Fitrah Ramadhana, mahasiswa semester lima FKM Unhas membagikan temuannya tentang obsesitas yang kian banyak ditemukan di lingkungannya. Seperti tren dan risikonya? Mari simak.
PELAKITA.ID – Obesitas saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan global yang mendesak dan memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.
Di Indonesia, angka kejadian obesitas terus meningkat dari tahun ke tahun, dan kondisi ini telah menjadi salah satu kontributor utama terhadap berbagai penyakit tidak menular, seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung.
Meskipun pemerintah, tenaga kesehatan, dan organisasi terkait telah melakukan berbagai upaya preventif dan edukatif, tantangan utama yang dihadapi adalah rendahnya kesadaran masyarakat mengenai risiko jangka panjang obesitas dan pentingnya langkah-langkah pencegahan.
Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap ketidakpedulian ini adalah gaya hidup modern yang cenderung minim aktivitas fisik serta pola makan yang tinggi kalori namun rendah gizi.
Banyak individu yang kurang memahami bahwa obesitas bukan hanya masalah penampilan fisik, tetapi juga berisiko menimbulkan komplikasi serius yang memengaruhi kualitas hidup.
Selain itu, persepsi masyarakat yang salah mengenai standar berat badan ideal dan pola hidup sehat juga turut memperparah kondisi ini.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan inklusif dalam meningkatkan kesadaran serta mendorong perubahan perilaku menuju gaya hidup yang lebih sehat untuk mencegah obesitas.
Obesitas bukan hanya sekadar masalah penampilan fisik, tetapi juga kondisi serius yang membawa dampak kesehatan signifikan. Seseorang yang mengalami obesitas cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan gangguan pada sistem reproduksi.
Bahkan, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terkena beberapa jenis kanker. Selain dampak fisik, obesitas juga mempengaruhi kesehatan mental dan emosional, dengan mengurangi kualitas hidup seperti gangguan tidur, kesulitan bergerak, dan perasaan tidak nyaman dengan diri sendiri.
Fatur (24) sebagai salah satu individu yang mengalami berat badan berlebih mengaku sering kesulitan menjalankan beberapa pekerjaan.
‘‘Jenis pekerjaan saya itu mengharuskan saya untuk selalu duduk di kursi kantor, dan untuk saya kursinya itu kekecilan untuk saya. Sehingga untuk berdiri dan duduk itu saya kesusahan untuk mengatur posisi lagi, blum lagi kalau duduknya kelamaan, rasanya perut terlipat itu bikin sesak dan ini menganggu kenyamanan saya’,’ kata Fatur dalam sebuah wawancara singkat Minggu, 01 Desember 2024.
Oleh karena itu, obesitas harus dianggap sebagai masalah kesehatan yang memerlukan perhatian menyeluruh.
Tentang Obesitas
Secara medis, obesitas adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami kelebihan lemak tubuh yang berlebihan. Kondisi ini meningkatkan risiko berbagai penyakit berbahaya, terutama diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa prevalensi obesitas global meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1990 hingga 2022.
Pada tahun 2022, sekitar 16% orang dewasa di seluruh dunia mengalami obesitas, yang mengindikasikan peningkatan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Di Indonesia, angka obesitas juga mengalami peningkatan, dengan prevalensi nasional naik dari 21,8% pada tahun 2018 menjadi 23,4% pada tahun 2023.
Kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan kalori dan penggunaan energi dalam tubuh. Namun, ketidakseimbangan ini tidak berdiri sendiri. Faktor-faktor lain yang turut berperan penting adalah lingkungan, genetik, dan perilaku individu.
Lingkungan yang menyediakan akses mudah ke makanan tinggi kalori dan minimnya fasilitas untuk berolahraga menjadi pemicu utama. Selain itu, faktor genetik juga memengaruhi kemampuan tubuh dalam menyimpan dan membakar energi, yang membuat sebagian individu lebih rentan terhadap penambahan berat badan.
Di sisi lain, perilaku seperti pola makan yang buruk, kebiasaan mengonsumsi makanan olahan yang tinggi lemak dan gula, serta kurangnya aktivitas fisik semakin memperparah situasi ini.
Meskipun prevalensi obesitas semakin meningkat dan menjadi perhatian dunia kesehatan, sebagian besar masyarakat masih kurang peduli dengan masalah ini. Sikap acuh tak acuh terhadap obesitas menjadi penghambat dalam upaya menurunkan angkanya.
Menurut Dian (20), masyarakat masih nyaman dengan gaya hidup yang tidak sehat serta kurangnya pengetahuan mengenai risiko obesitas.
‘‘Karena mereka belum tau sih dampaknya dan mereka sudah nyaman dengan kebiasaan mereka yang tanpa disadari buat mereka obestitas, misal makan tanpa di batasi dalam artian mereka bisa puas bgt kalo makan. Hal itu kan bikin mereka nyaman. Ditambah mereka nda tau kalau obesitas ternyata bisa nimbulin risiko penyakit kyk kardiovaskular dan segala macam’,’ ujar Dian, Rabu, 4 Desember 2024.
Banyak orang yang melihat obesitas hanya sebagai masalah estetika, tanpa menyadari konsekuensi serius yang dibawanya bagi kesehatan.
Edukasi kesehatan sudah dilakukan, namun belum mencapai sasaran yang optimal karena masyarakat belum sepenuhnya paham mengenai risiko jangka panjang dari obesitas.
Di samping itu, program-program pencegahan yang ada belum cukup efektif untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat terkait pola makan dan aktivitas fisik.
Salah satu bukti nyata bahwa program edukasi kesehatan telah dijalankan namun belum berhasil mencapai sasaran yang optimal adalah rendahnya pemahaman masyarakat tentang risiko jangka panjang obesitas, meskipun informasi terkait sudah disampaikan secara luas.
Meskipun kampanye mengenai pola makan sehat dan pentingnya aktivitas fisik sering kali diadakan, perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat masih belum terlihat signifikan.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pendekatan dalam program pencegahan yang belum sepenuhnya efektif dalam mendorong masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup sehat secara berkelanjutan.
Banyak dari program ini yang bersifat informatif tetapi kurang menekankan pada perubahan perilaku jangka panjang, sehingga masyarakat belum sepenuhnya memahami dampak serius obesitas terhadap kesehatan dan belum termotivasi untuk melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat secara konsisten.
Dalam menghadapi tantangan obesitas, langkah preventif yang lebih kuat dan komprehensif menjadi sangat penting. Melalui edukasi dan promosi kesehatan, masyarakat akan semakin sadar akan bahaya obesitas serta pentingnya menjaga gaya hidup sehat.
Program yang mendukung pola makan seimbang dan aktivitas fisik harus dijalankan secara konsisten, terutama di kalangan remaja yang rentan terhadap pengaruh lingkungan dan gaya hidup yang kurang sehat.
Teknologi dapat dimanfaatkan untuk memantau kesehatan secara mandiri, sementara fasilitas olahraga di sekolah dan lingkungan sekitar perlu dioptimalkan agar mudah diakses oleh semua kalangan.
Upaya untuk mengurangi prevalensi obesitas ini bukan hanya tugas individu, tetapi merupakan tanggung jawab bersama yang membutuhkan komitmen dari semua pihak, mulai dari keluarga, institusi pendidikan, tenaga kesehatan, hingga pemerintah. Bersama-sama, kita bisa memutus lingkaran obesitas dan membentuk generasi yang lebih sehat.
Apakah kita sudah siap untuk berkomitmen secara bersama dalam melawan obesitas?
____
Artikel ini tayang sebagai kerjasama penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi dan perilaku kesehatan