PELAKITA.ID – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meninjau status kemajuan pembangunan tambak budidaya udang berbasis kawasan di Kebumen, Jawa Tengah, Jumat (13/1/2023).
Tambak yang ditargetkan beroperasi Februari nanti siap menjadi model tambak udang modern ramah lingkungan terbesar di Indonesia.
“Ini adalah satu model pembangunan tambak udang modern yang kita bangun. Ini akan menjadi model budidaya udang berkelanjutan yang bertanggung jawab pada lingkungan,” ungkap Menteri Trenggono didampingi Bupati Kebumen Arif Sugiyanto dan Anggota Komisi IV Darori Wonodipuro di lokasi.
Tambak udang berbasis kawasan di Kebumen menjadi yang terbesar dengan luasan saat ini mencapai 60 hektare berisi 149 petak tambak.
Untuk produktivitas awal, kata Menteri Trenggono, mampu menghasilkan 40 ton per hektare per tahun. Angka tersebut sudah memenuhi best practice tambak udang modern berwawasan lingkungan.
Jumlah tambak diakuinya masih akan terus ditingkatkan mengingat lahan potensial yang ada sekitar 100 hektare.
“Untuk tambak modern yang standar internasional, bisa dibilang ini yang pertama. Yang betul-betul dibangun dengan sumber air kualitas yang baik. Kemudian air buangan tambak sudah melewati IPAL klaster dan IPAL utama sebelum dibuang ke laut,” ungkapnya.
Dia optimis model tambak udang berbasis kawasan di Kebumen yang akan menjadi contoh pembangunan tambak udang modern di daerah lain di Indonesia dengan cakupan wilayah yang lebih luas.
Dengan begitu, diharapkan peringkat Indonesia di jajaran negara penghasil udang terbesar dunia bisa merangkak naik melebihi India, Vietnam, Equador, bahkan China.
Pembangunan tambak budidaya udang berbasis kawasan di Kebumen sekaligus untuk mencapai target produksi udang nasional 2 juta ton pada 2024.
Sehingga Indonesia berkontribusi lebih banyak lagi pada kebutuhan pasar udang dunia yang nilainya mencapai USD28,3 miliar pada tahun 2021.
Menteri Trenggono juga memastikan, pembangunan model tambak udang berbasis kawasan di Kebumen harus mengutamakan tenaga kerja lokal.
“Kalau ini 100 hektare beroperasi, ada perputaran uang tidak kurang Rp400 miliar per tahun di sini. Tenaga kerja terserap yang direct saya yakin lebih dari 300 orang dan belum lagi di luar itu. Saya minta tenaga kerja harus mengutamakan warga di sini. Saya sudah diskusi tadi dengan bapak bupati juga,” pungkasnya.
Sementara itu Dirjen Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan, masih bisa membangun 50 sampai 60 petak tambak lagi dalam memaksimalkan 100 hektare lahan yang tersedia.
Begitu juga dengan produktivitas panen masih bisa digenjot dengan menambah padat tebar benih di tiap kolam dari 125 ekor per meter persegi menjadi 250 ekor per meter persegi.
“Pembangunan yang masih harus diselesaikan di antaranya petak pemeliharaan, tandon klaster, asrama, jalan produksi hingga dinding penahan pematang. Ini kita kebut sehingga bisa segera beroperasi untuk peningkatkan produktivitas udang nasional,” ujarnya.
BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT DAN KERJA SAMA LUAR NEGERI