Pengalaman Naik Teman Bus Takalar-Makassar

  • Whatsapp
Ainun Jariyah Muttaharrah (Peserta Kelas Menulis Puan Tani, alumni SMAN 3 Takalar)

DPRD Makassar

Pengalaman Naik Teman Bus Takalar-Makassar ditulis oleh pewarta untuk Pelakita.ID, Ainun Jariyah MuttaharrahDia adalah peserta Kelas Menulis Puan Tani, alumni SMAN 3 Takalar.

Seperti apa pengalamannya saat naik Temas Bus dari Takalar ke Makassar? Mari simak berikut ini.

PELAKITA.ID – Empat bulan lalu, tepatnya pada 5 Maret 2024, aku, Icha dan Kiki tanpa rencana–yang pastinya anti wacana–tiba-tiba memutuskan ke Kota Makassar untuk mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan modern, yaitu Mal Panakkukang (MP).

Aku yang, kala itu, masih berstatus pelajar, belum bebas naik sepeda motor ke kota. Maka itu aku dan temanku menggunakan jasa Teman Bus.

Dari tempat tinggalku di Bontopanno, Desa Paddinging, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, masih jauh perjalanan yang dibutuhkan untuk sampai ke rute pemberhentian bus yang paling dekat, di Boddia.

Andai saja Teman Bus bisa sampai ke Jalan Poros Takalar, pasti akan lebih mudah untuk mengaksesnya.

Karena tidak perlu repot naik sepeda motor dengan jarak yang jauh untuk bisa naik bus milik perusahaan DAMRI tersebut.

Pada pagi itu, aku segera bergegas setelah sepakat untuk ke Makassar menggunakan bus. Aku dan temanku menempuh jarak sekitar 10 km dengan menggunakan sepeda motor.

Kami berboncengan bertiga untuk bisa sampai ke Boddia. Begitu tiba di sana, kami menitipkan sepeda motor di rumah tante Anning.

Syukurlah, bertepatan dengan itu, ada bus yang sedang berhenti mengambil penumpang. Aku dan temanku memanggil bus, maksudnya berteriak ke arah sopir, agar menunggu kami sebentar menyimpan sepeda motor.

Kemudian kami bergegas naik ke atas Teman Bus. Tidak lupa, scan pembayaran terlebih dulu sebelum mengambil tempat duduk.

Suasana di dalam bus (dok: Istimewa)

Sampai di atas bus, aku memilih duduk pada bagian kanan bus. Namun aku pikir melihat perjalanan dari samping tidak terlalu bagus. Aku lalu berpindah pada kursi paling belakang menghadap ke depan bersama dua temanku. Barulah aku merasakan menikmati menaiki bus.

Dari tempat duduk itu, aku memperhatikan penumpang naik turun, juga mendengar celotehan informasi dari pelantang suara Teman Bus tentang rute yang akan ditempuh.

Selama dalam perjalanan, mataku membaca semua peraturan yang tertera di dalam Teman Bus. Aku cukup menikmati perjalanan karena keadaan bus yang nyaman. Bus ini dilengkapi dengan AC dan kebersihannya yang terjaga.

Sampai pada sebuah pemberhentian, aku menambahkan poin plus untuk Teman Bus yang terpercaya, Ada seorang ibu memberhentikan bus yang aku naiki ini.

Setelah ia men-scan pembayaran dan mengatakan rute tujuan kepada driver, naiklah seorang anak yang memakai seragam SD.

Ibu itu pun turun membiarkan anaknya di atas bus untuk diantar pada rute tujuan yang sudah diberitahu sebelumnya. Itu artinya, penumpang bus percaya pada amanah yang diberikan akan dilaksanakan dengan baik oleh driver.

Setelah beberapa rute pemberhentian dilewati, anak itu turun pada rute tujuannya, di depan sekolahnya.

Bus melanjutkan perjalanan hingga kami tiba pada rute terakhir yang berada di belakang Mal Panakkukang. Aku dan temanku turun untuk masuk ke mal, menikmati jalan-jalan kami dan menghabiskan waktu hingga sore hari.

Selama di MP kami jalan-jalan cuci mata, makan dan nonton di Cinema 21. Kebetulan saat itu lagi hits film “Agak Laen” yang dibintangi para komika kocak.

Sekira pukul 17.04 wita kami keluar MP menuju parkiran bus. Terlihat 4 Teman Bus berjejer rapi menunggu penumpang. Aku melihat ada satu bus yang sudah terisi penumpang.

Jadi kami ikut naik ke bus tersebut. Perjalanan pulang ku ditemani matahari yang mulai menenggelamkan cahayanya sampai benar-benar berganti malam.

Pada perjalanan pulang menuju arah Takalar bus sangat ramai oleh penumpang, hingga semua kursi terisi, termasuk dua kursi daruratnya.

Pemandangan dari dalam bus, suasana jelang malam (dok: Istumewa)

Banyak penumpang yang kelihatan lelah setelah beraktivitas seharian. Namun tidak perlu khawatir karena kenyamanan di bus tidak akan menambah rasa capek.

Aku benar-benar menikmati perjalanan. Sunset, hari itu, sangat indah menemani perjalanan kami. Suara riuh di atas bus tapi terasa tidak menggangu, justru mengusir rasa ngantuk dan bosan saat dilanda macet.

Begitu angka digital pada jam tangan menunjukkan pukul 19.57 wita, kami tiba pada rute terakhir Teman Bus sebelum menuju stasiunnya. Aku dan temanku turun.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Sopir, dan bergegas mengambil sepeda motor yang sejak pagi dititip.

Aku menemui tante Anning, mengucapkan terima kasih lalu segera pamit pulang karena malam semakin larut. Aku, Icha dan Kiki kembali menempuh jarak 10 km untuk sampai ke rumah di Bontopanno.

Beristirahat setelah perjalanan merasakan pengalaman pertama menggunakan jasa Teman Bus tak bisa lagi ditunda-tunda. Rasa-rasanya ingin cepat-cepat membaringkan tubuh.

Sungguh, kesan pertamaku menaiki Teman Bus tidak mengecewakan. Tentu aku puas. Ongkosnya, boleh dikata murah meriah.

Dibandingkan menggunakan angkot ke Makassar dengan rute jalan poros Takalar perlu butuh biaya hingga Rp40.000 pulang pergi.

Sedangkan dengan Teman Bus hanya perlu Rp4.600 sekali naik. Jadi tidak cukup Rp10.000 sudah bisa pulang pergi ke Makassar-Takalar.

Sungguh sebuah perjalanan yang hemat. Apalagi kalau rutenya sudah bisa sampai ke Jalan Poros Takalar, akan sangat membantu warga pengguna transportasi umum, dan itu berarti akan jadi plus plus plus bagi Teman Bus.

Editor: Rusdin Tompo

Related posts