Berkunjung ke Kawasan Mangrove Bebanga Mamuju, Membaca Fungsi dan Ancamannya

  • Whatsapp
Penulis saat berada di tracking mangrove Bunga Karang Bebanga (dok: Pribadi)

DPRD Makassar

Ardialan P.B, peserta pelatihan fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat yang digelar oleh Sulawesi Community Foundation di Kota Mamuju menuliskan realitas, isu dan pembelajaran dari hasil observasi dan wawancara terkait pengelolaan hutan mangrove di Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukukku, Mamuju. Mari simak.

 

Read More

PELAKITA.ID – Kami berkunjung dan menjelajahi lekuk kawasan mangrove yang terletak di di Dusun Saluleang, Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat.

Ada rasa penasaran. Ya, kami sangat penasaran dengan godaan keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang dimiliki hutan mangrove sebagaimana sering kita dengar dan lihat di media sosial.

Tentang wisata mangrove, tentang tracking dan keindahan sunset di antara celah spesies Rhizophora sp atau Bruguera sp.

Bersama para peserta latihan praktik wawancara dan observasi (dok: Istimewa)

Karena itu, sangat senang ketika panitia pelatihan mengajak kami untuk melakukan praktik observasi dan wawancara di kelurahan itu pada Kamis, 12 Oktober 2023.

Butuh waktu 30 menit untuk kami tempuh jarak dari Hotel Lestari Mamuju tempat kami pelatihan ke Saluleang.

Saat kami memasuki kawasan mangrove, dapat merasakan perubahan atmosfer. Udara terasa lebih lembap dan segar, angin berhembus di pesisir Bebanga.

Sinar matahari yang berkilauan menembus celah-celah antara dedaunan yang rapat, menciptakan permainan cahaya yang memukau, sejumlah kawan memanfaatkan kesempatan itu untuk berfoto bareng.

Langkah kami perlahan merembet ke dalam jalur tracking yang terbuat dari papan dan bambu, di bawah kanopi pohon-pohon mangrove yang tinggi.

Jalur tracking ini merupakan spot wisata yang dikelola oleh Pak Munajid, warga Bebanga yang sudah sering dapat penghargaan karena upaya konservasi dan pengelolaan mangrove.

Saat melintasi tracking, terdengar suara-suara alam yang menghiasi hutan mangrove.

Burung-burung kicauan berkicau dengan riang di sekitar kami.  Kami melihat sesuatu yang benar-benar menakjubkan.

Seberkas cahaya matahari tembus melalui kanopi pohon, dan di bawahnya terdapat semacam ekosistem mini di mana ikan-ikan kecil berenang bebas di dalam air.

Penggambaran di atas adalah salah satu contoh bagaimana hutan mangrove mendukung kehidupan pesisir dengan memberikan tempat perlindungan dan pangan bagi banyak spesies.

Pada observasi kami terekam akar mangrove yang unik menjulang ke atas dari permukaan lumpur. Akar-akar ini seperti membantu pohon-pohon mangrove mendapatkan akses ke udara segar, meskipun mereka tumbuh di lingkungan berlumpur.

Selama berada di kawasan wisata mangrove Bebang aitu  kami merasa benar-benar terhubung dengan alam dan terpesona oleh keindahan dan keanekaragaman yang ada di sana.

Ini adalah pengalaman yang mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hutan mangrove dan ekosistem pesisir agar tetap lestari.

Hutan mangrove tumbuh subur, dan memberikan kontribusi yang luar biasa dalam mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.

Fungsi dan manfaat mangrove

Di sejumlah titik kami melihat aktivitas warga di kawasan mangrove. Ada yang menyiapkan pembibitan, ada yang menjadikannya sebagai tempat sandar perahu dan ada juga yang memanfaatkan rumbia untuk pengolahan sagu.

Menyusuri ruas kawasan mangrove, kami mencatat jelas sekali pohon-pohon mangrove yang tegak dan akarnya yang menjalar ke dalam air.

Fungsi dan peran mangrove (dok: DaengGassing.Com)

Menurut catatan pada buku pengetahuan mangrove, fungsi mangrove bukan hanya memberikan perlindungan fisik dari abrasi pantai, tetapi juga menjadi pionir dalam penyerapan karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Dua gas utama yang menyebabkan efek rumah kaca.

Sebagai tempat di mana sungai bertemu dengan laut, hutan mangrove menghasilkan lingkungan yang sangat produktif bagi berbagai jenis organisme, yang memainkan peran penting dalam menyerap karbon dan metana.

Selain itu, akar-akar mangrove yang menyebar di bawah permukaan air menciptakan lingkungan anaerobik, yang memperlambat dekomposisi dan mengurangi pelepasan metana ke atmosfer.

Dengan demikian, mangrove tidak hanya menyerap karbon yang ada dalam atmosfer, tetapi juga mengurangi pelepasan metana yang berpotensi merusak.

Selain itu, hutan mangrove juga mengikat karbon dalam biomasa mereka.

Pohon-pohon mangrove yang tumbuh secara lambat, dengan akar-akar yang dalam, mengumpulkan dan menyimpan karbon dalam jaringan mereka selama berabad-abad.

Oleh karena itu, menjaga hutan mangrove seperti yang dilaksanakan oleh Kelompok Bunga Karang yang dipimpin oleh Pak Munajib itu dapat memulihkan yang rusak, dapat berperan penting dalam mengurangi konsentrasi gas rumah kaca.

Penulis melihat di beberapa ruas telah ada konversi dari hutan mangrove menjadi lahan tambak. Ini perlu diwaspadai agar tidak merusak pohon yang masih bertahan.

Perlindungan mangrove menjadi penting sebab selain manfaat langsung dalam menyerap gas rumah kaca, hutan mangrove juga memberikan berbagai manfaat ekosistem lainnya, seperti habitat bagi keanekaragaman hayati, perlindungan dari badai, perlindungan dari abrasi serta sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat.

Jelas sekali, melindungi dan melestarikan hutan mangrove adalah tindakan penting dalam mengatasi perubahan iklim dan menjaga keseimbangan lingkungan pesisir kita.

Sudah bertahun-tahun warga Bebanga bertahan di hamparan ekosistem mangrove, mereka dapat ikan dan melindungi kawasan permukiman mereka dari gempuran ombak.

Dengan kesadaran akan potensi besar hutan mangrove dalam menyerap gas rumah kaca, konservasi dan restorasi ekosistem ini menjadi semakin penting.

Apa yang kami lakukan dengan menggelar observasi dan wawancara tentang potensi sumberdaya hutan, tanah, air di Kelurahan Bebanga tentu sangat berguna dalam membaca trend perubahan-perubahan yang ada.

Perubahan pada tapak, kawasan hutan, tata kelola dan seberapa siap kelembagaan masyarakat dan pihak terkait lainnya dalam memanfaatkan potensi hutan atau kawasan mangrove ini.

Mangrove bisa saja terancam oleh pengembangan permukiman, pengembangan usaha budidaya tambak udang atau bandeng.

Suasana di kawasan mangrove Kelurahan Bebanga (dok: Pelakita.ID)

Melakukan observasi dan wawancara dengan warga Bebanga bisa disebut sebagai upaya bersama untuk menjaga hutan mangrove, sebab tidak hanya akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga memberikan dampak positif yang mendalam pada lingkungan dan komunitas yang bergantung padanya.

Sekarang, kesempatan mengelola mangrove seperti di kawasan Kelurahan Bebang aitu ada pada kita.

Peran Pak Munajiv (dok: Istimewa)

Apakah kita siap atau hanya menjadi penonton saat di tempat lain, kawasan mangrove telah menjadi sumber pendapatan, telah menjadi sumber mata pencaharian yang terkelola dengan baik dan berkelanjutan.

Apa yang dilakukan Pak Munajib mesti diapresiasi karena ikhtiarnya mengelola dan mengjaga kawasan mangrove, meski begitu, kita tidak bisa membiarkannya bekerja sendiri. Tantangan semakin besar dan kapasitas kelompok perlu ditingkatkan.

Pendek cerita, kawasan hutan mangrove Bebanga adalah aset dan masa depan Mamuju atau Sulawesi Barat secara umum.

Pertanyaannya, apakah kita sudah siap berkontribusi dalam mengelola dan mengembangkannya?

_____
Penulis: Ardialan. P.B, S.Hut, Penyuluh Kehutanan Madya

KPH Mamasa Tengah Dinas Kehutanan Prov. Sulawesi Barat

 

Editor: K. Azis

Related posts