Julya Zhalsabila Mursid | Kesehatan Mental, Media Sosial dan Perilaku Kaum Muda

  • Whatsapp
Julya Zhalsabila Mursid (dok: Pribadi)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID –  Pembaca sekalian, tahukah anda bahwa organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengungkapkan bahwa hampir 1 Miliar Orang di Dunia Alami Gangguan Kesehatan Mental. Mengerikan bukan?

Oh iya, setiap 10 Oktober berbagai pihak di dunia menyuarakan kampanye Hari Kesehatan Mental Sedunia. Peringatan ini sebagai bentuk dukungan atas kepedulian terhadap kesehatan mental yang jadi bagian penting dari kesehatan seseorang secara utuh.

Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang yang dapat meraih kesejahteraan dalam mentalnya. Kesehatan mental merupakan bagian dari kesehatan secara umum dan tidak terpisahkan dari kesehatan fisik. Mental yang tidak terjaga dengan baik dapat mempengaruhi menurunnya kesehatan fisik pula.

Contoh saat seseorang terkena masalah dalam kesehatan mental, berbagai gangguan mental bisa menyerangnya.

Bentuk gangguan mental di antaranya gangguan kecemasan, gangguan suasana hati, gangguan psikotik, hingga gangguan makan.

Dalam keadaan lebih parah, seseorang dapat terkena skizofrenia yang membuatnya sulit membedakan kehidupan nyata dan khayalan.

Pada remaja, kesehatan mental menjadi semakin penting untuk diperhatikan, terutama mengingat meningkatnya kasus gangguan mental, seperti kecemasan, depresi, hingga perilaku menyakiti diri sendiri.

Kondisi ini seringkali diperparah oleh stigma sosial yang melekat pada masalah kesehatan mental, sehingga remaja enggan mencari bantuan.

Di tengah perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang cepat, remaja saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang mempengaruhi kesehatan mental mereka.

Lingkungan sosial, media digital, dan tekanan akademik sering kali menjadi sumber stres dan kecemasan yang berkepanjangan.

Seiring dengan bertambahnya tuntutan dan ekspektasi, semakin banyak remaja yang melaporkan mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan isolasi sosial.

Permasalahan ini tidak bisa diabaikan karena kesehatan mental yang buruk di usia muda dapat membawa dampak jangka panjang bagi perkembangan pribadi dan sosial remaja tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap kesehatan mental remaja semakin meningkat. Banyak remaja yang harus menghadapi berbagai masalah, seperti kecemasan, stres, depresi, hingga gangguan kesehatan mental yang lebih kompleks.

Sayangnya, masalah kesehatan mental ini tidak disadari atau dianggap remeh oleh orang-orang di sekitar mereka, sehingga menyulitkan remaja untuk mendapatkan bantuan yang diperlukan.

Oleh karena itu memahami masalah ini lebih dalam dan menemukan solusi yang tepat sangatlah penting untuk membantu remaja keluar dari jeratan masalah kesehatan mental.

Menangani Kesehatan Mental Kaum Muda

Masalah kesehatan mental pada kaum muda atau remaja harus ditangani dengan serius karena tekanan sosial dan ekspektasi tinggi membuat mereka semakin rentan terhadap gangguan mental.

Lingkungan sosial yang tidak mendukung, baik dari keluarga, sekolah, maupun media sosial, memainkan peran besar dalam memperburuk kondisi ini.

Tanpa dukungan yang memadai, remaja dapat merasa terisolasi dan tidak mampu mengatasi masalah mereka, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan mental mereka.

Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana remaja merasa didengar, diterima, dan diberi akses terhadap bantuan profesional.

Remaja berada dalam masa perkembangan yang penuh tantangan, di mana tekanan dari sekolah, keluarga, dan media sosial sangat memengaruhi kesehatan mental mereka.

Media sosial dan kaum muda

Di era digital, paparan standar kesempurnaan yang tidak realistis di media sosial membuat remaja lebih rentan terhadap perasaan rendah diri dan kecemasan.

Penelitian dari Journal of Adolescent Health dan WHO menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memperburuk kecemasan, depresi, dan rasa tidak aman, dengan satu dari lima remaja mengalami masalah kesehatan mental, terutama depresi.

Citra ideal di media sosial mendorong perbandingan yang tidak sehat, yang menurunkan rasa percaya diri remaja dan meningkatkan risiko kecemasan sosial dan depresi. Hal ini juga dapat menyebabkan isolasi sosial, memperburuk kondisi mental mereka.

Contoh tragis seperti kasus Amanda Todd, yang menjadi korban cyberbullying hingga akhirnya bunuh diri, menunjukkan dampak parah dari tekanan sosial daring terhadap kesehatan mental remaja.

Dampak jangka panjang dari kecemasan dan depresi pada remaja mencakup terganggunya prestasi akademis, karena kesulitan konsentrasi dan motivasi, serta hubungan sosial yang memburuk.

Isolasi sosial memperparah gangguan mental dan menciptakan lingkaran setan yang sulit dihentikan.

Selain itu, masalah ini juga dapat berpotensi mengganggu masa depan remaja, termasuk perkembangan karier, kepercayaan diri, dan kemampuan mereka berfungsi secara optimal dalam masyarakat.

Kesehatan mental yang buruk di masa remaja dapat memengaruhi kualitas hidup dan peluang sukses di masa depan.

Banyak orang mungkin beranggapan, masalah kesehatan mental yang dihadapi kaum muda hanyalah fase sementara, bagian dari perjalanan mereka menuju kedewasaan.

Beberapa yangg lain juga percaya bahwa tekanan sosial dan tuntutan akademik hanyalah ujian yang akan membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh.

Hanya saja, pemikiran tersebut sering kali mengabaikan kenyataan yang lebih mendalam. Tidak semua remaja memiliki ketahanan mental yang sama.

Penulis melihat bahwa bagi sebagian orang, tekanan itu mungkin hanya riak kecil, tetapi bagi yang lain, itu bisa menjadi badai yang menghancurkan. Penulis menyaksikan ada banyak persoalan besar di sekitar kita justeru bermula dari pembiaraan atas gejala tidak sehat dari kaum muda.

Bayangkan seorang remaja yang setiap hari menghadapi dunia dengan senyuman, meskipun hatinya terasa semakin berat.

Mereka berjalan di lorong sekolah, berusaha menyesuaikan diri dengan harapan orang tua, guru, dan teman sebaya. Setiap komentar kecil tentang penampilan atau prestasi akademik menambah beban dalam dirinya.

Tanpa dukungan yang memadai dari orang-orang terdekat, remaja ini mungkin mulai merasa kehilangan arah, seolah-olah tidak ada tempat untuk berlindung dari badai yang terus bergemuruh dalam pikirannya.

Tekanan yang dianggap sebagai “bagian dari proses” ini tidak membentuk ketangguhan, tetapi malah membuat luka yang sulit disembuhkan.

Saya kira, aspek kesehatan mental remaja adalah isu yang tidak bisa dipisahkan atau diabaikan. Mengapa demikian karena masa remaja merupakan fase penting dalam perkembangan emosional dan sosial. Betul tidak?

Hemat penulis, perlu kondisi baik, atau ingkungan yang mendukung. Bukan hanya di rumah, sekolah, maupun media sosial, sangat berpengaruh dalam membantu mereka menghadapi tekanan psikologis.

Dengan pendekatan yang penuh empati dan upaya preventif, kita bisa membantu remaja menjalani kehidupan yang lebih sehat secara mental, serta menghindari dampak jangka panjang seperti kecemasan dan depresi.

Kita semua berperan dalam menciptakan lingkungan yang peduli dan terbuka terhadap kesehatan mental. Sudah saatnya kita memperhatikan, mendengarkan, dan bertindak untuk memberikan dukungan yang diperlukan bagi generasi muda.

Mari bersama-sama membangun dunia yang lebih peduli dan memberi ruang bagi remaja untuk tumbuh dengan sehat, bahagia, dan kuat.

____

____

Artikel ini tayang sebagai kerjasama penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi kesehatan dan ilmu perilaku 

Related posts