Nurul Khalizah | Dampak Gawai pada Anak, Mengasah Keterampilan atau Mengurangi Kemandirian? 

  • Whatsapp
Nurul Khalizah (dok: Probadi)

DPRD Makassar

Nurul Khalizah, mahasiswa Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku mencari tahu dampak gawai pada anak. Sungguhkah itu dapat mengasah keterampilan atau malah mengurangi kemandirian? Mari simak temuannya.

PELAKITA.ID – Dalam dunia yang semakin terhubung dengan teknologi, gawai kini memegang peran besar dalam kehidupan anak-anak.

Orang tua dan pendidik menghadapi dilema besar: di satu sisi, gawai membantu anak mengembangkan keterampilan dan memberikan akses tak terbatas ke sumber informasi.

Read More

Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa penggunaan gawai yang tidak terkendali dapat berdampak buruk pada perkembangan anak, baik dari segi kemandirian, kesehatan fisik, maupun mental.

Laporan data terbaru dari Insider Monkey dari website goodstats.id, pada tahun 2023 jumlah pengguna gawai di seluruh dunia sebanyak 7,33 miliar orang memiliki ponsel atau gawai, yang menghubungkan 91,40% populasi global melalui jaringan seluler.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, Indonesia berada pada posisi keenam dalam jajaran negara dengan pengguna gawai terbanyak, mencapai 73 juta pengguna.

Secara total, data BPS menujukkan bahwa ada 3,44% anak usia dini di Indonesia yang menggunakan gawai dengan rincian 25,5% pengguna anak usia 0-4 tahun dan 52,76% pengguna anak berusia 5-6 tahun.

Gawai memang membawa berbagai manfaat, terutama dalam hal pembelajaran. Melalui gawai, anak-anak dapat mengakses berbagai aplikasi dan platform edukasi yang menyenangkan.

Misalnya, aplikasi seperti Duolingo dan Khan Academy mengajarkan bahasa dan pengetahuan akademik secara interaktif, sementara permainan edukatif membantu anak belajar konsep-konsep dasar dengan cara yang lebih santai dan menarik.

Selain itu, di era digital saat ini, kemampuan dasar dalam teknologi menjadi semakin penting. Dengan bantuan gawai, anak-anak dapat belajar keterampilan digital dasar seperti mengetik, menggunakan perangkat lunak, hingga pemrograman.

Keterampilan ini tak hanya bermanfaat di dunia kerja nanti, tetapi juga membantu mereka beradaptasi di lingkungan yang semakin canggih.

Di samping itu, gawai juga menjadi alat untuk mengekspresikan kreativitas. Berbagai aplikasi menggambar, video editing, hingga aplikasi musik memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan ide mereka.

Banyak anak yang menunjukkan bakat di bidang seni digital dan mulai berbagi karya mereka di media sosial, membuka peluang bagi mereka untuk dikenal oleh khalayak yang lebih luas.

Platform ini memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi kreativitas mereka dan mengasah keterampilan yang mungkin tidak mereka temukan di lingkungan offline.

“Penggunaan gawai untuk anak-anak perlu didampingi oleh orang tua agar aksesnya terbatas pada konten yang positif dan sesuai usia. Pembatasan waktu dan pemilihan konten sangat penting untuk mencegah dampak negatif seperti ketergantungan atau paparan hal yang tidak pantas,” ungkap Agun Sesar, seorang mahasiswa psikologi.

“Seiring bertambahnya usia dan kematangan berpikir anak, penggunaan gawai dapat diberikan lebih banyak kebebasan, namun tetap dengan pengawasan dan panduan yang bijak,” tambahnya.

Dampak Buruk

Namun, di balik manfaat yang ada, penggunaan gawai secara berlebihan memiliki risiko yang serius. Salah satu kekhawatiran utama adalah ketergantungan terhadap gawai.

Anak-anak yang terlalu sering menggunakan gawai cenderung mengabaikan aktivitas fisik, yang dapat berdampak pada kesehatan fisik mereka. Ketergantungan pada gawai juga memengaruhi perkembangan sosial dan mental anak.

Ilustrasi gawai dan generasi muda kita (dok: istimewa)

Anak-anak yang terlalu asik dengan gawai sering kali mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih suka berada di dunia virtual ketimbang bermain bersama teman-teman atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Pediatrics, anak-anak yang terpapar layar lebih dari dua jam per hari lebih rentan mengalami gangguan konsentrasi dan masalah tidur.

Paparan layar dalam jangka panjang dapat mengganggu ritme tidur alami anak karena paparan sinar biru dari layar gawai menghambat produksi hormon melatonin, yang membantu mengatur tidur.

Anak-anak yang sering menggunakan gawai hingga larut malam lebih mungkin mengalami masalah tidur, yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik mereka.

Selain itu, kurang tidur dapat mengganggu konsentrasi dan membuat anak merasa lelah dan mudah marah, yang tentunya memengaruhi performa mereka di sekolah.

Selain masalah tidur dan konsentrasi, penggunaan gawai yang berlebihan juga berdampak pada perkembangan kognitif anak.

Anak-anak yang terlalu terbiasa mencari jawaban di internet mungkin kurang mampu untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri.

Hal itu mengurangi kemampuan mereka untuk mengandalkan diri sendiri dalam situasi nyata, yang dapat berdampak pada kemandirian mereka di masa depan.

Dampak negatif lainnya dari penggunaan gawai adalah risiko terhadap kesehatan mental anak. Anak-anak yang terlalu sering menggunakan gawai mungkin menjadi lebih cemas atau bahkan depresi, terutama ketika mereka merasa bahwa hidup mereka tidak sebanding dengan apa yang mereka lihat di media sosial.

Perbandingan sosial seperti ini dapat menyebabkan perasaan rendah diri, kecemasan, dan bahkan depresi pada anak-anak yang mungkin belum memiliki kemampuan untuk membedakan realitas dari citra yang dipamerkan di media sosial.

Solusi

Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menciptakan keseimbangan dalam penggunaan gawai.

Langkah pertama yang dapat diambil adalah menetapkan batasan waktu untuk penggunaan gawai.

Misalnya, menetapkan waktu tertentu untuk bermain game atau menonton video, sehingga anak tetap memiliki waktu untuk melakukan aktivitas fisik dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Orang tua juga dapat memanfaatkan waktu ini untuk mendampingi anak saat menggunakan gawai. Dengan cara ini, orang tua bisa memastikan bahwa anak mengakses konten yang sesuai dan memberikan panduan yang tepat.

Selain menetapkan batasan waktu, orang tua juga perlu memberikan contoh yang baik dalam penggunaan gawai. Anak-anak cenderung meniru apa yang dilakukan orang tua mereka.

Jika orang tua juga sering menggunakan gawai dalam setiap kesempatan, anak-anak akan melihat hal tersebut sebagai hal yang normal.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menunjukkan bagaimana menggunakan gawai secara bijak dan seimbang.

Misalnya, dengan menghabiskan waktu bersama anak tanpa menggunakan gawai, seperti membaca buku, bermain permainan tradisional, atau melakukan aktivitas outdoor.

Meskipun banyak penelitian menunjukkan potensi dampak negatif dari gawai, ada juga pendapat bahwa dampak negatif tersebut belum sepenuhnya terbukti secara ilmiah.

Beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa penggunaan gawai dalam jumlah yang moderat tidak secara langsung berkorelasi dengan gangguan tidur, obesitas, atau penurunan kemandirian.

Dalam jumlah yang tepat, gawai bahkan dapat memberikan manfaat edukatif dan stimulasi kognitif yang berguna bagi anak-anak. Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat tersebut hanya bisa diperoleh jika orang tua memberikan pengawasan dan pendampingan yang cukup.

Dengan demikian, penggunaan gawai dalam kehidupan anak-anak tidak dapat dihindari, namun pengawasan dan batasan yang tepat adalah kunci untuk memaksimalkan manfaatnya.

Gawai memang memiliki peran penting dalam era modern, tetapi jika tidak dikendalikan dengan bijaksana, penggunaannya dapat berdampak negatif pada perkembangan anak.

Orang tua harus menjadi contoh dan panduan bagi anak-anak dalam menggunakan teknologi ini agar mereka tetap tumbuh menjadi individu yang mandiri, sehat, dan mampu menghadapi tantangan dunia nyata.

Kesimpulan

Kesimpulannya, gawai adalah alat yang bermanfaat, tetapi penggunaannya harus selalu diawasi.

Bagi anak-anak, kemandirian dan kemampuan untuk berpikir kritis adalah keterampilan yang sangat penting di masa depan.

Dengan pendekatan yang seimbang dalam memanfaatkan teknologi, kita dapat memastikan bahwa anak-anak tidak hanya mengasah keterampilan mereka, tetapi juga tetap mandiri dan mampu menghadapi tantangan hidup.

___

Tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis, dan merupakan kerjasama antara penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi kesehatan dan ilmu perilaku. 

Related posts