IKA Unhas Sulsel dorong Geopark Gowa, Bupati Adnan: Kita gas!

  • Whatsapp
Foro bersama Bupati Gowa Asnan Puricta Ichsan dan jajarannya bersama Tim IKA Unhas Sulsel (desain Pelakita.ID)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Kabupaten Gowa adalah salah satu kabupaten kunci masa depan Sulawesi Selatan. Letaknya yang berbatasan Kota Makassar dan enam kabupaten lainnya menjadikan Gowa sangat unik dan prioritas.

Selain itu, rentang areanya yang luas menjadikan Kabupaten yang saat ini dipimpin Dr Adnan Purichta Ichsan ini merupakan pilar ekonomi Sulsel, Indonesia bahkan dunia.

Penryataan itu mengemuka saat Bupati Adnan menerima tim IKA Unhas Wilayah Sulawesi Selatan yang beraudiensi dengannya terkait ide perintisan atau pembentukan Kawasan Geopark Gowa.

Read More

“Kunjungan kami in untuk berbagi informasi, pengalaman dengan memaparkan apa itu geopark dan mengapa Gowa sangat potensial seabagai salah satu geopark setelah Maros dan Pangkep,” ucap Dr Sakka Pati dari IKA Unhas Sulsel saat membuka pertemuan, Rabu, 5/4.

Bersama Sakka hadir ketua harian IKA Unhas Sulsel Harun Ar Rasyid, Sekum Hidayah Muhallim, Rahmansyah, Dedy Irfan Bachri, Sugianto Wahid dan Kamaruddin Azis.

Menurut Sakka, di IKA Unhas Sulsel ada unit khusus yang disebut badan otonom atau Unit Khusus Geopark dan berdimensi fasilitasi pada beberpaa lokasi atau cluster.   

Saat ini, lanjut Sakka, IKA wilayah Sulsel sedang memetakan dua kawasan khusus yang beririsan di Gowa yaitu cluster Lompobattang dan Selat Makassar.

“Kami hadir untuk berdiskusi, menyampaikan secara spesifik, dan gambaran aktivitasnya,” jelas Sakka seraya menyilakan Dedy untuk paparan di depan Bupati Gowa, Kadis Pendidikan Taufik Mursad dan Kadis Pariwisata, Andi Tenri Tahri.

Mengapa Gowa

Dedy menyebutkan saat ini ada kurang leih 177 geopark, sebagai bagian dari UNESCO Global di 46 negara.

“Konsep geopark, dibawa oleh Unesco yang kemudian juga berkembang sangat pesat dan masuk ke Indonesia sejak tahun 2009,” jelasnya.

Dia menyebut konsepnya adalah bagaimana sebuah kawasan yang lebih mengarah pada lanskap terintegrasi.

Kawasan persawahan di Kampung Lengkese Bawakaraeng Gowa (dok: K. Azis)

“Dan juga dari hal mendasar yaitu geodiversity atau lanskap, biodiversity atau keanekaragaman, serta culture diversity, kebudayaan kini dan lampau,” jelas alumni Teknik Geologi Unhas ini.

Mengapa Gowa, karena punya potensi pegunungan, dataran dan beberapa keunggulan. Dedy juga menyebut geopark ini menjadi penting sebab menjadi program pemerintahan PR Joko Widodo.

“Di tahun 2019, ada Perpres tentang Geopark dan di dalamnya sudah ada 4 peraturan turunan,” ungkapnya.

Beberapa turunan yang disebutnya adalah Permen ESDM 1/2020, kemudian nomor 31/2021, tentang penetapan geopark nasional.

“Lalu ada Permen Parekraf dan Kementerian Kemenko Marves sebagai induk dan peraturan Bappenas  untuk pengembangan secara komprehensif,” lanjutnya.

Di pusat pun ada yang disebut Komite Nasional Geopark dan melibatkan kementerian terkait di bawah koordinasi Kemenkomarves.

“Kemenkomarves sebagai ketua dan ada Bappenas, ESDM hingga Pariwisata di dalamnya,” imbuh dia.

Dikatakan, konsep geopark meninggalkan konsep eksploitasi tetapi lebih pada melembagakan untuk pengelolaan berkelanjutan seperti mendorong geliat pariwisata.

“Saat ini ada 6 yang sudah ada, 4 yang mendapat greencard, tinggal menunggu penetapan kawasan yaitu Maros Pangkep, Ijen, Merangin dan Raja Ampat di Papua Barat,” sebutnya.

Keempat daerah itu, lanjut Dedy telah mengembangkan konsep dan tahapan tentang bagaimana membuat pengembangan geopark, penjelasan warisan geo-heritage.

“Yang tentunya seperti yang dilakukan di Maros Pangkep adalah mendudukkan para pihak, Pentahelix, yang tentunya untuk tahapan awal, ada FGD,” sebut Dedy.

Kawasan Malino Woderland (dok: K. Azis)

Dengan FGD maka pihak dan perannya teridentifikasi lalu berlanjut pada pengusulan oleh Pemda ke Pemerintah Pusat, ke Kemenko Marves.

Sebagai gambaran pembanding, Dedy menceritakan milestones Maros Pangkep. “Kolaborasi dan penetapan di tahun 2017, dan pengurusan oleh Pemerintah Indonesia di 2020,” tuturnya.

Dedi berujar,bagaimana geopark bisa saja berbasis kabupaten., bisa pula berbasis antar kabupaten, bahkan antar pemerintah provinsi. Seperti geopark Gunung Sewa hingga Wonogiri.

Yang penting juga menurut Dedy adalah bagaimana update data atau informasi kekinian di masing-masing lokasi.

“Dari potensi yang kami lihat, dibatasi pada konsep atraksi, aksesibilitas, amenitas yang harus dipenuhi secara baik, harus diajukan lebih awal,” katanya.

Untuk Gowa, Dedy optimis bisa diusulkan karena potensi yang sudah ada, Malino, lanskap yang luar biasa, ada hutan pinus, anggrek, keunikan budaya, Balla Lompoa, khazanah sosial budidaya di sekitar Malino dan lain sebagainya.

Sebelum menutup paparannya, Dedy menekankan pada pengembangan geopark Gowa sangat berpotensi, perlu memberikan nama semisal geopark Bawakaraeng atau Geopark Gowa.

“Lalu ada timeline untuk geo-heritage, dimana ada proses FGD, memetakan potensi, sampai penetapan ke geopark mulai dari tahun 2022 hingga 2024,”  kuncinya.

Tanggapan Adnan

Bupati Gowa menyebut geopark adalah sebuah bentuk pengakuan nasional dan internasional.

“Geoprak Maros dan Pangkep yang ditetapkan itu merupkan sebuah inovasi, dan sebuah konsep yang sangat babus yang akan memperkaya Maros dan Pangkep sebagai tujuan parwisatam,” ucap Adnan.

“Saat ini di Gowa, pemerintah juga mengembangkan pariwisata karena Gowa adalah peyangga Makassar, daerah hinterland,” ujarnya.

Dia menyatakan sesuai data BPS, ada 40 persen warga Gowa tinggal di Gowa namun bekerja di Makassar. Yang menjadi isu menurut Adnan adalah yang 40 persen ini tidak memberikan kontribusi PDRB signifikan ke Gowa.

Dia menyebut untuk bisa menyaingi Makassar maka satu-satunya adalah pariwisata.

“Kita tidak bisa menyaingi Makassar mulai dari Senin sampai Jumat tetapi tetapi bisa mencuri sehari untuk kembali ke Gowa, ke pariwisata,” ucapnya.

Beberapa yang telah disiapkan adalah telah ada destinasi wisata kuliner Bebek Tepi Sawah, bulan November akan diresmikan Cimory, ada Paralayang, ada Malino Wonderland. 

Kawasan Hutan Pinus Malino, kawasan langka yang patutu dijaga (dok: K. Azis)

 

Gowa, kata Adnan telah menyiapkan rencana induk pariwisata RIPDA Pariwisata dan telah disahkan untuk berlaku sampai 2035.

“Konsepnya lebih jelas hingga 2035 sehingga PDRB Gowa bisa lebih bagus, nah dengan hadirnya geopark, ini saya percaya ini akan menjadi nilai tambah bagi pengembangan pariwisata Gowa,” kata ketua PMI Sulsel ini.

Dia juga berharap geopark yang dibincangkan ini lebih spesifik ke Gowa.

“Saya terima kasih IKA Unhas Sulawesi Selatan dan minta ini lebih dikonkretkan, bisa dengan Kadis Pariwisata atau Diknas Gowa,” ucapnya.

“Untuk bersama-sama membuat SKPD terkait menindaklanjuti pembahasan ini, data-data perlu disiapkan, dan Dinas terkait bisa masuk ke Tim Geopark Gowa,” ucap Adnan.

Dia juga berharap agar timeline bisa diikuti, mulai dari April hingga Desember. “Perlu dipercepat pembahasannya, sudah harus ditindak lanjuti, terkait dengan timeline,” tegasnya.

“Sudah harus digelar FGD, dengam mengundang, BKPH, balai KSDA, Gakkum, Kehutaanan Provinsi, otoritas Jeneberang, bersama SKPD terkait, camat, lurah, kades, makanya sisa digas, kami yang bersurat,” kunci Adnan.

 

Penulis: K. Azis

Related posts