PELAKITA.ID – Pemerintah menargetkan 20 juta hektar perairan laut untuk dijadikan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) nasional. Upaya ini sangat penting dan mendesak di tengah realitas bahwa telah dan sedang terjadi degradasi ekosistem terrumbu karang di Indonesia yang hebat, masif dan belum terkendali.
Selain itu, upaya-upaya rehabilitasi ekosistem seperti terumbu karang hingga kawasan mangrove juga belum sepenuhnya berjalan efektif. Sudah banyak proyek atau program yang dijalankan namun belum memuaskan.
“Rehabilitasi kawasan terumbu karang telah lama dilakukan, tetapi hasilnya masih belum memuaskan,” kata Dr Munasik Motawi, akademisi Ilmu Kelautan dari Universitas Diponegoro, Rabu, 30/09/2020.
Meski demikian, pihaknya telah berupaya untuk membenahi proses dan pelaksanaan rehabilitasi dan pemantauan terumbu karang tersebut dengan mengoperasikan aplikasi teknologi APR.
“APR adalah Arificial Patch Reefs di perairan dangkal dan keruh sudah kami lakukan sejak 2015, telah menjadi habitat baru di Pulau Panjang, Jepara,” jelasnya.
Metode APR adalah serangkaian modul melingkar bertingkat dari beton berdiameter kurang lebih tiga meter. Di Pulau Panjang, luas APR terus berkembang. Dilaporkan bahwa dari 14,1 meter persegi hingga menjadi 98,9 meter persegi di 2019. Indeks keanekaragaman karang meningkat dari 0,2 menjadi 1,3.
Dr Munasik menjelaskan bahwa penempatan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2015. “Ada 1 unit APR yang kita deploy, kedua, satu unit pada tanggal 21 September 2015 dan terakhir pada Desember 2016 sebanyak 9 unit, selanjutnya 2 unit per tahun,” katanya.
Dr Munasik melanjutkan bahwa untuk mengetahui secara rinci dan mendalam mengenai proses pertumbuhan transplant karang dapat diakses artikel “Coral transplantation on a multilevel substrate of Artificial Patch Reefs: effect of fixing methods on the growth rate of two Acropora species. Biodiversitas 21:1816-1822. https://smujo.id/biodiv/article/view/5279/3830
“Semoga teknologi ini dapat berkontribusi pada program ICRG (Indonesia Coral Reefs Garden) ke depan,” harap alumni University of Ryukyus Jepang ini sembari memberi link Youtube berisi kondisi terumbu karang di Pulau Panjang.
“Tahun 2015, sudah dimulai tapi belum terbentuk habtat untuk. Video ini dari hasil Desember 2016 dan diamati 2019,” jelasnya. Nah, seperti apa fakta dan kondisi di lokasi dimaksud, simak di video berikut ini.
Penulis: K. Azis