PELAKITA.ID – Pada suatu sore nan gerimis, tahun 2000-an saya mampir di Dusun Tulang, Barugaiya, Pulau Selayar. Berbincang dengan seorang warga yang menyebut terdapat banyak penyu yang bertelur di pesisir Tulang.
Dia bercerita tentang telur-telur penyu yang diambil warga lalu dijual di Pasar Benteng.
“Sudah lama begitu.” Tutur pria itu sebelum saya teruskan perjalanan ke Kota Benteng. Dia pun salah satu dari sekian warga pemburu telur penyu dan menjualnya.
Beberapa tahun kemudian namanya mencuat sebagai salah satu pelestari penyu dari Selayar.
Dia mengambil inisiatif untuk mengumpulkan telur-telur penyu yang berserak di sepanjang gundukan pasir Tulang.
Upaya pria itu mendapat dukungan luar biasa dari Komunitas Pelestari Pesisir dan Laut ’Sileya Scuba Diver’. Mereka menggelar kampanye perlindungan penyu secara rutin, mengajak warga berkontribusi untuk melancarkan program konservasi dan mengundang institusi pemerintah masuk.
Dinas Perikanan Selayar hingga Sulsel turun tangan, bahkan Polres dan Kodim Selayar hingga Taman Nasional Taka Bonerate.
Di salah satu petak Tulang, tumbuh pusat wisata Tulang dengan modal wahana pembesaran penyu yang dikelola pria yang penulis temui di Tulang itu. Namanya Datu.
Bersama beberapa kolega seperti alumni Kelautan Unhas, blogger, fotografer, beberapa kali ke tempat itu, melepas penyu bersama Datu. Media pun kepincut dengan profil dan peran Datu pada konservasi penyu. Tribun Timur hingga Kompas ikut mempromosikan dedikasinya.
Upaya Datu mendapat dukungan dari banyak pihak.
Saya ingat pada beberapa kerjasama dia melalui program konservasi penyu antara Kelompok Pelestari Penyu pimpinan Datu dengan Bank BRI, Bank Sulselbar, Sileya Scuba Diver, Polres Selayar, TN Taka Bonerate dan sejumlah mitra. Gubernur SYL di masanya disebut pernah mampir di tempat Datu.
Senin kemarin, 18/11/2024, kabar duka datang dari Selayar. Datu wafat.
Terima kasih untuk pengabdian pada llngkungan pesisir dan laut Selayar. Terima kasih untuk ikhtiar nyata pada pelestarian penyu.
Denun | Tamarunang, 19/22