PELAKITA.ID – Ada yang berbeda pada struktur organisasi IKA Wilayah Unhas yang baru saja dilantik Ketum Pengurus Pusat IKA Unhas Andi Amran Sulaiman 19 Desember 2022 di Hotel Four Points Makassar.
Ekonomi kreatif atau yang biasa disingkat sebagai Ekraf menempel pada enam cluster yang ingin dibangun atau dikembangkan oleh ketua IKA Unhas Wilayah terpilih Sulawesi Selatan, Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto.
Inti dari harapan Danny – yang juga Wali Kota Makassar itu adalah bagaimana usaha berbasis sumber daya alam di lingkup Provinsi Sulawesi Selatan dijalankan dengan mengutamakan konsep kreatif sehingga tidak saja memudahkan masyarakat, tapi juga mengintensifkan kreativitas alumni Unhas yang tersebar pada clutser dimaksud.
“Saya selaku ketua IKA Unhas Wilayah Sulsel mengajak para pengurus inti dan daerah agar terus berinisiasi, bekerjasama dan berkolaborasi untuk membangun negeri khususnya Sulsel,” ucap Danny.
Menurutnya, tema kepengurusan Wilayah IKA Unhas Sulsel kali ini ialah The Initiative of South Sulawesi.
“Olehnya itu, seluruh pengurus bersepakat untuk melanjutkan inisiasi itu yang bakal menjadi buah dari kolaborasi sebagaimana visi ketua umum IKA Unhas Bapak Amran Sulaiman sehingga pengurus daerah mengimplementasi itu secara nyata,” jelasnya.
Pembaca sekalian, terkait tema itu, ada beberapa area Ekraf yang didorong pada 6 cluster itu yaitu Selat Makassar, Pantai Selatan, Teluk.Bone, Gunung Bawakaraeng, Bulusaraung dan Lompobattang.
Pada keenam cluster itulah perlu mendorong pengembangan ekonomi beragam sumber daya atau komoditi serta pariwisata.
Berikutnya adalah kelembahaan koperasi dan UMKM. Inilah ruang lingkup ranah Ekraf itu.
Substansi Ekraf
Ekonomi kreatif sejatinya adalah proses ekonomi. Meliputi kegiatan produksi dan distribusi barang serta jasa. Di dalamnya meliputi ide kreatif serta kemampuan intelektual dalam membangunnya.
Ekraf merupakan perpaduan kata ekonomi atau ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, sementara kreatif merupakan kemampuan dalam memiliki daya cipta serta kemampuan untuk menciptakan.
Kreatif berarti berproduksi, baik gagasan, fisik maupun prestasi. Dia bisa disebut kebalikan dari reaktif atau kontraproduktif.
Alvin Toffler (1980) menyebut tiga gelombang peradaban ekonomi. Pertama, pertanian.
Kedua, ialah ekonomi industri, dan ketiga ekonomi informasi.
Menurutnya, akan ada gelombang keempat, yakni ekonomi kreatif (yang kelak akan dipilih IKA Unhas Wilayah) sebagai domain pengabdian alumni.
Om Toffler juga menekankan bahwa hal terbesar yang dibutuhkan oleh organisasi adalah kreativitas. Ini penting sebab industri kreatif – pada ranah atau bidang apapin – merupakan inti dari bidang ekonomi kreatif yang digerakan oleh para kreator dan inovator.
Kreator dan innovator pada kerangka atau konteks IKA Unhas Wilayah adalah mereka yang tersebar di area atau cluster yang dimaksudkan Ketua IKA Wilayah, Danny Pomanto, dari Makassat Strait Initiative hingga Latimojong Initiative di timut-utara jauh Sulsel.
Secara subatsnail, ekonomi kreatif adalah bentuk pengembangan dari konsep ekonomi, namun dengan penambahan kreativitas. Sesuatu yang tak semata produksi saja tetapi juga penggunaan bahan baku secara inovatif dan sarat teknologi.
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), menegaskan, ekonomi kreatif telah berkembang jauh berdasarkan pada aset kreatif yang berpotensi menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Tentang kata kreatif ini, penulis teringat pesan pakar U Theiry, Prof Otto Scharmer.
Dia bilang, kurang lebih begini, kreatif adalah kemampuan untuk memanfaatkan peluang (opportunity) sebagai unusr keempat selain pengetahuan, skill dan sikap mental.
Menciptakan peluang adalah hal yang tidak mudah padahal inilah sesungguhnya inti leadership.
Nah, sudah siapkah anda sebagai aset organisasi untuk menjawab ekspektasi mengapa term Ekraf dicangkokkan di semua cluster IKA Wilayah?
Penjabaran Ekraf
Sebenarnya apa sih, ciri-ciri Ekonomi Kreatif yang dapat dihembuskan dan digerakkan pada ketujuh cluster itu?
Menurut beberapa pakar, dia harus memiliki kreasi intelektual atau lahir dari pembacaan realitas, gap yang teridentifikasi dan solusi yang sejatinya mengadopsi apa yang disebut pendekatan ‘saintifik’, riset, observasi, analisi kebutuhan dan relevan dengan tantangan dan harapan (IKA Wilayah).
Kreatif yang diinginkan memungkinkan untuk ada temuan atau terobosan baru, jadi dia bisa saja berganti dan diadaptasi dengan cepat.
Ciri lainnya adalah dia dapat hadir sebagai bentuk distribusi secara langsung dan tidak langsung atau dengan kata lain multiguna dan tak membutuhkan waktu lama.
Pada konteks IKA Wilayah, Ekonomi Kreatif yang didamkan adalah bahwa dia lahir daari proses kolaboratif atau memerlukan kerja sama.
“Hadirkan ide-ide, diskusikan bersama, dalami fenomenanya, gejalanya dan lakukan analisis gap dengan melihat dampak persoalannya.”
Tawarkan solusi kratif dan jangan terbatas pada area tertentu saja atau lebarkan spektrumnya agar bisa memberi dampak lebih luas. Itu ciiri ekonomi kreatif menurut para ahlli. Dia adalah kreativitas tanpa batas.
Lalu apa saja yang bisa dijadikan area Ekonomi Kreatif?
Pembacaan kita sejauh ini, dia bisa meliputi banyak bidang atau pekerjaan.
Cabang Ekraf
Menurut Dr Anas Iswanto, akademisi FIB Unhas, Ekraf adalah dahan dan ranting pohon pengetahuan.
Dia hanyaa bisa lahir dari kesaaran diri untuk memberi manfaat bagi organisasi (batang) dan berbuah manfaat bagi lingkungan eksternalnya, buah, tempat naungan, hingga udara segar bahkan daun yang menjadi humus bagi kehidupan yang baru.
Dari buku-buku Manajemen Moderen, jelas sekali bahwa ekonomi kreatif oleh para ahli telah membaginya ke dalam 14 sektor industri.
Di antaranya, untuk kita yang merupakan ‘obyek’ modernitas yang dicirikan kemajuan IT dan perangkat komunikasi, kiua melihat misalnya, bagaimana bidang atau industri periklanan tumbub pesat dan mengagumkan. Aneka aplikasi internet dan gadget, metaverse, dan lain sebagainya.
Periklanan atau product promotoin yang dimaksud di sini adalah bagian dari kegiatan ekonomi kreatif yang meliputi segala layanan iklan atau komunikasi satu arah menggunakan berbagai media untuik promosi.
Mempromosikan lokasi wisata seperti di Kawasan Sangkarrang (Spermonde, Selat Makassar), Teluk Bone atau wisata gunung dan danau di Luwu Timur, lalu ada platform promosi destinasi yang praktis dan nyaman hingga layanan wisatawan yang memuaskan dan diakui, adalah contoh bagaimana Ekraf ini operasional.
Pada konteks ini meliputi sumberdaya manusia dan alam yang bisa dilipatgandakan manfaatnya di bawah payung IKA Wilayah Unhas dengan mengadopsi promosi atau perikalanan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Lalu apa lagi? Berikutnya adalah bidang kerajinan meliputi penciptaan, produksi, serta distribusi produk-produk dari para pengrajin ataau produsen.
Kita bisa membayangkan misalnya bagaimana nelayan, petambak ikan, pengolah produk perikanan atau operator wisata bisa mencari inovasi untuk punya produk yang khas atau memiliki nilai estetika yang tinggi. Silakan dielaborasi.
Yang lain adalah pasar seni, arsitektur, desain, penerbitan dan pencetakan, layanan komputer dan perangkat lunak (aplikasi) atau aplikasi program, penyiaran radio dan televisi hingga terakhir adalah riset dan pengembangan.
Pembaca sekalian, sampai di sini semoga menginspirasi kita untuk dapat kreatif dan inovasi melihat potensi sumberdaya alam dan manusia di ketujuh cluster atau area yang dibayangkan oleh Ketua IKA Wilayah Sulsel ke depan sebagai ladang pengabdian alumni.
Yang terakhir adalah memahami implikasi atau manfaat jika IKA Unhas Wilayah dapat menumbuhkan, menjalankan, memberi dampak sosial ekonomi dan lingkungan dengan pendekatan ‘Ekonomi Kreatif’ itu.
Jika Ekonomi Kreatif berjalan baik dan diterima oleh masyarakat luas maka pada akhirnya lapangan pekerjaan baru tersedia.
Dampak lainnya adalah semakin banyak atau tumbuh suburlah usaha yang diinisiasi oleh masyarakat yang ada seluruh Sulawesi Selatan, mereka menjadi lebih kreatif
Ada juga harapan agar Ekraf bisa diinjeksi pada proses penataan ruang dimana ada .pengwilayahan berbasis potensi dan tantangan bentang alam.
Jadi ada inovasi pada fokus 3 wilayah pesisir dan 3 wilayah pegununga dengan menunjukkan dan memanfaatkan potensi, tentu dengan penanganan yang cermat atas tantangan dalam mengelolanya.
IKA Wilayah Sulsel harus bergerak untuk mengembangkan wilayah2-wilayah ini dengan metode dan pendekatan yang berdimensi Ekraf.
Yang terakhir adalah menghidupkan kompetisi bisnis yang sehat di semua cluster. Pada situasi ini, sebab semua ;ihak berlomba menawarkan kebaruan dan kemudahan atau efisiensi sumberdaya.
Siapa yang bisa meyakinkan dengan benefit ekonomi atau efisiensi, plus kenyamanan pasti akan diminati publik atau pasar.
Guys, sudah siap untuk kreatif dan membuang jauh sifat reaktif dan kontraproduktif, bersama IKA Wilayah Unhas?
Penulis: K. Azis