“BPS 2022, tujuan ekspor perikanan (termasuk udang) Indonesia dalam 2021 hanya terkonsentrasi di tiga negara saja. Yaitu Amerika Serikat 44,29 persen, China 15,57 persen, dan Jepang 10 persen.”
PELAKITA.ID – Di tengah ikhtiar Pemerintah memperkuat kedua aspek penting Industrialisasi udang yaitu hulunisasi pengembangan kapasitas, kualitas dan produktivitas usaha hatchery dan tambak, plus hilirisasi pengembangan produk olahan hingga penetrasi ke pasar baru, harga udang dunia rontok.
Target Pemerintah untuk produksi 250 persen yang ditentukan jika nilai ekspor bervolume 2 juta ton nampaknya akan membentur tembok karena produksi saja sejauh ini belum sampai 1 juta ton.
Ketua Ikatan Sarjana Kelautan ISKINDO Jawa Tengah, Riyono, melaporkan melesetnya target Pemerintah dalam revitalisasi usaha udang dengan menyebut bagaimana Kebumen di Jawa Tangeh yang direncanakan punya target perluasan areal tambak bersama KKP sebesar 100 Hektar namun realisasi sejauh ini hanya 40 Ha
Harga jatuh
Di sisi lain, Riyono menyebut harga udang juga jatuh dalam tiga bulan terakhir. “Saat ini, harga udang terjun bebas di tingkat pembudidaya, sementara, harga pakan dalam setahun naik tiga kali bang,” ungkap Riyono, anggota DPRD Jawa Tengah yang juga pengusaha udang ini.
“Nasional pun, produksi kita baru 850.000 ton. Teman-teman petambak lagi berjuang agar Pemerintah tengok harga udang yang jatuh,” ucapnya.
Cak Wardi, anggota ISKINDO Jatim yang berkunjung ke Pasuruan memperoleh informasi harga udang Vaname di tingkat pembudidaya berkisar Rp50 ribu. “Yang biasanya seharga 100ribu per kilo. Sekarang pasar mulai bergerak ke ukuran panen yang lebih kecil,” imbuhnya.
“Harga untuk ukuran 30 biasanya bisa 101 ribu per kilo, saat ini hanya berkisar 70 hingga 80 ribu per kilo,” tambah Riyono.
Terkait harga yang jatuh itu sudah dibahas di forum budidaya udang Pemerintah yang bernama National Shrimp Action Forum 2022 (NSAF 2022) yang dibuka oleh Menko Marves Luhut B. Pandjaitan, 26/10/2022.
“Sehari sebelum NSAF, kami diundang untuk hadir pada Munas Shrimp Club Indonesia SCI. Diperoleh informasi bahwa harga udang memang turun karena kondisi di Amerika Serika lagi krisis,” tanggap Cahyadi Rasyid dari Kemenko Marves yang mengurusi budidaya udang.
“Permintaan memang menurun, padahal udang kita selama ini paling besar diekspor ke Amerika Serikat,” ucap Cahyadi.
Menurutnya, Pemerintah sebenarnya sudah memetakan masalahnya, seperti adanya dampak pandemi yang membuat harga menyusut termasuk ukuran udang yang tak lagi seideal dulu.
“Kemenko Marves sudah merekomendasikan untuk eksplorasi pasar baru seperti Eropa, China dan lokal termasuk kerjasama antar lini usaha atau bekerja sebagai satu rangkaian supply chain,” katanya.
Pandangan berbeda disampaikan Ketua Ikatan Sarjana Kelautan Jawa Tengah, Riyono yang menyebut saat ini India sedang panen besar sehingga Amerika Serikat lebih condong membeli ke India yang lebih baik.
“India panen besar salah satu penyebabnya Indonesia kalah bersaing. Amerika ambil udangnya ke India,” sebut Riyono.
Apa yang disampaikan Riyono ini bisa jadi benar sebab saat ini satu persatu negara berbenah dan menggenjot produksi udang mereka. Vietnam, bahkan Ekuador kini semakin jauh melangkah. Indonesia bahkan sudah dilampaui Ekuador.
Pengamat perdagangan komoditi perikanan, Dr Suhana yang dihubungi Pelakita.ID menyebut harga udang turun kemungkinan besar karena inflasi.
“Kemungkinan besar dampak inflasi yang tinggi di Amerika Serikat, harga-harga naik jadi demand-nya menurun,” ucap Suhana. Menurutnya, terkait potensi ancaman pasar karena kegentingan ekonomi Amerika Serikat perlu diantisipasi.
Dia merujuk catatan BPS 2022, tujuan ekspor perikanan Indonesia dalam 2021 hanya terkonsentrasi di tiga negara saja. Yaitu Amerika Serikat 44,29 persen, China 15,57 persen, dan Jepang 10 persen.
Suhana menyebutkan, berdasarkan data impor udang USA dari Indonesia, memang ada penurunan sejak April 2022. (Lihat grafik)
“Data ini saya olah dari tahun 2000. Kalau harga udang di USA sendiri relatif tidak berubah besar, masih sekitar 9 USD per kilogram. Demand konsumen USA menurun, jadi eksportir udang dari Indonesia juga kelihatannya menurunkan permintaan udang dari pembudidaya,” jelasnya.
“Sementara, pasokan produksi dari pembudidaya terus naik, jadi pasti harga di tingkat produsen (petambak) turun,” tambahnya.
Dia menyebut beberapa waktu lalu, posisi Indonesia masih diuntungkan oleh belum berakhirnya perang dagang Amerika Serikat dan China. “Sehingga ekspor perikanan Indonesia,khususnya udang ke Amerika terus mengalami peningkatan,” jelasnya.
“Namun demikian, dalam jangka panjang diperlukan strategi agar tidak bergantung pada ketiga tujuan negara tersebut. Kinerja ekspor perikanan ke negara lain perlu ditingkatkan, misalnya ke negara-negara Uni Eropa,” sebut Suhana.
Memburuknya situasi ekonomi Amerika menurut Suhana sudah menjadi perhatiannya seperti dipaparkan di atas, olehnya itu dia berharap upaya serius Pemerintah untuk alternatif solusi. “Di sisi lain, pelaku industri udang nasional kita perlu antisipatif,” ujarnya.
Udang dan upaya Pemerintah
Pengembangan industri udang nasional melalui revitalisasi dan akselerasi produksi dan ekspor adalah prioritas nasional. Tercatat dalam RPJMN 2020 2024 sebagai salah satu Proyek Prioritas Strategis (Major Project).
Ada sekitar 20 kementerian Lembaga dan institusi lainnya yang terkait langsung dan tergabung dalam Pokja Nasional Peningkatan Produksi Industri Udang 2022-2024. Informasi ini terungkap pada “National Shrimp Action Forum 2022 (NSAF 2022) yang dibuka oleh Menko Marves Luhut B. Pandjaitan, 26/10/2022.
Menurut Luhut, forum ini sebagai wadah kolaborasi dan konsolidasi aksi lintas sektorr, memperkuat komitmen antar segenap pelaku pembangunan terkait, untuk mewujudkan kebangkitan industri udang nasional.
LBP menegaskan dalam pembangunan yang berbasis pendayagunaan sumberdaya alam berkelanjutan. Potensi sangat besar bidang perikanan perlu terus genjot dari aspek produktivitas dan nilai tambahnya.
“Pemerintah secara konsisten mendorong akselerasi produksi udang untuk mencapai target 2 juta ton pada akhir tahun 2024 dengan peningkatan nilai ekspor sampai 250 persen,” ungkap Menko Luhut.
“Dengan peningkatan tersebut Indonesia diharapkan dapat masuk ke dalam top five eksportir perikanan dunia. Upaya ini sudah barang tentu bukan hal mudah tapi tidak berarti tidak mungkin,” tutupnya.
Editor: K. Azis