Andi Putri Cahaya Ningrum | Tablet Tambah Darah, Upaya Melawan Anemia pada Remaja

  • Whatsapp
Andi Putri Cahaya Ningrum, mahasiswa semester lima Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (dok: Pribadi)

DPRD Makassar

Andi Putri Cahaya Ningrum, mahasiswa semester lima Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unhas membagikan pembacaannya pada program penyediaan tablet tambah darah sebagai upaya melawan anemia pada kaum muda. Seperti apa manfaatnya? Mari simak berikut ini.

PELAKITA.ID – Masalah anemia atau gejala defisiensi zat besi terus menjadi perhatian serius di Indonesia.

Berdasarkan rilis Riskesdas Kementerian Kesehatan RI, 2018, prevalensi anemia pada remaja putri mencapai 32 persen dan meningkat menjadi 36,5 persen pada 2023.

Read More

Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga memengaruhi kemampuan kognitif dan produktivitas remaja, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kualitas generasi penerus bangsa.

Pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk menekan angka anemia, salah satunya adalah pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada remaja putri.

Meski demikian, upaya ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk rendahnya kepatuhan dalam konsumsi tablet.

Menurut survei 2023, alasan utama remaja enggan mengonsumsi TTD adalah karena rasa dan bau tablet yang dianggap tidak menyenangkan, serta kebiasaan lupa.

Sebagai contoh, Melia, seorang mahasiswi Kesehatan Masyarakat di Universitas Hasanuddin, mengaku sering lupa mengonsumsi TTD yang dibagikan saat ia masih SMA.

“Kadang saya merasa tidak penting, apalagi kalau tidak langsung terasa efeknya,” ujarnya.

Stigma dan kurangnya edukasi mengenai pentingnya zat besi bagi kesehatan tubuh semakin memperparah situasi ini.

Mengapa Anemia berbahaya?

Dampak anemia tidak bisa diremehkan. WHO mencatat bahwa kondisi ini memengaruhi 571 juta perempuan usia reproduktif di seluruh dunia, menjadikannya salah satu masalah kesehatan global yang mendesak.

Contoh tablet tambah darah (dok: Shopee)

Anemia juga berkontribusi pada risiko bayi lahir prematur dan stunting pada ibu hamil di masa depan.  Berdasarkan data terbaru, prevalensi anemia di Indonesia menunjukkan angka yang mengkhawatirkan.

Di Makassar, Sulawesi Selatan, penelitian pada remaja putri SMA menunjukkan banyaknya kasus anemia ringan hingga sedang.

Sebagian besar remaja memiliki kadar hemoglobin di bawah normal akibat rendahnya kepatuhan terhadap program pemberian tablet tambah darah serta kurangnya kesadaran tentang pentingnya nutrisi yang baik..

Secara nasional, prevalensi anemia pada perempuan usia produktif, termasuk ibu hamil, mencapai 48,9 persen pada 2023.

Anemia pada ibu hamil membawa dampak signifikan, seperti meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), komplikasi kehamilan, hingga kematian ibu dan bayi.

Pada laki-laki, meskipun jarang dilaporkan, anemia dapat menurunkan produktivitas fisik dan mental.

Angka di atas mempertegas pentingnya intervensi yang lebih efektif, seperti edukasi berkelanjutan dan distribusi tablet tambah darah, untuk mengurangi prevalensi anemia di berbagai kelompok usia dan gender.

Meski sudah ada banyak upaya, seperti kampanye #AksiBergizi yang melibatkan sekolah dan Puskesmas, diperlukan strategi yang lebih inovatif.

Misalnya, inovasi rasa pada tablet, ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesukaan remaja terhadap TTD.

Ilustrasi tablet tambah darah (dok: istimewa)

Teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk membuat aplikasi pengingat konsumsi tablet, seperti yang diusulkan Fajar, seorang mahasiswa Teknik Mesin Universitas Hasanuddin.

“Aplikasi ini bisa jadi cara seru untuk mengingatkan kami minum tablet, terutama jika ada tantangan atau kompetisi antar sekolah,” katanya.

Kata dia, untuk menjadikan program ini lebih efektif, semua pihak harus terlibat. Orang tua, guru, dan tenaga kesehatan harus memberikan dukungan moral dan informasi yang memadai kepada remaja.

Dengan komitmen kolektif, Indonesia memiliki peluang besar untuk menurunkan angka anemia dan menciptakan generasi muda yang lebih sehat dan produktif.

Maukah kita semua mengambil bagian dalam perjuangan ini?

___

Tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis, dan merupakan kerjasama antara penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi kesehatan dan ilmu perilaku. 

 

Related posts