Shakira Oqmalia Firdany | Dari Kepulan Asap menuju Jalan Hidup yang Lebih Baik

  • Whatsapp
Shaqira Oqmalia Firdany, mahasiswa FKM Unhas (dok: Istimewa)

DPRD Makassar

Shaqira Oqmalia Firdany, mahasiswa FKM Unhas membagikan pandangannya terkait kecenderungan semakin meningkatnya angka perokok di sekitar kita. Apa penyebab dan apa saja risikonya jika merokok terus berlangsung, mari simak penjelasannya berikut ini.

PELAKITA.ID – Di setiap penjuru kota, asap rokok tampak mengepul, menemani langkah-langkah mereka yang memilih rokok sebagai sahabat setia.

Ironisnya, meskipun bahaya rokok sudah bukan rahasia lagi, jumlah perokok di Indonesia justru terus bertambah setiap tahunnya, termasuk di kalangan generasi muda.

Read More

Generasi yang seharusnya menjadi pemimpin masa depan bangsa kini malah terancam kesehatannya karena terperangkap dalam kebiasaan merokok.

Timbul pertanyaan, apakah hal ini hanya sekadar kebiasaan sosial atau benar-benar ancaman serius bagi kesehatan dan masa depan bangsa?

Di balik setiap batang rokok yang terbakar, ada harga yang harus dibayar, baik bagi para perokok maupun negara. Namun, mengapa upaya untuk mengendalikan kebiasaan ini kerap menemui jalan buntu?

Rokok dan Bahayanya yang Mengakar dalam Kehidupan

Rokok adalah gulungan tembakau yang, meskipun kecil, mampu menjangkiti para penikmatnya dengan kandungan adiktif yang menyulitkan mereka untuk melepaskan diri.

Merokok telah menjadi kebiasaan sehari-hari yang sulit dihindari bagi sebagian orang, bahkan sering kali menjadi kebutuhan yang tak bisa ditinggalkan.

Masyarakat kini menyadari bahwa merokok bukan sekadar kebiasaan sepele; ini adalah perilaku yang memicu dampak berbahaya sejak usia remaja.

Bahaya ini semakin nyata, mengingat banyaknya individu yang mulai merokok di usia belia, bahkan di bawah 15 tahun.

Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 8 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat tembakau, mencakup baik perokok aktif maupun pasif.

Data dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019 menunjukkan bahwa prevalensi perokok di kalangan siswa usia 13-15 tahun meningkat dari 18,3% pada tahun 2016 menjadi 19,2% pada tahun 2019.

Selain itu, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang, dengan sekitar 7,4% di antaranya adalah anak-anak berusia 10-18 tahun.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga melaporkan adanya fluktuasi persentase perokok di kalangan usia di atas 15 tahun di Sulawesi Selatan.

Misalnya, pada tahun 2023, persentase ini mencapai 24,24%, masih tergolong tinggi meski ada penurunan dari tahun ke tahun. Data ini menggambarkan betapa kuatnya “cengkeraman tembakau” di masyarakat Indonesia.

Rintihan Perokok dan Tantangan untuk Berhenti

Rizal (28), seorang driver gojek di Makassar, menyatakan bahwa merokok membantunya tetap fokus dan terjaga saat bekerja.

“Ketika menunggu penumpang atau selesai mengantar, saya merasa lebih rileks dan semangat kalau merokok,” ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan Hasan (34), seorang pedagang kaki lima di Makassar.

”Saat lelah dan stres, merokok membuat saya merasa lebih tenang. Kebiasaan ini sudah lama saya lakukan, jadi sulit untuk berhenti,” katanya.

Pernyataan Rizal dan Hasan mencerminkan kuatnya kecanduan yang terikat pada kebiasaan merokok, meski mereka menyadari bahaya yang mengintai.

Menurut Dr Arsyad Rahman yang merupakan salah satu dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, merokok telah menjadi isu substansial yang tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga menciptakan gesekan sosial antara perokok dan non-perokok.

”Kebiasaan ini diketahui meningkatkan risiko penyakit serius, seperti gangguan paru-paru dan sistem pernapasan,” kata Arsyad.

Arsyad juga menekankan bahwa praktik ini tidak hanya mengancam kesehatan, tetapi juga menciptakan ketidaknyamanan sosial; misalnya, ketika seseorang merokok di sekitar kelompok non-perokok.

”Hal ini sering dianggap mengganggu estetika dan kenyamanan publik. Bahkan, pada tahun 2019, sistem kesehatan nasional sempat meminta dukungan tambahan untuk menangani dampak kesehatan akibat kebiasaan merokok yang meluas,” ucapnya.

Racun yang Mengintai dalam Setiap Hisapan

Tembakau dan berbagai zat kimia lain yang terkandung dalam rokok, seperti aseton, kadmium, karbon monoksida, dan hidrogen sianida, telah menjadi pembunuh diam-diam yang mengancam setiap perokok.

Belakangan ini, muncul juga rokok elektrik atau vape yang pada awalnya dianggap sebagai alternatif yang lebih  ‘aman’.

Meski demikian, WHO dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah menegaskan bahwa vape sebenarnya lebih berbahaya karena cairannya mengandung bahan karsinogenik dan toksik seperti glikol, gliserol, alkanal, dan logam berbahaya lainnya.

Vape hanya menambah daftar panjang bahaya yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok.

Dari Candu Menuju Kesadaran, Jalan Menuju Sehat

Menyikapi berbagai dampak merugikan bagi kesehatan, menurut Kementerian Kesehatan melalui Gerakan Masyarakat (GERMAS) perubahan menuju hidup yang lebih sehat tanpa rokok perlu dilakukan dengan pendekatan bertahap.

Pertama, hindari berkumpul dengan teman-teman yang sedang merokok.

Kedua, yakinkan diri bahwa rokok bukan satu-satunya sarana pergaulan.

Ketiga, jangan merasa malu untuk mengatakan diri kita bukan perokok.

Keempat, perbanyak mencari informasi tentang bahaya merokok.

Kelima, hindari suatu topik yang berkaitan dengan rokok (sponsor, iklan, poster, rokok gratis).

Terakhir, lakukan hal-hal yang bersifat positif lainnya, seperti berolahraga, membaca buku, atau hobi lainnya yang menyehatkan tubuh.

Prinsip hidup sehat yang dianjurkan

Berikut adalah prinsip sehat untuk membantu siapa pun yang ingin berhenti merokok:

 Satu, simpan jauh asbak dan rokok dari jangkauan: Menghilangkan semua benda yang berhubungan dengan rokok akan membantu mengurangi godaan untuk merokok kembali.

Dua, edukasi diri tentang risiko merokok: Mengetahui risiko kesehatan, seperti kanker paru-paru dan serangan jantung, dapat mendorong kesadaran untuk berhenti merokok.

Tiga, hindari lingkungan perokok: Berada di dekat perokok hanya akan memicu keinginan untuk kembali terjerat dalam kebiasaan ini.

Empat, ajak teman untuk berhenti bersama: Dukungan dari teman atau keluarga yang memiliki tujuan yang sama dapat memperkuat tekad untuk berhenti.

Lima, temukan hobi baru yang positif: Menekuni aktivitas positif dapat mengalihkan perhatian dari keinginan merokok dan memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.

Rokok memang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat, tetapi kini saatnya untuk mulai melangkah menuju kehidupan yang lebih sehat.

Dengan kesadaran dan tekad yang kuat, jalan keluar dari asap menuju kesehatan bukanlah hal yang mustahil.

Apakah Anda akan terus membiarkan diri terperangkap dalam asap yang merusak?

Inikah saatnya untuk memilih jalur hidup yang lebih baik? Jawabannya ada pada diri anda!

____

Artikel ini tayang sebagai kerjasama penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi dan perilaku kesehatan

Related posts