Lili Ufrianti Nirwati, mahasiswa Fakultas Kesehatran Masyarakat Unhas semester lima membagikan pandangannya tentang keberadaan gadget dan dampaknya bagi Generasi Z. Seperti apa? Mari simak paparannya.
PELAKITA.ID – Setiap malam rasanya seperti berperang dengan diri sendiri. Tubuh saya lelah, tetapi pikiran saya terus berputar-putar karena mengingat segala hal yang belum terselesaikan, banyaknya tekanan sosial, tuntutan akademik, dan kebiasaan scroll media sosial hingga tengah malam membuat saya sulit tidur.
Demikian kisah A. Adriyanti seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang sering mengalami kesulitan tidur di malam hari.
Permasalahan selama beberapa tahun terakhir di tengah kemajuan teknologi telah mengubah wajah dunia, penggunaan gadget meningkat secara substansial dan menimbulkan kekhawatiran yang berkembang tentang efek pada kesehatan.
Radiasi teknologi yang menyebabkan efek buruk pada kesehatan akan menandakan masalah kesehatan masyarakat secara luas.
Generasi Z yang lahir dengan berbagai kemudahan teknologi yang ada di ujung jari dan kegiatan memikat perhatian, justru menghadapi ancaman yang tidak terlihat, yaitu insomnia.
Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur menjadi momok yang menghantui generasi ini.
Di Indonesia, angka prevalensi insomnia sekitar 67%, sebanyak 55,8% insomnia ringan dan 23,35% mengalami insomnia sedang.
Bayangkan sejenak, seorang remaja yang menghabiskan berjam-jam menatap layar ponsel sebelum tidur, terbangun keesokan hari dengan rasa lelah yang membebani harinya.
Apakah kita benar-benar ingin generasi yang dikenal dengan kreativitas dan inovasi ini terjebak dalam siklus kurang tidur?
Fenomena insomnia di kalangan Generasi Z bukanlah kebetulan, ini adalah cerminan dari tekanan sosial, tuntutan akademik, dan gangguan digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari.
Di saat mereka seharusnya menikmati masa muda, banyak dari mereka yang justru terjebak dalam perang melawan tidur, dengan berbagai dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental.
Generasi Z tumbuh dalam era dimana konektivitas menjadi kebutuhan utama. Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi pendorong utama bagi mereka untuk tetap terjaga dan mengikuti setiap perkembangan di dunia maya. Always on menjadi gaya hidup yang tidak terhindarkan.
Mereka merasa tertekan untuk selalu aktif di media sosial, menjawab pesan dengan cepat, dan mengikuti setiap tren yang muncul.
Ketakutan ketinggalan informasi dan interaksi sosial mendorong untuk melupakan kebutuhan dasar tubuh, yaitu tidur yang cukup dan berkualitas.
Insomnia pada Generasi Z bukan hanya bercerita tentang masalah pribadi, melainkan sebuah krisis kesehatan mental yang berdampak luas pada kehidupan dan masa depan bangsa.
Mereka adalah generasi yang akan memimpin masa depan, namun bagaimana mereka bisa memimpin jika kesehatan mental mereka terganggu? Insomnia bukan hanya permasalahan kesulitan tidur, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.
Tentang Insomnia
Insomnia pada Generasi Z disebabkan oleh penggunaan teknologi dan media sosial yang berlebihan, terutama sebelum tidur, tekanan akademis dan profesional yang tinggi, gaya hidup tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi makanan yang tidak sehat, serta faktor psikologis seperti kecemasan, depresi, dan gangguan mood.
Menurut Pujiana dan Lestari tahun 2017, penurunan kualitas tidur akan menyebabkan seseorang terbangun dengan kondisi tubuh yang kelelahan serta sering mengantuk pada siang hari, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan penurunan konsentrasi saat belajar.
Beberapa studi penelitian menyatakan bahwa penggunaan gadget secara berlebihan akan lebih rentan mengakibatkan gangguan kesehatan seperti sakit kepala, kelelahan, gangguan konsentrasi, masalah pendengaran, dan sulit tidur yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia.
Insomnia yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan obesitas.
Survei epidemiologis telah menunjukkan tidak hanya penggunaan internet itu sendiri, tetapi karena waktu layar atau screen time dapat mempengaruhi tidur, dan studi fisiologis menentukan bahwa pemancar cahaya biru, seperti yang ditemukan di layar gadget dapat mempengaruhi sistem sirkadian, mengganggu produksi melatonin, dan hormon yang mengatur siklus tidur bangun.
Selain itu, konten digital yang menarik dan notifikasi yang terus berdatangan dapat memicu stimulasi otak dan membuat seseorang sulit untuk tidur.
Hasil survei Kementrian Komunikasi dan Informasi mengemukakan fakta bahwa 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna gadget saat ini yang menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan.
Solusi
Sebagian orang berpendapat bahwa insomnia hanyalah masalah pribadi yang dapat diatasi dengan disiplin diri. Namun, pada kenyataannya insomnia pada Generasi Z merupakan hasil interaksi kompleks antara faktor internal dan eksternal.
Penggunaan teknologi dan media sosial yang berlebihan, profesional yang tinggi, gaya hidup yang tidak sehat, serta faktor psikologis, seperti kecemasan dan depresi, semua hal ini berperan dalam memicu terjadinya insomnia.
Generasi Z yang hidup dalam lingkungan yang mendorong untuk terus terhubung dan terjaga. Tekanan untuk sukses, tuntutan untuk selalu tampil sempurna di media sosial, dan gaya hidup yang serba cepat membuat mereka sulit melepaskan diri dari ketergantungan teknologi dan menemukan waktu untuk istirahat yang cukup.
Generasi Z membutuhkan pendekatan multidimensional yang melibatkan berbagai pihak. Penting untuk memberikan edukasi terkait pola tidur yang cukup dan berkualitas.
Membangun kebiasaan tidur yang sehat, terapi perilaku kognitif untuk insomnia, dukungan keluarga dan teman terdekat, serta lingkungan belajar yang mendukung kesehatan mental dan fisik.
Masyarakat juga dapat berperan dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya tidur yang cukup dan menyediakan akses terhadap layanan kesehatan mental agar mereka dapat bermimpi, belajar, dan membangun masa depan yang lebih baik.
____
Artikel ini tayang sebagai kerjasama penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi dan perilaku kesehatan