Futri Makiwan Rombetasik | Ancaman Depresi pada Remaja di Kota Sorong  

  • Whatsapp
Futri Makiwan Rombetasik (dok: Pribadi)

DPRD Makassar

Futri Makiwan Rombetasik, mahasiswa semester lima pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin membagikan pandangannya tentang kecenderungan depresi pada kaum muda di Kota Sorong. Mari simak paparannya. 

PELAKITA.ID – Indonesia saat ini tengah menghadapi krisis kesehatan mental. Fenomena ini mencakup berbagai masalah seperti flexing, bullying, dan kekerasan yang melibatkan berbagai kelompok masyarakat.

Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental di Indonesia secara kumulatif telah mencapai 52 persen.

Read More

Menurut data penting yang di dapatkan dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2023, diperkirakan sekitar 3,8 persen populasi global mengalami gangguan depresi. Angka ini mencakup 5 persen orang dewasa, dengan perincian 4 persen pria dan 6 persen perempuan.

Selain itu, sekitar 5,7 persen orang dewasa berusia di atas 60 tahun juga mengalami depresi. WHO mencatat bahwa total individu yang mengalami depresi di seluruh dunia mencapai sekitar 280 juta jiwa.

Menurut laporan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2023, sebanyak satu dari tiga remaja dan satu dari dua puluh remaja mengalami gangguan mental dalam dua belas bulan terakhir.

Sebanyak 15,5 juta remaja, atau sekitar 34,9 persen, menghadapi masalah kesehatan mental tingkat sedang, yang tentunya menyoroti kekhawatiran mendalam tentang kesehatan mental remaja di Indonesia.

Di tengah gemerlapnya kehidupan kota yang dinamis, tersimpan tekanan mental yang dialami oleh generasi muda, khususnya remaja.

Berbeda dengan gambaran ideal remaja yang bersemangat dan penuh ambisi, data menunjukkan bahwa semakin banyak remaja di komunitas perkotaan mengalami depresi akibat berbagai faktor yang berkaitan dengan kehidupan modern. Kehidupan di kota besar sering kali diiringi dengan tekanan akademis yang tinggi.

Penyebab depresi

Remaja perkotaan menghadapi ekspektasi untuk berprestasi di sekolah, terutama di lingkungan yang sangat kompetitif. Tuntutan untuk selalu mendapatkan nilai terbaik dan masuk ke perguruan tinggi ternama menjadi sumber stres tersendiri.

Dalam banyak kasus, kegagalan memenuhi ekspektasi ini membuat remaja merasa gagal, tidak berharga, dan akhirnya terjebak dalam kondisi depresi.

Depresi pada remaja merupakan masalah kesehatan mental yang semakin mengkhawatirkan, terutama di komunitas perkotaan seperti Kota Sorong, Papua Barat Daya. Kota Sorong, sebagai salah satu wilayah perkotaan yang terus berkembang, menghadapi tantangan dalam penyediaan layanan kesehatan mental yang memadai.

Remaja, dengan dinamika psikososial mereka yang kompleks, menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap depresi. Faktor-faktor seperti tekanan akademik, perubahan dalam hubungan sosial, dan eksposur terhadap lingkungan perkotaan yang serba cepat, dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.

Menurut Kota Sorong Dalam Angka 2024, populasi Kota Sorong mencapai lebih dari 284.000 jiwa, dengan sekitar 20 persen dari total populasi merupakan kelompok usia remaja (10-19 tahun).

Sebagaimana dilaporkan dalam Tribunsorong.com, Aksi perundungan (bullying) melibatkan pelajar MTs terjadi di Kota Sorong, Papua Barat Daya, viral di media sosial.

Berdasarkan informasi yang didapatkan, aksi perundungan terhadap anak tersebut terjadi di sekitar lingkungan sekolah. Remaja 13 tahun korban bullying itu diduga mengalami depresi berat dan harus menjalani pengobatan di RSUD Sorong.

Korban lalu jatuh sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit. Korban sempat mengalami koma hingga pada akhirnya keluarga harus merelakan kepergian korban untuk selamanya.

Dampak depresi pada remaja masih sangat luas dan begitu banyak yang dimana dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka.

Dampak depresi

Secara akademis, depresi sering menyebabkan penurunan prestasi karena ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan kehilangan motivasi hingga kemalasan. Secara sosial, remaja yang mengalami depresi cenderung menarik diri dari lingkungan, sehingga mereka sering kali merasa terisolasi.

Dampak jangka panjang dari depresi yang tidak ditangani dapat mencakup perkembangan gangguan mental yang lebih serius di masa dewasa, seperti gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, dan ketergantungan zat bahkan kematian.

Di sisi lain terdapat tingginya angka bullying di kalangan remaja yang mengalami depresi juga menjadi perhatian utama.

Remaja sering kali merasa tertekan akibat aksi perundungan yang dialaminya sehingga membuat mereka mengalami depresi dan jatuh sakit.

Di Sorong, di mana akses ke dukungan psikologis masih terbatas, penting untuk memperhatikan gejala depresi pada remaja secara lebih dini.

Penanganan depresi pada remaja di Sorong memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan keluarga, sekolah, komunitas, dan layanan kesehatan. Intervensi yang melibatkan pendidikan tentang kesehatan mental di kalangan remaja dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya mencari bantuan ketika merasa depresi.

Program-program yang melibatkan komunitas, seperti konseling kelompok atau layanan kesehatan sekolah, dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan sumber daya profesional di kota ini.

Solusi ke depan

Badan Pusat Statistik Sorong merekomendasikan agar pembangunan kesehatan mental di Kota Sorong dilakukan secara lebih inklusif.

Langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan seperti menyediakan layanan konseling di sekolah, melatih guru dan orang tua untuk mendeteksi masalah kesehatan mental sejak dini, serta memperkuat kerja sama antara sector pemerintahan dan organisasi kesehatan mental dianggap mampu mengurangi beban gangguan ini.

Selain itu, penting untuk memperkuat layanan kesehatan mental dengan melibatkan pemerintah setempat dan organisasi non-pemerintah untuk menyediakan akses yang lebih baik ke perawatan psikologis.

Pelatihan bagi guru dan orang tua dalam mengenali tanda-tanda awal depresi pada remaja juga bisa membantu dalam deteksi dini dan intervensi cepat.

____

Artikel ini tayang sebagai kerjasama penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi dan perilaku kesehatan

Related posts