PELAKITA.ID – Perahu lengkap dengan baling-baling, dayung, jaring, alat tangkap kepiting, tali, kerang, dan benda-benda yang biasa dipakai nelayan jadi seting panggung Pertunjukan Muara Sungai, Laut, dan Tallo Bersejarah, yang berlangsung sejak Minggu pagi, 21 Juli 2024.
Pertunjukan dengan latar tulisan ikon Pantai Marbo itu, langsung berbatasan dengan laut luas, tempat nelayan di pesisir Pantai Mangarabombang mencari ikan dan tude (kerang).
Ferdhiyadi N, penerima Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Kemendikbudristek RI, mengatakan ada tiga alasan Pertunjukan Muara Sungai, Laut, dan Tallo Bersejarah diadakan di Tallo.
…
Anak-anak senang permainan tradisional, seperti longga-longga dan dende-dende. Bu Mia (43 tahun) dan Bu Ati (56 tahun), mengaku terkenang pada masa kecilnya.
Saat masih kecil, katanya, mereka sering bermain lompat tali, congklak, petak umpet, longga-longga, dan jangang-jangang.
Aneka jajanan tradisional juga dijual warga. Gade-gade warga yang menyediakan aneka minuman dan makanan ringan kemasan terlihat laris manis. Cuaca cerah seharian sangat mendukung kerlancaran acara.
Pada sesi sore, tenggelam bersama puisi, tampil membacakan puisi dari UKM Seni Pancoran UKI Paulus, dan seorang murid SMP.
Sofyan Basri dari Ruang Abstrak Literasi, juga tampil membaca puisi Karaeng Pattingalloang Galileo dari Timur karya Rusdin Tompo. Pada malam hari, masih ada beragam penampilan.
Dongeng kebudayaan dengan pesan pentingnya menjaga ekosistem laut, yang ditampilkan Kak Mangga dkk, sangat menghibur anak-anak. Anak-anak dan warga diajak tidak membuang sampah ke laut, yang jadi bagian dari cerita. Pasinrilik Arif Daeng Rate, tampil memainkan cerita sejarah Kerajaan Tallo, di era keemasan kekuasaan Karaeng Matoaya.
Pertunjukan seni budaya yang disebut-sebut warga sebagai pesta rakyat ini, saat pembukaan dihadiri Sekcam Tallo, Lurah Tallo, dan RT/RW se-Kelurahan Tallo.
Dinas Kebudayaan Kota Makassar, dan beberapa staf Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX juga hadir.
Saat prosesi panaik-panaung, yang diadakan menjelang Magrib, panca dengan seserahan dilarungkan ke laut. Begitu panca yang berisi ayam goreng 2 ekor, songkolo empat warna, telur, pisang, burasa, dan aneka buah diturunkan, anak-anak langsung berebutan.
Ada yang mengaku merinding saat mengikuti prosesi itu menuju ke laut.
Alghifari Jasin melakukan performance art di tanggul Marbo, dengan membawa setumpuk buku. Ia mengenakan baju dan sarung putih. Saat berada di atas perahu, dia mengatakan, Tallo punya sejarah yang panjang. Banyak arsip dan ilmu pengetahuan yang dimiliki tapi entah di mana semua itu.
“Karena itu kita perlu menulis. Dengan menulis kita membuat sejarah sendiri, yang akan diarsipkan menjadi buku-buku,” imbuhnya.
PenulisL Rusdin Tompo