Anastasya Tammu | Obesitas dan Gaya Hidup

  • Whatsapp
Anastasya Tammu (dok: Pribadi)

DPRD Makassar

Anastasya Tammu, mahasiswa semester lima Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin membagikan penelusuruan realitas obesitas dan kaitannya dengan gaya hidup masyarakat. Seperti apa temuannya? Mari simak berikut ini.

PELAKITA.ID – Bayangkan betapa indahnya jika remaja tidak hanya terbenam dalam layar gadget, tetapi juga dapat bergerak secara aktif agar terhindar dari obesitas. Namun, kenyataan saat ini berbanding terbalik dengan harapan tersebut.

Kini kita sering melihat banyak remaja yang memiliki berat badan berlebih dan kondisi ini dapat terlihat di berbagai tempat seperti pusat perbelanjaan, sekolah, dan tempat-tempat lainnya.

Read More

Ancaman Obesitas

Banyak dari mereka yang memilih menghabiskan waktu berjam-jam bermain gadget karena mager daripada melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi kesehatan.

Mager merupakan singkatan dari malas gerak dan banyak terjadi di kalangan remaja Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Makassar.

Era digital yang serba instan saat ini  telah menjerat banyak  remaja ke dalam lingkaran kenyamanan sehingga lebih memilih rebahan dan berdiam diri daripada beraktivitas fisik.

Kemudahan akses terhadap teknologi dan hiburan digital telah mengubah gaya hidup kita secara drastis.

Sayangnya, kebiasaan mager yang seolah dianggap tak berbahaya ini menyimpan ancaman serius bagi kesehatan.

Kurangnya aktivitas fisik telah dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis, salah satunya adalah penyakit obesitas. Padahal, tubuh dirancang untuk bergerak, dan kurangnya aktivitas fisik dapat mengganggu keseimbangan hormonal dan metabolisme tubuh.

Menurut Kementerian Kesehatan obesitas adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tubuh menyimpan terlalu banyak lemak, yang disebabkan oleh lebih banyak kalori yang masuk daripada yang dibakar oleh tubuh.

Obesitas bukanlah masalah kesehatan yang dapat disepelekan. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2022 lebih dari 390 juta anak-anak dan remaja berusia 5 hingga 19 tahun mengalami kelebihan berat badan dengan 160 juta orang yang hidup dengan obesitas.

Ilustrasi obesitas (dok: istimewa)

Kejadian obesitas merupakan masalah yang serius, karena jika obesitas terjadi pada remaja maka dapat berlanjut hingga usia dewasa.

Selain itu, obesitas adalah faktor risiko utama bagi sejumlah penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, dan kanker.

Olivia (19), seorang anggota keluarga penderita obesitas, yang mengatakan bahwa kurangnya aktivitas tubuh dapat mempengaruhi kondisi berat badan seseorang.

Menurutnya, jika kurang melakukan aktivitas fisik maka tubuh tidak membakar kalori secara efektif sehingga dapat berpengaruh terhadap penambahan berat badan.

Pencegahan Obesitas

Obesitas pada remaja dapat dicegah dengan beberapa cara. Menurut Kementerian Kesehatan, cara yang dapat dilakukan untuk mencegah obesitas yaitu pertama, mengonsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang, seperti mengonsumsi buah dan sayur minimal 5 porsi sehari.

Kedua, mengatur konsumsi gula, garam, dan lemak sesuai dengan pedoman yaitu G4 G1 L5 (konsumsi Gula maksimal 4 sendok makan atau 50 gram per hari, konsumsi Garam maksimal 1 sendok teh atau 2 gram per hari, konsumsi Lemak maksimal 5 sendok makan atau 67 gram per hari).

Ketiga, rutin melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki, membersihkan rumah, dan berolah raga secara teratur dan terukur. Keempat, menjaga berat badan ideal dengan mempertahankan Indeks Massa Tubuh (IMT) di kisaran 18-23kg/m².

Selain itu, dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting dalam mencegah obesitas pada remaja. Ketika remaja melihat orang-orang di sekitarnya beraktivitas fisik secara sehat, mereka cenderung terinspirasi untuk mengikuti jejak tersebut.

Aktivitas fisik bersama keluarga atau teman akan terasa lebih menyenangkan dan bisa menciptakan ikatan sosial yang positif.

Pada masa remaja mulai muncul berbagai tekanan, mulai dari banyaknya tugas sekolah dan tuntutan sosial yang terus berubah.

Dalam situsi seperti ini, remaja seringkali mengabaikan untuk menjaga kesehatan tubuh. Namun, tahukah kamu bahwa berolahraga bukan hanya cara yang baik untuk mencegah obesitas, tapi juga bisa membantu mengurangi stres dan membuat perasaan lebih baik?

Daripada menganggap olahraga sebagai kewajiban yang membosankan, kita seharusnya melihatnya sebagai kesempatan untuk bersenang-senang dan menemukan hal-hal baru tentang diri sendiri.

Aktivitas fisik dapat dilakukan dengan mengajak teman-teman untuk berolahraga bersama, mengikuti kelas dansa atau bela diri, ataupun jalan-jalan santai di sekitar lingkungan.

Dengan menjadikan aktivitas fisik sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari, remaja akan merasakan manfaatnya yang luar biasa, baik untuk kesehatan fisik maupun mental.

Dalam penelitiannya yang berjudul Psychological Issues Associated With Obesity, Segal & Gunturu mengungkapkan bahwa obesitas bukan hanya disebabkan gaya hidup melainkan terdapat faktor lain salah satunya yaitu faktor psikologis.

Faktor psikologis ini seringkali mempengaruhi remaja dalam menghadapi obesitas, karena mereka sangat peka terhadap penilaian sosial.

Remaja kerap merasakan tekanan sosial akibat diskriminasi terhadap ukuran tubuhnya yang akrab dikenal dengan istilah body shaming sehingga dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup seseorang.

Oleh karena itu, penting untuk mendekati masalah obesitas dengan cara yang menyenangkan dan mendukung pembangunan kepercayaan diri remaja. Aktivitas fisik yang menyenangkan dapat membantu mereka merasa lebih percaya diri dan menerima tubuh mereka dengan lebih baik.

Pendidikan tentang kesehatan dan pentingnya pola makan seimbang juga harus disertai dengan pendekatan yang mengutamakan penerimaan diri. Hal ini dapat membantu remaja agar tidak hanya terfokus pada penampilan, tetapi juga pada kesehatan secara keseluruhan.

Dengan cara ini, pencegahan obesitas dilakukan sekaligus mengurangi tekanan psikologis yang sering dialami oleh remaja.

Pencegahan obesitas bukan hanya tentang menghindari makanan tertentu, tetapi juga tentang menciptakan hubungan positif dengan tubuh dan makanan.

Perbaikan gaya hidup yang mencakup aktivitas fisik yang menyenangkan dan edukasi tentang pola makan sehat dapat membantu remaja menjaga kesehatan tubuh mereka dan mencegah obesitas.

Selain itu, lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat, seperti keluarga dan teman yang aktif, dapat memberikan motivasi yang besar bagi remaja untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat.

____

Artikel ini tayang sebagai kerjasama penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi dan perilaku kesehatan

Related posts