PELAKITA.ID – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melatih para calon operator alat penangkapan ikan jaring di Ambon.
Para peserta yang dipersiapkan menjadi awak kapal tersebut dibekali dengan teknik merakit, mengoperasikan dan memperbaiki jaring ikan.
Pelatihan ini merupakan upaya melahirkan sumber daya manusia yang terampil untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam kelautan dan perikanan melalui pendidikan, pelatihan, penyuluhan serta sertifikasi kompetensi.
Pelatihan dilaksanakan di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Ambon, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) BRSDM dengan menggandeng Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Maluku.
Selama 5 hari para peserta dibekali materi dan dipersiapkan menjadi awak kapal perikanan khususnya operator alat penangkapan ikan jaring. Peserta juga akan diberikan uji kompetensi pada tanggal 19 Desember 2022.
Dalam arahannya, Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta, sampaikan perairan Maluku memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang melimpah.
Dalam pemanfaatannya, diperlukan sumber daya manusia yang andal agar dapat menjalankan sesuai dengan program prioritas KKP yaitu Penangkapan Ikan Terukur (PIT).
“KKP menerapkan kebijakan PIT berbasis kuota dengan pertimbangan meliputi: kesehatan laut, lapangan pekerjaan, ekonomi nasional, kesejahteraan masyarakat, serta peluang investasi pada aktivitas primer dan sekunder,” tutur Nyoman.
“Potensi sumber daya ikan dari ketiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) di sekitar Maluku yaitu 714,715, dan 718 adalah 4,38 juta ton, dari total 12,01 juta ton potensi sumber daya ikan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa perlu ada peningkatan pengetahuan tenaga kerja sektor kelautan dan perikanan dalam mengelola potensi ini,” lanjutnya.
Hal senada disampaikan Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), Lilly Aprilya Pregiwati.
Pihaknya menekankan kembali pentingnya kompetensi dalam penanganan komoditas ikan.
“Beberapa faktor yang sangat berpotensi mempengaruhi ekspor ikan Indonesia adalah sifat produk perikanan yang mudah busuk dan menurun kualitasnya. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan kemampuan penanganan ikan dari hulu sampai hilir dan standarisasi personil dengan dukungan fasilitas yang memadai,” ujar Lilly.
Lilly juga menambahkan tentang adanya sinergi KKP dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Maluku.
“Pelatihan ini juga mendukung peran BPPP Ambon sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Kesatu (LSP P1) dalam melaksanakan diklat, ujian kompetensi, dan penyerahan sertifikat. Ini tentunya juga sejalan dengan program Kementerian Ketenagakerjaan. Kami juga sudah aktif berdiskusi tentang bagaimana kami bisa mendukung penyiapan sumber daya manusia untuk sektor kelautan dan perikanan.”, ujarnya.
Pelatihan ini pun mendapat reaksi positif dari para peserta.
Salah satunya, Tomi Ronaldo Manina, yang mengatakan bahwa pelatihan ini sangat membantu dalam menjawab kebutuhan ke depan, khususnya di sektor perikanan.
“Harapan kami adalah kiranya kegiatan ini selalu mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Ambon dan Dinas Ketenagakerjaan dan diharapkan juga pemerintah daerah dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas bagi para nelayan dan awak kapal,” pintanya.
KKP Juga Gelar Pelatihan Pengolahan Hasil Perikanan
Di samping itu, KKP juga terus menggencarkan program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) melalui pengembangan usaha pelaku perikanan.
Untuk mewujudkannya, BRSDM turut menggelar dua kegiatan pelatihan secara bersamaan yaitu Pelatihan Pembuatan Bandeng Asap Tanpa Duri dan Pelatihan Pembuatan Mie krezz dan Saole sebagai Olahan Hasil Samping Perikanan secara daring.
Kegiatan Pelatihan Pembuatan Bandeng Asap Tanpa Duri difasilitasi oleh BPPP Banyuwangi dengan menyasar 76 orang pengolah ikan dari Kabupaten Sampang, Jawa Timur.
Pelatihan ini juga terbuka untuk umum dan diikuti oleh 951 peserta dari 34 Provinsi di Indonesia.
Pelatih dari Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Sumber Rizqi dihadirkan sebagai pelatih untuk kegiatan ini.
P2MKP Sumber Rizqi merupakan badan usaha asal Sidoarjo, Jawa Timur, yang telah berkecimpung lama dalam bisnis kuliner bandeng asap.
Sementara itu, Pelatihan Pembuatan Mie Krezz dan Saole sebagai Olahan Hasil Samping Perikanan difasilitasi oleh BPPP Tegal dengan diikuti sebanyak 543 peserta dari 32 Provinsi di Indonesia.
Pelatih dalam kegiatan ini adalah instruktur dari Balai Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pengolah ikan dalam mengolah limbah industri perikanan yang menjadi masalah sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Mie Krezz merupakan olahan hasil samping perikanan yang dibentuk menjadi mie bertekstur kering dan renyah, sedangkan Saole adalah saus pelengkap makanan utama yang diolah dari limbah budidaya lele.
Sumber: Humas BRSDM