Fakta di Balik ‘Cawe-Cawe’ Pisang Pj Gubernur Bahtiar

  • Whatsapp

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Kelirukah kalau Pj Gubernur Sulsel cawe-cawe mengajak kita ikut gerakan menanam pisang demi ketahanan pangan daerah? Tentu saja tidak.

Tepatkah jika ada pengusaha yang bergerak di agroindustri atau pakan ternak diminta jadi narasumber pada momentum peluncuran ‘Gerakan Gemar Menanam Pisang’ ? Juga bukan persoalan.

“Ada juga yang nyeletuk, kenapa kecil sekali pisang, eh maksudnya kok pisang, skala komoditi kecil?”

“Kenapa bukan Hortikultura atau Sereal, atau sekalian yang ditanam massal dan dalam jumlah luas seperti kopi, kakao atau merica.”

Begitulah, netijen memang capila dan suka coddo.

Hadirnya gerakan Gemar Menanam Pisang itu menambah perbendaharaan istilah. Gerakan tanam jagung, gerakan tanam padi, hingga gerangkan tanam cabai.

Pendek cerita tidak ada yang sebenarnya yang keliru dengan gagasan itu.

Meski demikian penulis ingin mengingatkan tentang apa yang juga perlu menjadi perhatian dan fokus, ketimbang hanya meminta publik ‘bergerak’ untuk menanam pisang.

Penting dielaborasi sebab ‘Gerakan Gemar Menanam Pisang’ itu bernada lokalan, skala kecil dan tidak melibatkan kota yang ruangnya terbatas.

Apakah mau fokus pada ‘gerakannya’ atau ‘pisangnya?”. Realitas apa saja di balik gagasan gemar menanam pisang itu? Apakah dia berdiri sendiri?

“Mana ada kebun pisang di kota-kota.” Kira-kira begitu bagi yang apriori.

Bukan hal baru sesungguhnya.

Sudah ada gerakan serupa yang telah didorong pada skala kelurahan, kecamatan dan kabupaten-kota seperti Gerakan Menanam Cabai, yang pernah digaungkan Pemkot Makassar.

Pembaca sekalina, jika membaca trend produksi dan posisi Sulsel, sebenarnya tidak buruk-buruk amat terkait produksi.

Produksi Pisang Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota (Kuintal), 2018-2020 menunjukkan realitas yang baik, produksi pisang tahun 2018 sebesar 1,3 juta kuintal, lalu tahun 2019 sebesar 1,4 juta, tahun 2020 naik 1,46 juta kuintal atau 146 ribu ton.

Pinrang, Bone, Gowa, Barru, Luwu Timur adalah lima kabupaten dengan produksi di atas 50 ribu kuintal.

Secara nasional BPS Produksi pisang di Indonesia mencapai 9,60 juta tonpada 2022.

Faktanya, Sulsel adalah salah satu provinsi yang memproduksi pisang utama di Indonesia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memproduksi 9,24 juta ton pisang pada 2022. Angka tersebut naik 5,72% dari tahun sebelumnya yang mencapai 8,74 ton.

10 provinsi penghasil pisang terbesar nasional pada 2022: adalah Jawa Timur: 2.626.582 ton, Jawa Barat: 1.317.558 ton, Lampung: 1.223.009 tonJawa Tengah: 999.739 ton, Sumatera Selatan: 334.145 ton

Lalu Banten: 293.383 ton, Nusa Tenggara Timur: 230.535 ton, Bali: 215.647 ton, Sulawesi Selatan: 177.727 ton, Sumatera Utara: 164.533 ton.

Belum ada informasi komprehensif dari Pj Gubernur terkait alasan mengapa pisang.

Lantas apa yang menarik dan perlu jadi perbincangan jika Pak Gubernur Bahtiar tiba-tiba saja mendorong agar kita gemar menanam pisang?

Hemat penulis, bisa jadi karena berkaitan dengan program dan harapan Pemerintah Pusat untuk mendorong daerah tangguh pangan.

Bahtiar ingin kita mawas diri untuk menyiapkan cadangan pangan di tengah krisis pangan yang melanda dunia dan bisa saja ngefek ke Indonesia atau Sulsel.

Kedua, bisa jadi berkaitan sumber-sumber pendapatan daerah yang memang perlu ditingkatkan di tengah defisit pembiayaan untuk sejumlah program nasional dan daerah.

Sesunnguhnya, jika bicara gerakan, maka itu bicara tentang mindset, kesadaran inheren, kapasitas seperti pengetahuan, keterampilan dan mental kuat untuk menjalankan cocok tanam pisang itu.

Jadi hemat penulis, sebenarnya Pj Gubernur mesti deras mendengungkan pembangunan (atau minimal memfasilitasi para pihak untuk masuk di koridor koordinasi)  pada memaksimalkan kawasan strategis seperti Mamminasata yang terdiri dari Makassar, Gowa, Maros dan Takalar.

Misalnya, supaya lancar urusan transportasi massalnya, supaya pembangunan jalan antar kabupaten bisa operasional, supaya fasilitas yang sudah dijanjikan untuk ditingkatkan layanannya seperti Rest Area hingga fasilitas sekolah bisa lebih efektif.

Atau, bagaimana di Mamminasata, kota-kotanya menggeliat, bebas dari macet, bebas dari banjir,  supaya semakin membaik layanan publiknya.

Juga berbenah pada misalnya pengelolaan sampah yang diproduksi di Mamminasata, agar lebih inovatitf.

Ekspektasi

Sosodara, kita membayangkan Pj Gubernur Bahtiat di depan dalam mendorong manajemen pembangunan usaha pertanian, kelautan, perikanan, hingga peternakan di daerah prospektif seperti Luwu Raya, Bosowa, Kabupaten Kepulauan, dan lain sebagainya.

Atau katakanlah, bungkuslah itu dengan istilah hortikultura sehingga komoditi lain tidak merasa dianaktirikan.

Ini usulan saja, tentu ada pertimbangan tertentu. Terkait pisang-pisangan ini.

Demikian pula udang Sulsel, apa kabar program pengembangan udang windu atau produksi udang Vaname?

Apakah juga akan ada gerakan-gerakan gemar untuk kembali kokoh sebagai penghasil devisa Sulsel?  Atau sudah tak lagi seksi di mata Pemprov?

 

***

Hari ini, Pemerintah Provinsi memberi ruang kepada Tommy Wattemena Widjaja, CEO PT Sierad Produce Tbk yang sekarang bernama PT PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk  ini.

Yang kita baca dari media online, PT Sierad Produce dulunya berfokus pada produksi pakan, produksi anak ayam umur sehari (“DOC”), peternakan komersial broiler, pertumbuhan kontrak, pemotongan dan produksi produk ayam yang diproses lebih lanjut dan bernilai tambah.

Kita tentu mengapresiasi jika Pj Gubernur memberi perhatian pada komoditi seperti pisang ini.

Yang perlu diperhatiakn bahwa di pentas nasional, kita sudah sering menyaksikan gelaran program berbasis komoditi.

Jika selama ini hanya fokus beras dan jagung, sejumlah daerah fokus pada komoditi lain yang juga vital seperti borang, ketela, hingga kopi dan kakao.

Kita tunggu bagaimana pisang beranak tumbuh di Sulsel sembari membayangkan semoga ada program yang lebih ‘luas dan akomodatif’ pada ist9lah hortikultura ketimbang pisang belaka.

Kalau tidak bisa seperti itu, minimal mengajak para pihak untuk duduk bersama, menyusun langkah-langkah srategis dan berjangka panjang pada road map perubahan Sulsel.

Satu tahun ini bukan waktu yang lama bagi Pj Gubernur, tapi dia bisa menjadi legacy jika konteks dan muatan solutif bisa dikawal dan disapkan dengan baik oleh Pj Bahtiar.

Jika Bahtiar belum punya referensi sesiapa yang bisa diajak berdiskusi dan membincang arah dan percepatan Pembangunan Sulsel, bolehlah ajak IKA Unhas Sulawesi Selatan! Eh!

Penulis: K. Azis

Related posts