Rusman Madjulekka | Solihin Golkar

  • Whatsapp
Solihin Kalla (dok: Istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Dijanjikan ada kejutan. Saat Ketum Partai Golkar Bahlil Lahadalia mengumumkan pengurus lengkap DPP partai berlambang pohon beringin itu.

Spekulasi yang beredar nama mantan Presiden Jokowi atau Wapres Gibran Rakabumi Raka akan masuk Golkar. Publik menunggu-nunggu. Sampai habis nama-nama pengurus dibacakan, tak ada nama keduanya. Tak ada kejutan.

Yang ada justru kejutan kecil. Karena ada satu nama yang curi perhatian. Padahal selama ini bergeming, menolak godaan atau rayuan masuk parpol. Menjaga jarak dengan urusan politik. Tapi berteman dan berinteraksi dengan orang-orang politik. Namanya disebut: Solihin Kalla. Sebagai Ketua Bidang Kewiraswastaan.

Saya kenal sekilas Solihin. Anda sudah tahu ayahnya: Muhammad Jusuf Kalla. Wapres RI dua priode (2004-2009 dan 2014- 2019), pengusaha dan tokoh politik yang pernah jadi Ketua Umum DPP Golkar periode 2004-2009 menggantikan Akbar Tanjung.

Bersama Solihin ada juga sederet nama anak para mantan Ketum Golkar lainnya seperti Fitri Krisnawati Tanjung, Gavriel Putranto Novanto, Ravindra Hartarto, Dave Laksono. Ada pula nama adik dari Ketua Dewan Pembina Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita, yang juga anak dari Ginandjar Kartasasmita, Galih Kartasasmita.

Solihin anak keempat dari pasangan Jusuf Kalla-Mufidah. Lahir 27 Juni 1976 di Makassar. Kakak dan adiknya semua perempuan. Chairani Kalla, Muchlisa Kalla, Imelda Kalla, dan Muswira Kalla. Solihin biasa dipanggil Ihin.

Solihin diambil dari nama petinggi TNI yang orang Sunda dan pernah bertugas di Makassar sebagai Pangdam Hasanuddin.

Namanya Mayjen TNI Solihin GP. Masa itu sang panglima dikenal populer dan cukup dekat dengan aktivis mahasiswa dan tokoh masyarakat, khususnya di Sulawesi Selatannya, kampungnya Jusuf Kalla.

Sejak kecil Ihin sudah diperkenalkan pada dunia usaha oleh ayahnya. Namun baru pada tahun 2000, setelah menyelesaikan pendidikan, ia mulai lebih serius mengurus perusahaan keluarga.

Adaptasi Ihin didunia bisnis tidak membuatnya kesulitan, karena dirinya merupakan jebolan dari Jurusan Bisnis Internasional Universitas Duke, di Amerika Serikat. Ia menikah dengan Pinta Bestari dan dikaruniai empat anak.

Sebagai anak lelaki satu-satunya, Ihin menjalani kariernya dari bawah. Berproses, bertahap dan berjenjang. Kemudian dipercaya menjadi CEO di Kalla Grup yang membawahi sejumlah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha, seperti otomotif, industry, jasa, perdagangan, transportasi, energi, properti, infrastruktur dan lainnya.

Sudah lama tidak bertemu Ihin. Memori saya terbawa pada pertemuan pertama kali dengannya beberapa tahun silam. Di Makassar, Sulawesi Selatan. Waktu itu menjelang pertemuan akbar para Saudagar Bugis Makassar (PSBM). Kegiatan akbar yang diinisasi ayahnya, Jusuf Kalla dkk digelar setiap tahun. Dan biasanya dilaksanakan seminggu setelah lebaran. Targetnya memanfaatkan momentum pulang kampung para saudagar dari perantauan.

“Permisi…permisi,” ucap pria menerobos kerumunan wartawan di ruang outdoor lantai dasar bangunan yang masih tahap finishing dan sekarang dikenal gedung Wisma Kalla. Letaknya di tengah kota Makassar. Persisnya, hanya selemparan batu dari eks rumah tokoh pahlawan nasional Dr.Gerungan Saul Samuel Jacob (GSSJ) Ratulangi yang juga Gubernur Sulawesi pertama.

Tak banyak yang mengenali Solihin saat itu. Makanya saat pembawa acara (MC) memintanya maju kedepan dan memperkenalkan, banyak yang terperangah, melongo, tak menyangka anak muda berkaos oblong yang baru saja ngeloyor menyelinap diantara mereka tadi putra pengusaha dan politisi nasional Muhammad Jusuf Kalla atau akrab disapa Daeng Ucu.

Seingat saya waktu itu Ihin didaulat sebagai ketua panitia pelaksana pertemuan akbar diaspora saudagar Bugis Makassar yang datang dari seantero nusantara. Yang jadi topik menarik bukan kegiatannya. Tapi justru sosok dirinya yang digadang-gadang sebagai calon penerus kepemimpinan di perusahaan yang dirintis kakeknya, Hadji Kalla pada 1952 silam.

Boleh dibilang, itulah momen pertama kalinya Ihin tampil ke publik. Apalagi ia memang dikenal pendiam dan jauh dari publikasi dan sorotan lampu.

Dan kini Solihin masuk dunia politik. Secara formal. Dimulai dari partai Golkar. Meski punya privilege. Kepiawaiannya dalam politik masih perlu diuji. Terutama dalam kontestasi elektoral.

Pebisnis itu kini menjadi politikus. Ia akan bisa membandingkan apakah ilmu dan pengalamannya selama ini bisa membuatnya beradaptasi mulus dengan realitas politik di lapangan. Biar waktu yang menjawab.

Setidaknya Ihin memang harus membuktikan dirinya adalah generasi yang bukan hanya bisa nebeng ketokohan bapaknya.

Penulis: Rusman Madjulekka.

Related posts