PELAKITA.ID – Ir Bachrianto Bachtiar, M.Si, Putra Luwu, akademisi, aktivis LSM, yang belakangan ini banyak mewarnai diskursus sosial politik di Sulawesi Selatan, menjadi penanggap pada dialog publik bertema: “Peta Jalan Pertambangan Tana Luwu”.
Dialog publik diselenggarakan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Sabtu, 31 Juli 2021. Tidak kurang 130 peserta hadir dalam kegiatan daring Zoom dan disiarkan via Yotube ini.
Saat dimintai tanggapannya atas tema di atas, tenaga pengajar pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin yang baru saja hijarh ke dunia politik ini memberi apresiasi ke Pemda Luwu Timur termasuk gairah baru kaum muda di Tana Luwu.
“Diskusi kita ini levelling-nya luar biasa, sampai menteri, Komnas HAM, yang belum kelihatan, di level regional di Sulsel. Walaupun pembahasan atau membincangkan tema ini oleh kawan Afrianto sangat padat data, luar biasa menurut saya,” pujinya.
Afrianto adalah salah satu narasumber dalam diskusi publik ini yang memaparkan data dan informasi terkait dampak pengusahaan tambang di Tana Luwu. Salah satu yang disebutkannya adalah betapa tidak berkorelasi liniernya antara industri tambang dan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi pengusahaan tambang.
Hal kedua yang diapresiasi pria yang kerap disapa Kak Anto atau Pak Dosen ini adalah inisiatif Pemerintah Kabupaten Luwu Timur yang bersurat terbuka ke PT Vale.
“Luwu Timur dengan bupati baru, sangat luar biasa, baru-baru ini beliau ada surat terbuka ke Vale, disampaikan terbuka,” pujinya.
Menurut Pak Dosen, ada kemajuan dengan model komunkasi yang intens oleh Pemda Luwu Timur saat ini.
“Ada kolaborasi bagaimana aktivitas tambang itu lebih didasarkan pada data, sesuai teori-teori yang telah disinggung sebelumnya. Tentang gambaran masyarakat Dongi, ada harapan sangat besar untuk membaik ke depan dengan pergerakan atau aktivitas seperti yang Pak Bupati Luwu Timur lakukan, saya kira ini luar biasa,” tambahnya.
Untuk paparan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, dimana disebutkan sebelumnya bahwa ada dua perusahaan yang perlu mendapat perhatian di Luwu Utara.
Indah bercerita tentang kiprah dua perusahaan yaitu PT Kalla Arebamma yang mendapat izin di Singkalong dan Tendiboe serta PT Citra Palu Mineral di wilayah Onondua.
“Izinya sudah ada tapi belum beroperasi. Justeru ada gagasan membuka ruang agar ada gerakan masyarakat lebih madiri dengan melakukan upaya pertambangan mandiri seperti saran Rukka Sombolinggi,” tanggap Bachrianto. Rukka yang dimaksud adalah Sekjen AMAN.
“Bagaimana ada usaha badan milik daerah bisa berkolaborasi, bisa memperkuat diri untuk mandiri mengelola sumberdaya alam mereka. Bagaimana social preparation, kelembagaan, manajemen seperti apa, ini problem kita dalam mendampingi masyarakat,” sebut Bachrianto.
Bachrianto mengingatkan Pemda Luwu Utara agar memperhatikan beberapa aspek saat mengusung gagasan pemandirian badan usaha berbasis masyarakat adat seperti yang didorong Sekjen AMAN.
“Aktivitas pertambangan membutuhkan teknologi tinggi, belum lagi pengetahuan tentang market, dan perlu hati-hati mempersiapkan masyarakat ke arah sana,” imbuhnya.
Dia juga melihat keterlibatan level nasional pada acara seperti dialog publik ini sebagai kesempatan untuk segera berkolaboasi.
“Segera dicabut saja izinnya, sebagai gambaran saja sepertinya ini seperti perusahaan yang sedang mencari investor,” katanya terkait dua perusahaan tambang di Luwu Utara yang sudah bertahun-tahun mengantongi izin tapi belum berusaha.
“Beda dengan INCO yang sudah 53 tahun itu, memang perusahaan tambang yang siap modal dan upaya serius,” tambahnya.
Pak Dosen menyebut bahwa pasti ada kendala lapangan saat inisiasi usaha tambang. “Pasti ada benturan, kita lewati bersama, perlu dipikirkan untuk dua perusahaan itu agar tidak lagi membebani persoalan hukum kita,” lanjutnya.
Terkait tema diskusi publik yang menyoal peta jalan pertambangan di Tana Luwu, Bachrianto mengutarakan harapannya agar ke depan pelru dipikirkan dengan baik.
“Bisa saya sampaikan untuk memastikan adanya konsolidasi, penguatan kapasitas, internalisasi kelembagan, civil society di Luwu Raya agar bisa diberdayakan,” katanya.
“Ke depan, saya kira cuma Afrianto, Isnul, anak-anak millenial yang muncul saat ini. Di mana generasi muda lainnya? Apa yang dikerjakan AMAN meng-endorse, men-encourage ke probelum ini dan mempersiapkan diri, masa depan milik mereka, kita mempersiapkan,” teragnya. Isnul adalah moderator webinar ini.
“Harapan saya, tidak berhenti di sini. Saya berharap lebih pada bagaimana ada aksi konkret di level wilayah Luwu, kabupaten atau kolaborasi sampai level nasional,” pungkasnya.
(KA)