PELAKITA.ID – Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas dalam rangka upacara Penerimaan Jabatan Profesor tiga guru besar baru di Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Budaya.
Rapat berlangsung mulai pukul 08.30 Wita di Ruang Senat Akademik Unhas, Lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Tamalanrea, Makassar, serta disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Senat Akademik Unhas, Selasa (12/11).
Proses pengukuhan dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan dan Bisnis (Prof. Dr. Eng. Adi Maulana, S.T., M.Phil.), Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Dewan Profesor, tamu undangan, serta keluarga besar dari profesor yang dikukuhkan.
Adapun tiga profesor baru yang dikukuhkan adalah:
1. Prof.Dr.Ir. Rismaneswati,S.P.,M.P., Guru Besar Bidang Ilmu Survei dan Evaluasi Lahan, Fakultas Pertanian, dengan nomor keanggotaan 532
2. Prof. Dr. Ir. Amir, M.Si., Guru Besar Bidang Agroklimatologi Fakultas Pertanian, dengan nomor keanggotaan 533
3. Prof.Dr. Harlinah Sahib, M.Hum., Guru Besar Bidang Ilmu Linguistik Antropologi Fakultas Ilmu Budaya, dengan nomor keanggotaan 534
Dalam sambutannya mewakili Rektor Unhas, Prof. Dr. Eng. Adi Maulana, S.T., M.Phil., menyampaikan bahwa peningkatan jumlah guru besar di Unhas diharapkan sejalan dengan peningkatan produktivitas akademik dan kontribusi universitas.
“Kami berharap, dengan bertambahnya guru besar, Unhas dapat semakin berkontribusi secara luas, tidak hanya dalam mengejar World Class University (WCU) tetapi juga memberikan dampak signifikan bagi masyarakat,” ungkapnya.
Prof. Adi juga menekankan pentingnya peran guru besar sebagai bagian dari peradaban perguruan tinggi yang berkelanjutan. “Hari ini merupakan momentum bagi sivitas akademika, khususnya Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Budaya, untuk menambah jumlah guru besar. Hal ini penting, karena guru besar bukan hanya bagian dari kampus, tetapi juga pendidik dan peneliti yang kontribusinya dinantikan masyarakat luas sebagai wujud nyata pengabdian,” lanjutnya.
Ketiga guru besar ini melalui orasi ilmiahnya diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Sebelumnya, masing-masing guru besar telah menyampaikan pidato penerimaan yang membahas bidang keahliannya.
Prof. Dr. Ir. Rismaneswati, S.P., M.P.
Dalam pidatonya yang berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Produksi Pertanian yang Berkelanjutan di Wilayah Tropika Basah,” Prof. Rismaneswati menekankan pentingnya evaluasi lahan untuk pembangunan sistem pertanian yang tangguh. Menurutnya, kualitas lahan sangat bervariasi dalam ruang dan waktu serta mengalami penurunan akibat pemanfaatan terus-menerus. Evaluasi kesesuaian lahan menjadi pondasi utama untuk memaksimalkan potensi lahan dalam mendukung produksi pertanian berkelanjutan.
“Jika lahan digunakan tidak sesuai dengan potensinya, akan timbul berbagai permasalahan, seperti produksi yang tidak optimal dan degradasi kualitas lingkungan,” jelasnya.
Prof. Dr. Ir. Amir, Yassi, M.Si.
Dengan judul pidato “Prediksi Iklim Berdasarkan Kearifan Lokal (Pallontara/Papananrang) dan Analisis Frekuensi Peluang Curah Hujan di Sulawesi Selatan,” Prof. Amir mengangkat isu perubahan iklim yang memengaruhi pola distribusi air, terutama di Sulawesi Selatan.
Perubahan ini menyebabkan ketidakseimbangan jumlah air pada musim kemarau dan musim hujan, sehingga masyarakat menghadapi kekurangan air saat kemarau dan banjir di musim hujan, yang berdampak pada jadwal tanam dan produktivitas pertanian.
Prof. Amir menjelaskan bahwa Indonesia memiliki berbagai tipe hujan, seperti tipe ekuatorial, tipe monsun, dan tipe lokal, yang dipengaruhi oleh kondisi fisiografis wilayah.
Oleh karena itu, penerapan teknologi budidaya tanaman harus menyesuaikan dengan pola distribusi hujan tahunan. Ia menggunakan pendekatan peramalan iklim mikro melalui penggabungan analisis statistik frekuensi curah hujan dan metode prakiraan iklim tradisional (pallontara) untuk menentukan jadwal tanam padi dan palawija.
Prof. Dr. Harlinah Sahib, M.Hum.
Prof. Harlinah dalam pidatonya yang berjudul “Relasi Bahasa, Budaya, dan Pemikiran Masyarakat Kajang dalam Perspektif Linguistik Antropologi” menyoroti keterkaitan antara bahasa, budaya, dan pemikiran. Menurutnya, bahasa adalah representasi pemikiran manusia yang memungkinkan seseorang mengekspresikan pikiran, pengalaman, dan keinginan kepada orang lain.
Ia menjelaskan bahwa linguistik antropologi mengeksplorasi bagaimana bahasa mencerminkan budaya suatu masyarakat, seperti masyarakat Kajang yang dikenal dengan adat istiadat, sistem religi, dan ritual tradisional. Bahasa dalam masyarakat ini mengandung unsur budaya seperti kosakata yang berkaitan dengan sistem kepercayaan, ritual, dan pandangan dunia.
Praktik budaya masyarakat Kajang mencerminkan sub-budaya yang diwujudkan dalam berbagai ritual dan adat istiadat, seperti ritual kematian.
Pidato pengukuhan ini mencerminkan kontribusi masing-masing guru besar terhadap ilmu pengetahuan dan masyarakat, serta menunjukkan komitmen Universitas Hasanuddin dalam mendukung pengembangan akademik di berbagai bidang.
Kegiatan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Budaya berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 11.30 Wita. (*)