Silaturahmi alumni Kelautan Unhas ungkap 7 poin krusial yang perlu solusi

  • Whatsapp
Silaturahmi alumni Kelautan di Red Corner Makassar (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Sejumlah alumni Ilmu dan Teknologi Kelautan (belakangan Ilmu Kelautan) berkumpul di Café Red Corner, Jalan Yusuf Dg Ngawing, Kota Makassar, Selasa, 25/4/2023.

Beberapa alumni tersebut di antaranya M Zulfiicar Mochtar, Kepala BRSDM Kelautan dan Periikanan serta Dirjen Perikanan Tangkap pada masanya.  Lalu ada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan saat ini, Muhammad Ilyas.

Hadir pula Dr Rony Megawanto, Direktur Program di Yayasan Kehati di Jakarta. Akademisi Politani Unhas di Pangkep, Paharuddin Doddy, Ivan Firdaus, Kamarudidn Azis, A.M Riady, Amiruddin Mirdin Kasim, Supratman Sarullah, Lufti Sato, Yusran Nurdin Massa, Muhammad Syakir, Hbil Noor, Ocha Rosyalina. .

Hadir pula Muhammad Idhan, M Rizky Lacindung, Herman, Muhammad Arief, Adlien hingga Kasman.

7 isu

Pada pertemuan itu mengemuka beberapa isu dan potensi aksi yang bisa ditindaklanjuti oleh keluarga besar alumni Ilmu Kelautan Unhas yang bisa dikolaborasikan dengan banyak pihak.

Pertama, tentang perlunya bersama mengambil peran atau minimal mengingatkan pemerintah daerah dan pemangku kepenitngan untuk kembali mengaktifkan fungsi pelabuhan perikanan yang selama ini banyak mangkrak di Sulawesi Selatan.

Hal tersebut didasarkan pada pembacaan realitas pada sekurangnya 12 pangkalan pendaratan ikan yang belum berjalan aktif.

“Ada 22 PPI di Sulsel, namun dari 12 yang dikunjungi ada beberapa yang tidak operasional dan perlu penataan yang lebih baik,” kata Kamarddin Azis.

Kedua, sangat mendesak agar jejaring Kelautan dan Perikanan untuk peduli lingkungan pesisir dan laut dengan mencegah semakin bertambahnya sampah plastik

“Kita perlu dorong sebuah gerakan yang bsia mengadvokasi perairan Sulsel yang bebas sampah plastic,” kata M Zulficar Mochtar.

“Untuk sampai ke sana, kita semua bertanggung jawab dan perlu mengambil peran serta mengkomunikasikannya ke banyak pihak, bisa Pemda, masyarakat dan pihak swasta,” ujarnya.

Ketiga, adalah bahu membahu untuk menanam, menjaga dan memperluas wilayah konsercvasi hutan mangrove.

“Ini yang perlu kita kelola bersama, bisa saja menanam atau mengelola mangrove 10 Juta batang per wilayah konservasi. Ini bukan sekadar menanam atau demi seremoni belaka,” sebut  Zulficar.

Poin keempat yang disampaikan adalah perlu kerja kolektif atau kolaboratif untuk mendorong atau memperkuat akses pembiayaan dan fasilitas bagi nelayan.

Kelima adalah bagaimana bersama untuk menjadikan Sulawesi Selatan sebagai hub ekonnomi berbasis kelautan dan perikanan.

Keenam, perairan Sulawesi Selatan masih dianggap rawan dari praktik perikanan tidak ramah lingkungan.

“Mari berantas praktik perikanan merusak termasuk memberantas praktik IUU Fishing dengan cara yang tidak biasa,” sebut Zulficar.

Ketujuh adalah adanya ajakan untuk mengawal kebangkitan budidaya perikanan

Terkait ketujuh isu atau tema ini maka ke depan akan disiapkan forum konsultasi atau semacam focus group discussion untuk mencari solusi, strategi dan formulasi siapa melakukan apa.

“Kita bisa saja menjadikan Red Corner sebagai tempat diskusi dan menghadirkan para pakar Kelautan dan Perikanan,” pungkas Zulficar Mochtar.

 

Editor: K. Azis

Related posts