PELAKITA.ID – Sejak awal, nama Prof Jamaluddin Jompa (JJ) tak diunggulkan oleh beberapa aktivis Unhas. Setidaknya jika membaca trend obrolan grup WA Alumni. Unhas Beberapa nama yang santer dikemukakan, setidaknya sejak pertengahan tahun lalu adalah Prof Abdul Kadir dan Prof Farida Patittingi.
Dua nama itu terus terang banyak diunggulkan. Prof Kadir, alumni Smansa Makassar angikatan 81 kelahiran Selayar ini bahkan sempat menelpon saya sebelum kembali ke Jakarta. Dia berterima kasih atas pemberitaan di Pelakita,ID. yang menurutnya banyak dibaca orang dan diviralkan.
Sementara Prof Farida beberapa kali berdiskusi. Bahkan pernah sama-sama baca puisi, di Gedung FIB-UH, sempat bersama di Galesong pada saat kunjungan sembilan Hakim Konstitusi.
Untuk banyak alasan, saya tidak pernah berbincang lama dengan Prof JJ. Terakhir saat melihatnya membuka kegiatan paparan terkait aspek kesehatan bagi pekebun kakao yang digelar oleh Kelas Pasca Sarjana Unhas bekerja sama organisasi asal Australia. Dua tahun lalu jika tak salah ingat. Ada nama Sudirman Nasir dan Nana Saleh pada event keren ini. Mereka berteman dekat, di Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI).
Waktu berlalu, episode drama jelang dan saat pemilihan Rektor Unhas, saya masih menganggap bahwa Prof Farida adalah salah satu kandidat terkuat setelah satu kandidat kuat Prof Kadir keluar arena.
Meski demikian, kalau membaca track record sains, jejaring internasional dan nasional, pengalaman menjadi bagian dalam program-program berskala internasional, Prof Jajo tetap yang paling dominan. Ini tidak bisa dibantah. No doubt! Saya menulis ini di sini. https://pelakita.id/2021/12/16/merefleksikan-persona-budu-jajo-dan-farida/
Tentu ada banyak plus minus untuk ketiga kandidat yang masuk knock out, Prof Farida, Prof Budu dan Prof Jajo. Jika diminta menjelaskan kompetensi, tentu saya lebih dari cukup memahami kapasitas, leadership dan pengalaman Prof Jajo untuk berbagai ranah pengabdian.
Dia sarjana saat saya masuk Ilmu dan Teknologi Kelautan Unhas, tahun 1989. Saya ingat persis, dia jadi dosen karena memperoleh gelar Sarjana-nya tidak cukup sampai 4 tahun, atau 3,8 tahun.
Pengalaman berorgansiasi, jejaring dan kepemimpinannya sudah teruji sejak mahasiswa hingga pernah menjadi ‘Direktur’ Coral Reef Rahbailitation and Management Program fase 2. Ini proyek prestisius bersutan banyak donor, Bank Dunia, ADB hingga JICA.
Tahun 90-an akhir, saat dia balik dari studi di luar negeri saya masih sempat mengobrol di Lapngan Tenis Tamalanrea. Dia bercerita kalau sedang fokus pada terumbu karang. Prof JJ ingin menambahkan pakar terumbu karang setelah masa Pak Soeharsono LIPI. Itu yang saya ingat.
Seperti yang kita sakisikan siang ini. Professor Unhas kelahiran Takalar itu membuktikan diri bahwa kompetensinya, pengalamannya, track record-nya yang memang sudah terbukti itu mendapat kepercayaan dari anggota Wali Amanah Unhas. Dia unggul tipis atas Prof Budu, sosok berpengalaman di rumah tangga Unhas.
Sebagai alumni Ilmu dan Teknologi Kelautan, tentu saya patut bangga, setidaknya harapan besar bahwa Unhas jika memang dipimpin oleh Rektor dengan latar belakang keilmuan terumbu karang, kelautan dan perikanan, akan bisa memaksimalkan pengalokasian sumberdaya kelautan dan perikanan ‘Unhas’ sehingga bsia menjadi salah satu lkampus Maritim terdepan di Indonesia bahkan dunia.
Unhas yang besar tentu takkan bisa maju atau terdepan jika Prof Jajo, angkatan 85 Perikanan Unhas dan beristrikan alumni Kelautan Unhas angkatan 92 ini bekerja sendiri. Kritikan, masukan atau ruang-ruang dialogis, diskursus harus selalu dihidupkan.
Salah satu yang perlu diharmonisasi ke depan adalah relasi alumni dan Rektorat. Apalagi kalau Prof JJ mendukung ide Musyawarah Besar IKA Unhas di Makassar.
Selamat!
K. Azis | Founder Pelakita.ID