Dian Tri Hapsari | Ketenangan Sebagai Pilar Kesehatan Mental

  • Whatsapp
Dian Tri Hapsari (dok: Istimewa)

DPRD Makassar

Mahasiswa semester lima FKM Unhas, Dian Tri Hapsari membagikan pandangannya tentang pentingnya menjaga kualitas hidup agar penuh ketenangan. Tak tenang bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental. Mari simak paparannya.

PELAKITA.ID – Pada era yang serba instan ini, ketenangan terasa seperti barang mewah yang sulit didapatkan. Apakah anda menyadari itu?

Notifikasi ponsel yang berbunyi tanpa henti, deadline pekerjaan yang menumpuk, dan hiruk pikuk kehidupan kota seolah tak pernah memberi ruang bagi kita untuk sejenak meluangkan waktu untuk diri sendiri.

Read More

Apakah hingga saat ini anda menyadari bahwa tuntutan dunia era sekarang memengaruhi kondisi anda? Tanpa disadari, ‘keterpaksaan’ dalam melakukan segalanya membuat kita acuh tak acuh terhadap kondisi fisik dan perasaan sehingga berdampak kepada kesehatan mental.

Dari berbagai penelitian, gangguan mental seperti kecemasan dan depresi semakin meningkat di seluruh dunia.

Salah satu faktor penyebab utama adalah gaya hidup modern yang penuh tekanan.

Sudahkah kita semua menyadari dan mengetahui cara menyikapi hal tersebut?

Setiap hari manusia memiliki aktivitas dan tanggung jawab yang wajib dilakukan. Terkadang rasa lelah selalu menghampiri di setiap harinya.

Suatu hal yang wajar ketika seseorang memerlukan waktu untuk beristirahat dan mencari sebuah ketenangan. Hal ini dapat dipahami bahwa semua orang membutuhkan suasana baru yang tidak memberikan rasa bosan dan kejenuhan.

Mengapa begitu? Hal ini dikarenakan rasa bosan dan jenuh akan menimbulkan perasaan gelisah. Rasa gelisah ini yang akan membuat seseorang merasa muak dan tertekan dengan hal yang ada di sekitarnya.

Tekanan yang dirasa bisa saja meningkat karena keadaan sekitar yang terus berjalan sebagaimana mestinya, tetapi disatu sisi kita butuh sesuatu yang berbeda dan lebih menenangkan.

Ketenangan dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang memberikan rasa damai, tenang, dan bebas dari stres atau kegelisahan. Ketenangan juga sebagai keadaan yang hening, tanpa kecemasan, dan tanpa penderitaan.

Dalam bidang psikologi, ketenangan diberikan kaitan dengan perasaan keseimbangan batin. Tidak hanya itu, ketenangan juga berkaitan dengan stabilitas emosional.

Di saat seseorang berada di satu kondisi yang kurang nyaman, ia akan merasa tertekan dan berfikir mengapa ia harus berada dalam kondisi kurang menguntungkan seperti ini. Perasaan tertekan yang berkelanjutan akan menyebabkan emosi menjadi tidak stabil.

Rasa tertekan juga bisa timbul karena suatu hal yang membosankan. Ketika seseorang merasakan hal tersebut, tubuh akan mengirimkan signal ke otak bahwa ia merasa jenuh dan tidak nyaman dalam kondisi seperti ini.

Jika manusia memaksa dirinya untuk menerima keadaan atau kondisi tersebut secara terus-menerus, maka ia akan merasa tertekan hingga menyebabkan emosi yang tidak stabil dan lama-kelamaan akan menyebabkan stress.

Menurut salah satu pakar psikolgi, Martin Seligmas “Menjadi lebih optimis akan mempengaruhi stabilitas emosional” yang bermakna bahwa optimisme membantu menjaga ketenangan karena tidak terpaku pada hal-hal negatif.

Ketika menghadapi kesulitan, kita harus lebih cenderung mencari solusi daripada terjebak dalam pikiran-pikiran negatif yang memicu kecemasan dan stres.

Ketenangan jiwa saat ini dianggap sebagai sebuah hal yang sulit didapatkan. Melihat keadaan yang ada disekitar, hiruk pikuk kehidupan modern menghiasi keseharian manusia, nampaknya sangat sulit untuk mencapai sebuah ketenangan. Namun, jiwa manusia kerap memiliki rasa lelah dan sangat memerlukan ketenangan.

Adinda (20) sebagai seorang pekerja berpendapat kalau keadaan sekitar tidak tenang pasti lama-kelamaan kita tetap kena dampak buruknya.

“Entah kita merasa tertekan, tidak nyaman hingg tidak betah berada di lingkungan itu, dan bahkan bisa stres berat,:” kata Adinda.

Ketenangan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan mental. Kondisi gangguan kesehatan mental bisa saja menyebabkan 1 dari 5 tahun hidup dengan kecacatan.

Tentang kondisi mental

Gangguan kesehatan mental menyumbang sekitar 14 persen pada beban penyakit global, dengan depresi dan kecemasan sebagai penyebab disabilitas di seluruh dunia.

Sebuah kondisi mental yang stabil berarti individu merasa aman, nyaman, dan mampu menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik. Hal ini membuktikan bahwa ketenangan berkaitan erat dengan kesehatan mental. Jiwa yang tenang akan mendapatkan respon dari tubuh dengan melepaskan hormon-hormon yang positif dan menenangkan.

Hormon berperan dalam mengatur mood, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan perasaan bahagia, contohnya seperti serotonin, dopamin, dan endorfin.

Sebaliknya, ketika kita terus-menerus merasa cemas atau stres, tubuh akan memproduksi hormon kortisol dalam jumlah yang berlebihan yang akan merusak sel-sel otak.

Hormon kortisol juga mampu melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko berbagai penyakit fisik dan mental.

Maka dari itu, manusia juga perlu ketenangan agar tubuh merespon dengan melepaskan hormon yang positif. Berbeda dengan hormon kortisol,  hormon serotin kerap disebut sebagai “hormon kebahagiaan” dan mengatur mood, nafsu makan, dan tidur. Hormon dopamin layaknya serotin yang berkaitan dengan perasaan senang dan motivasi.

Selain serotin dan dopamin, endorfin juga menjadi salah satu hormon positif dari tubuh dan memiliki efek analgesik alami dan dapat meningkatkan perasaan senang.

Kasus yang dapat kita lihat secara nyata adalah pada saat masa pandemi Covid-19. Siapa yang tidak mengetahui masa-masa tersebut? Masa yang penuh tekanan dan siapapun bisa merasakan stress

Penulis bersama kakak, menikmati pantai, mencari suasana tenang (dok: Dian Tri Hapsari)

Secara global, WHO telah mencatat 267.865.289 kasus terkonfirmasi dan 5.285.888 kasus meninggal dikarenakan penyakit semakin naik tingkat keseriusnnya.

Masa pandemi membuat kita terkurung di rumah masing-masing dengan melakukan aktivitas terbatas dan dilakukan berulang secara terus menerus, ditambah dengan rasa takut yang berlebih.

Tanpa disadari, hal tersebut membuat kita cemas dan tidak merasakan ketenangan. Ini akan berdampak pada kondisi mental dan tentu saja juga memengaruhi kesehatan fisik.

Pada akhirnya akan membuat kita merasa down dan tingkat keseriusan penyakit akan meningkat. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mencapai ketenangan jiwa.

Pengalaman sekitar kita

Fitrah (21) salah satu mahasiswi FKM Unhas berpendapat “Sebagai mahasiswa rasa stress, tidak tenang, atau cemas itu pasti ada. Apalagi kalau banyak tugas yang menumpuk. Rasanya burnout, bingung mau mengerjakan yang mana terlebih dahulu dan ujung-ujungnya tidak ada yang dikerjakan,” ucapnya.

“Tapi untuk mengatasi itu, saya biasanya tidur dulu buat menenangkan pikiran atau beli cemilan manis untuk naikin mood”. Hal ini membuktikan bahwa terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan ketenangan dan perasaan yang stabil,: ujar Fitrah.

Tidak hanya tidur dan melakukan aktivitas santai di luar rumah, mengatur pola makan yang lebih sehat dan melakukan olahraga teratur menjadi cara lain untuk mendapatkan ketenangan. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh manusia menjadi lebih kuat.

Sistem kekebalan tubuh yang kuat akan terhindar dari segala penyakit dan gangguan kesehatan, termasuk gangguan kesehatan fisik yang nantinya bisa berdampak pada kesehatan mental.

Pola makan yang baik akan membantu tubuh menciptakan sistem kekebalan tubuh yang kuat. Makanan yang sehat akan memberikan energi yang stabil dan mendukung kesehatan mental.

Beberapa nutrisi berperan untuk membantu otak memberikan sinyal dan mengelola respon tubuh dalam mengatur mood, tidur, dan nafsu makan.

Otak kita membutuhkan nutrisi yang tepat untuk berfungsi dengan baik. Makanan yang kaya akan vitamin berperan penting dalam menjaga kesehatan sel-sel otak dan meningkatkan fungsi kognitif.

Selain itu, konsumsi mineral juga sangat penting. Mengonsumsi air putih atau makanan yang mengandung mineral akan membuat tubuh terhindar dari dehidrasi. Nyatanya dehidrasi mampu mempengaruhi mood dan konsentrasi seseorang.

Olahraga teratur akan meningkatkan semangat, mood, dan mengurangi stress. Hal ini disebabkan oleh adanya hormon endorfin yang dapat meningkatkan mood dan memberikan perasaan senang atau bahagia.

Ketika seseorang melakukan olahraga, tubuh akan memberikan respon dengan melepaskan hormon endorfin dan memberikan efek euforia serta mengurangi rasa sakit sehingga dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres.

Olahraga dapat dijadikan sebuah bentuk distraksi yang sehat dari pikiran yang negatif.

Setiap orang membutuhkan ketenangan jiwa untuk menghindari rasa stres yang melanda. Namun dari sekian banyak cara yang dapat dilakukan, manusia masih kalah dengan rasa malasnya.

Di satu sisi manusia menuntut dirinya untuk tidak stres, namun disisi lain sangat bertolak belakang dengan apa yang mereka lakukan.

Masih jarang manusia yang melakukan seluruh hal positif untuk menjaga kesehatan mentalnya.

Mungkin saja sebagian orang memilih pola makan yang baik, namun disisi lain ia selalu memaksa fisiknya untuk terus bekerja tanpa istirahat dan akhirnya akan memicu datangnya stres. Hal ini sangat bertolak belakang dengan perspektif psikologi terkait pentingnya yang disebut dengan ketenangan.

Dalam perspektif psikologi, ketenangan jiwa sering dikaitkan dengan kondisi mental yang stabil, di mana individu mampu mengelola emosi, pikiran, dan perilaku dengan baik.

Ketenangan ini bertindak sebagai benteng pertahanan melawan gangguan kecemasan yang akan berdampak buruk pada kondisi kesehatan mental.

Beragam cara yang bisa dilakukan manusia untuk mendapatkan ketenangan dalam dirinya. Ketenangan jiwa adalah aset berharga yang perlu dijaga. Ketenangan merupakan fondasi penting untuk kesehatan mental yang optimal.

Dengan menjaga ketenangan, kita dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Membiasakan diri dengan praktik-praktik yang mendukung ketenangan adalah investasi jangka panjang untuk menjaga kesehatan mental.

____

Artikel ini tayang sebagai kerjasama penulis dengan Pelakita.ID untuk promosi dan perilaku kesehatan

Related posts