadap vaksinasi serta koordinasi dengan lembaga kesehatan juga menjadi bagian penting dari kesiapsiagaan untuk mengurangi penyebaran dan dampak wabah Mpox.
____
Artikel ini tayang sebagai kerjasama penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi dan perilaku kesehatan