PELAKITA.ID – Warkop legendaris Hometown Kopizone menjadi saksi silaturahmi antaralumni Unhas pada dua organisasi IKA, yaitu jajaran Pengurus Pusat dan Wilayah Sulsel, Senin, 10 November 2023.
Sekretaris Umum PP IKA Unhas, Prof Yusran Jusuf hadir bersama sejumlah pengurus seperti Ahmad Musa ‘Uca’ Said, Mursalim dan Ari Ilham dari Kabarika.Id, Ode Sukirman dan Fitra.
Sementara dari IKA Wilayah Sulsel hadir Harun Ar Rasyid, Iqbal Arifin, Ema Husain, Nasrun Hamzah, Andi Rahmat, Mudzakkir Ali Jamil, Kamaruddin Azis, Wahyuddin Yunus hingga Dr Sakka Pati.
Menurut Harun, pertemuan silaturahmi ini untuk memperkuat sinergitas, solidaritas sekaligus bersama membaca dinamika dan kondisi internal IKA Unhas.
“Termasuk peluang pengembangan kerjasama ke depan,” kata dia.
Menurutnya, sudah ada beberapa kabar baik, gambaran tantangan keorganisasian, hingga peluang pengembangan kerjasama antaralumni seperti geopark.
Ada prospek menjadikan IKA Unhas sebagai cerminan komitmen alumni untuk mengambil peran dalam membaca, mengelola dan mendorong perubahan yang lebih baik untuk daerah, untuk NKRI.
“Pertemuan ini untuk silaturahmi, dan bergerak bersama mengangkat nama besar IKA Unhas,” kata Harun.
Harapan IKA Wilayah
Harun, ketua harian IKA Unhas Wilayah Sulawesi Selatan, menyampaikan sekurangnya empat poin yang disebutnya sebagai hasil pembacaan pada proses dan dinamikan keorganisasian.
Pertama, perlunya sinkronisasi atau penyelarasan proses-proses administrasi seperti persuratan yang menggambarkan hubungan fungsional dua organisasi IKA.
“Kalau ada persuratan ke wilayah, sebaiknya perlu pula CC ke pengurus. Jadi bukan hanya ke ketua. Harapannya ada juga yang bisa mendampingi pak ketua wilayah kalau ikut, atau bisa ada alternatif kalau ketua berhalangan di tengah kesibukannya,” jelas Harun.
Kedua, perlunya pendelegasian tugas. Dia menyebut itu dengan mengambil contoh persuratan.
“Perlu tertulis sehingga ketika ada kegiatan di PP, ada dasar bagi pengurus wilayah untuk menunjuk atau disposisi siapa yang bisa ikut,” kata dia.
“Biasanya pengalaman kami ada daftar yang kami share ke internal untuk misalnya siapa ikut atau rombongannya siapa saja,” ucap Harun.
Alumnus Fakultas Hukum angkatan 87 ini menyebut kadang-kadang karena ketiadaan informasi tertulis seperti itu, pihaknya luput atau tidak ikut acara yang digelar PP.
Ketiga, adalah perlu untuk mengecek kembali potensi alumni, keragaman pengalaman dan pengetahuan untuk ikut bersama-sama menunjukkan kontribusi alumni pada isu-isu besar, tentang bernegara.
Bagi Harun, IKA Unhas mesti keluar, tampil, untuk melakukan sesuatu, jangan seperti sekarang ini yang cenderung saling melemahkan.
Ke pentas nasional
Selain bahasan mengenai pola relasi dan dinamika internal, peserta juga memberikan pandangannya pada isu-isu nasiolnal seperti yang disampaikan oleh Iqbal Arifin agar atensi dan soluasi bisa datang dari alumni.
“Bisakah misalnya kita di IKA Unhas membahas urgensi semisal apakah Fraksi itu tidak perlu ada lagi di DPRD Kabupaten/Kota,” kata dia.
Dia menyampaikan itu sebab menurutnya, kabupaten-kota dan provinsi tidak punya kebijakan politik.
“Hanya punya Perda, disadur dari UU, kalau ada fraksi di kabupaten-kota, atau misalnya DPRD membahas kepentingan di Gowa misalnya, karena anggota Fraksi misalnya tidak punya basis atau tidak populer di sana pasti tidak akan berminat atau mau perhatikan itu,” kata Iqbal.
Selain itu, ada Mudzakkir Ali Jamil yang ingin agar IKA Unhas bisa mendorong adanya sistem politik yang bisa memetakan urgensitas pemilu dan sistem yang diadopsi.
“Termasuk mengajak alumni untuk membincang realitas tata kelola negara kita,” timpal Kamaruddin Azis.
“Tentang kualitas ideologi dan bagaimana proses check and balances berjalan di negeri ini, atau mengkritisi betapa konsentrasi kekuatan begitu terpusat saat ini pada satu kekuatan,” imbuhnya.
Intensifkan Komunikasi
Merespon itu, Yusran Jusuf menyebut saat ini sebagaimana menjadi program di bidang-bidang kepengurusan IKA Unhas, sudah ada inisiatif untuk ikut membahas situasi politik nasional.
“Ini persoalan manajemen dan komitmen saja, kalau rutin dilakukan dan bukan ngumpul-ngumpul saja tentu akan baik,” kata dia.
Dia setuju agar IKA Unhas aktifkan interaksi dan mengambil peran yang lebih tinggi.
“Tapi jangan gradual, dan ini perlu kontinu. Mau angkat persoalan ke level nasional ini tentu baik dan bisa saja kita kerjasamakan,” ujarnya.
“Yang jelas, kalau saya mari think global, act locally, itu perlu. Jangan hanya di Makassar, jangan hanya bahas gubernur, tetapi kebangsaan, sistem bernegara, bahas kebijakan untuk perbaikan,” tambahnya.
Dia setuju fleksbilitas, dan merespon perihal sisi persuratan, atau surat menyurat, pihaknya sangat fleksibel dan sangat terbuka.
“Bisa WA. Kalau surat menyurat memang menjadi sangat struktural sekali kesannya tapi jangan-mi hal-hal administratif menjadi persoalan untuk kebaikan kita semau,” kata dia.
Dia juga menyampaikan bahwa segala upaya untuk perbaikan organisasi perlu ditempuh, sejumlah isu juga menjadi atensinya termasuk konsolidasi ke dalam di PP IKA Unhas.
“Untuk membahasnya kita bisa gelar ngopi berkala antara pengurus pusat dan wilayah,” tuturnya.
Dia juga menyatakan selama ini upaya proaktif telah dilakukan oleh PP untuk percepatan pelantikan dan mengaktifkan kerja-kerja pengurus IKA Daerah.
“Termasuk kami ikut bekerja agar proses pelantikan IKA Unhas Daerah bisa berjalan dengan baik,” kata dia sembari menyebut peran PP IKA Unhas untuk proses pelantikan di Bulukumba dan upayanya agar seluruh IKA Unhas di Sulsel bisa dilantik.
Saat ini, masih ada beberapa kepengurusan IKA Daerah Sulsel yang belum dilantik seperti IKA Unhas Barru yang baru saja memilih ketuanya.
Lalu IKA Takalar, Sinjai, Luwu, Luwu Utara dan Kota Makassar.
Dia setuju untuk segera menggelar dialog rutin, diskusi isu-isu nasional, bisa diatur secara bergantian, PP dan Wilayah.
“Jangan ada sekat-sekat, jangan mendikotomikan, kita perlu terus positive thinking,” kata dia.
Terkait itu, Harun menyebut sejauh ini upaya penatalaksanaan publikasi, media, dan penggalangan opini alumni telah dirintis di IKA Wilayah seperti menyiapkan sekretariat, person in charge serta promosi kegatan IKA.
“Untuk saat ini kita bisa mulai kerjasama misalnya menggelar Roundtable Discussion itu. Kita sebut saja ini sesi pertama, topik atau tema silakan teman-teman sepakati,” kata Harun.
Pada kesempatan itu dibahas pula bagaimana menggiatkan fungsi badan otonom yang di IKA Wilayah disebut sebagai Lembaga Khusus yang konteks dan urgensinya sangat spesifik wilayah meski relatif berbeda dengan badan otonom di PP.
Para peserta sepakat untuk memperbaiki kualitas komunikasi, baik dari sisi administratif surat menyurat, maupun courtesy atau memanfaatkan fasilitas whatsapp atau WAG.
Mereka juga sepakat bahwa IKA Unhas harus tampil di pentas nasional untuk memberi atensi dan solusi bagi kompleksitas atau persoalan bernegara, tentang perbaikan relasi eksekutif, yudikatif, legislatf yang bermuara pada perbaikan kualitas demokrasi.
“Ada tanggung jawab kealumnian untuk kita bisa, minimal memberi masukan tentang efektivitas pemerintahan, misalnya fungsi DPRD, tentang urgensi keberadaan DPD itu saja dulu, cukup jadi bahasan di roundtable discussion itu,” ujar Iqbal.
Disepakati untuk segera buat timeline kegiatan diskusi dimaksud dengana mengidentifikasi alumni yang kompeten untuk bicara berdasarkan isu-isu yang mencuat.
Pembahasan berlanjut pada jika menggelar roundtable discussion, apakah lokasinya di warkop, di hotel atau di GPA Unhas termasuk judul kegiatannya apa.
“Apapun itu, bagi saya, kita harus hadir pada isu-isu aktual, menjadi pembicara publik, dialog, kita harus hadir menjadi solusi,” kata Mudzakkir.
Ada poin menarik disampaikan oleh Iqbal Arifin, bagaimana IKA Unhas menjadi bagian dari pendidikan politik.
“Kita jarang atau bahkan tidak pernah membahas pentingnya pendidikan politik. Padahal sangat penting untuk mengukur efektivitas demokrasi kita, siapa yang telah berperan dan bagaimana pendidikan politik kita,” ucapnya.
“OK kita sepakat ya, hasil pertemuan kita ini salah satunya adalah segera menggelar roundtable discussion, diskusi peserta terbatas, ada narasumber, akademisi, teknokrat, dengan MC yang handal,” kata Burhanuddin.
“Pertimbangan dasarnya, IKA Unhas harus tampil pada isu dasar, pada pemikiran kebangsaan termasuk ikut serta membahas dan beraksi pada konflik Palestina-Israil,” jelas Bur yang baru saja meraih gelar Notarisnya.
“Unhas tampil saja dengan Teori Balon Gas, tiup, hembuskan semangat ‘kolaboraksi’. Kita angkat yang lain untuk tampil di pentas nasional, setuju?” pungkas Bur.
Notaris Bur ingin mengingatkan kita, balon helium bisa terbang karena massa jenis gas di dalamnya lebih ringan dibandingkan dengan massa jenis udara di bumi.
Ada anjuran untuk alumni, ayolah, still your mind, open your heart, open your hand to lift Unhas’ popularity, and legacy.
Benda dengan massa jenis atau kerapatan zat yang lebih rendah akan berada di posisi lebih atas daripada benda dengan massa jenis yang lebih berat.
Itu berarti, massa alumni Unhas yang kita anggap besar itu, mungkin harus berbesar hati ini, memberi keleluasaan bagi sesiapa dari mereka untuk naik, sublim demi terbilang di palagan aktualisasi cita-cita perjuangan NKRI.
Tsah! 😀
Penulis: Denun