PELAKITA.ID – Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas dalam rangka upacara Penerimaan Jabatan Profesor empat guru besar baru di Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Rapat berlangsung mulai pukul 08.30 Wita di Ruang Senat Akademik Unhas, Lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Tamalanrea, Makassar, serta disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Senat Akademik Unhas, Kamis (05/12).
Proses pengukuhan dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., Sp.BM (K), dan Anggota Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Dewan Profesor, tamu undangan, serta keluarga besar dari profesor yang dikukuhkan.
Adapun empat profesor baru yang dikukuhkan adalah:
1. Prof. Dr. drg. Nurlindah Hamrun, M.Kes., Guru Besar Bidang Ilmu Biologi Oral, dengan nomor keanggotaan 535.
2. Prof. Dr. dr. Warsinggih, M.Kes., Sp.B., Subsp.BD (K)., Guru Besar Bidang Bedah Digestif, dengan nomor keanggotaan 536.
3. Prof. Dr. Ida Leida M, SKM., MKM., MScPH., Guru Besar Bidang Ilmu Epidemiologi Sosial dan Genetik, dengan nomor keanggotaan 537
4. Prof. Dr. Rina Masadah, M.Phil, Sp.PA(K), DFM., Guru Besar Bidang llmu Patologi Anatomik Onkologi, dengan nomor keanggotaan 538
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., Sp.BM (K)., mewakil rektor dalam sambutannya menyampaikan selamat atas penambahan guru besar Unhas. Menurutnya, ide dan gagasan yang disampaikan oleh para guru besar Unhas lahir dari perjuangan yang panjang. Dibutuhkan suatu keilmuan yang lebih spesifik untuk memberikan sumbangsi kepada masyarakat.
“Pengukuhan guru besar merupakan pencapaian serta kebanggaan bagi Unhas. Ini menunjukkan peningkatan kapasitas dan kualitas mutu pembelajaran. Saat ini permasalahan semakin kompleks, dan memerlukan solusi yang tidak sederhana. Unhas terus berbenah dalam pengembangan riset, dan diharapkan lahir banyak produk riset yang bisa dihilirisasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat,” jelas Prof Ruslin.
Sebelumnya, masing-masing guru besar telah menyampaikan pidato penerimaan yang membahas bidang keahliannya.
Prof. Dr. drg. Nurlindah Hamrun, M.Kes.,
Dalam kesempatan tersebut, Prof Linda menyampaikan paparannya mengenai “Potensi, Kebutuhan dan Prospek Industri Rumput Laut di Bidang Kedokteran Gigi”.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Linda secara umum memberikan gambaran tentang prospek industry rumput laut dalam kedokteran gigi. Tidak hanya membahas potensi, tetapi juga arah pengembangan yang dapat memberikan dampak nyata pada kesehatan masyarakat, sekaligus membuka peluang ekonomi.
Senyawa aktif rumput laut memiliki daya tarik besar untuk dikembangkan menjadi produk bernilai tinggi. Prospek industry ini sangat menjanjikan karena beberapa alasan.
Peningkatan kebutuhan produk kesehatan mulut menjadi salah satu prospek industry ini. Tingginya angka penyakit rongga mulut seperti karies dan penyakit periodontal, mendorong permintaan terhadap perawatan mulut yang inovatif dan efektif.
Produk berbasis rumput laut, seperti pasta gigi dengan bahan aktif antibakteri, mouthwash antiinflamasi, hingga scaffold untuk regenerasi jaringan dapat menjadi solusi yang memenuhi kebutuhan ini.
“Secara umum, produk kesehatan berbasi rumput laut memiliki peluang besar untuk diterima di pasar. Dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap produk alami dan ramah lingkungan, produk berbahan rumput laut menjadi alternatif yang lebih aman dan biokompatibel dibandingkan dengan produk sintesis.
Bahkan, produk khusus seperti obat kumur untuk penderita mulut kering dapat membuka peluang diversifikasi pasar yang kompetitif,” jelas Prof. Lindah
Aplikasi biomaterial regenerative berbasis rumput laut terus berkembang. Scaffold berbasis fucoidan, alginate dan hidroksiapatit dari rumput laut dapat digunakan untuk pencangkokan tulang dan implant gigi, menawarkan solusi yang lebih biokompatibel dibandingkan material sintesis.
Prof. Dr. dr. Warsinggih, M.Kes., Sp.B., Subsp.BD (K)
Prof Warsinggih dalam kesempatan tersebut memberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan mengenai “Deteksi Dini Terpesonalisasi Berbasis Inteljensia Artifisial dalam Meningkatkan Luaran Pasien Kanker Kolorektal dalam Menyongsong Era Revolusi Industri 5.0”.
Pada kesempatan tersebut, Prof Warsinggih menjelaskan kanker kolorektal merupakan salah satu keganasan saluran pencernaan yang paling banyak ditemui dan memiliki tingkat morbitas dan mortalitas yang tinggi.
Kanker ini berada pada urutan ketiga kasus terbanyak yang diderita oleh pria dengan presentase 10.0%.
Revolusi industry 5.0 adalah era baru dalam perkembangan industry yang ditandai dengan penggunaan teknologi canggih untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas hidup.
Penerapan Intelejensia artifisial telah banyak digunakan dalam bidang kesehatan terutama untuk skrining, diagnosis, dan terapi banyak kanker.
Penerapan ini dalam skrining kanker kolorektal dapat meningkatkan kanker ini terdeteksi secara dini. Sehingga, secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup dan survival pasien dengan kanker kolorektal.
“Model intelejensia artifisial dengan penggunaan pembelajaran mesin memungkinkan pembuatan pola yang menilai individu secara spesifik dalam memberikan prediksi kejadian dan rekomendasi diagnosis atau terapi. Dua aplikasi intelejensia artifisial yang paling menonjol untuk skrining ini adalah deteksi dengan bantuan computer (CADe) dan diferensia diagnosis dengan bantuan computer (CADx),” jelas Prof Warsinggih.
Secara umum, sistem ini dibangun menggunakan model kompleks yang melibatkan algoritma berlapis dan berurutan sehingga akurasi yang dicapai hampir seimbang dengan diagnosis histopatologhi akhir.
Kolonoskopi adalah standar baku diagnosis kanker kolorektal dan sangat direkomendasikan sebagai kriteria skrining awal keseluruhan pedoman.
Prof. Dr. Ida Leida M, SKM., MKM., MScPH.,
Dalam kesempatan tersebut, Prof Ida memberikan penjelasan tentang “Epidemiologi Sosial dan Genetik Sebagai Solusi Masalah Kesehatan Masyarakat”.
Prof Ida menjelaskan epidemiologi sosial merupakan cabang yang mempelajari distribusi sosial kesehatan dan determinan sosial kesehatan.
Cabang ini mempelajari pengaruh faktor sosial dan distribusi sosial terhadap kesehatan. Ini juga berperan dalam menganalisis faktor sosial seperti kemiskinan, akses terhadap pendidikan, dan kondisi lingkungan memengaruhi kesehatan, sedangkan epidemiologi genetik fokus pada memahami peran faktor genetik dalam kerentanan penyakit.
Sementara itu, Epidemiologi genetik yang lahir pada tahun 1960 sebagai penggabungan dari populasi statistic matematika dan genetik klasik menetapkan bahwa komponen efek genetik berkaitan dengan dampak lingkungan yang mencakup semua aspek non genetik.
Untuk itu, dapat menjelaskan keterkaitan antara faktor genetik dengan faktor resiko lainnya untuk memecahkan masalah genetic sosial pada masyarakat.
“Ke depan, teknologi genetik dan rekayasa sosial dapat memprediksi seseorang atau sekelompok orang yang memiliki risiko tinggi atau tidak. Hal ini akan mengubah teknik analisis risiko kesehatan yang selama ini digunakan. Jika saat ini distribusi variasi penyakit hanya bisa dilihat dari perilaku manusia, maka suatu hari bisa dilihat dari blue print atau DNA kelompok manusia yang bersangkutan,” jelas Prof Ida.
Dinamisnya masalah kesehatan terlihat pada masalah kesehatan global, permasalahan kesehatan gobal seperti penyakit menular baik yang baru muncul maupun muncul kembali, resistensi antibiotic serta permasalahan penyakit tidak menular, kesehatan ibu dan anak, akses ke pelayanan kesehatan dan kualitas layanan kesehatan.
Dalam konteks ini, epidemiologi sosial dan genetic dapat bersinergi memberikan pendekatan yang lebih holistic dalam memahami interaksi kompleks antara factor sosial, lingkungan, dan genetic terhadap resiko kesehatan.
Prof. Dr. Rina Masadah, M.Phil, Sp.PA(K), DFM,
Paparan terakhir disampaikan oleh Prof Rina berkaitan dengan penelitian yang dilakukan mengenai “Peran Penting Patologi Anatomik dalam Bidang Onkologi untuk Mengoptimalkan Strategi Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Kanker”.
Prof Rina memberikan gambaran awal tentang patologi anatomi yang merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada studi perubahan structural dan fungsional jaringan akibat penyakit, termasuk penyakit kanker.
“Pemeriksaan patologi anatomi memiliki peran yang sangat penting dalam diagnosis dan terapi kanker. Melalui berbagai jenis pemeriksaan seperti histopatologi serta pemeriksaan patologi anatomi memberikan informasi detail tentang jenis, stadium, subtype dan karakteristik melekuler dari tumor,” jelas Prof Rina.
Secara umum, pemeriksaan patologi anatomi juga mendukung pemantauan respons terapi serta deteksi dini resistensi, yang memungkinkan penyesuaian terapi secara dinamis sesuai perubahan yang terjadi pada tumor
Kegiatan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 11.30 Wita. (*)