PELAKITA.ID – Ada diskusi kecil terkait hasil penelitian “Nilai-nilai Kebermaknaan Hidup bagi Penyandang Disabilitas Non Genetik di Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan” bersama Yudistira Yusuf.
Yudistira adalah salah satu Pengurus Inti DPC PPDI Kota Palopo dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palopo yang beberapa hari lalu menyelesaikan studinya dengan prestasi Cumlaude di Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palopo UMP.
Penelitiannya memberikan pemahaman menyeluruh terhadap kompleksitas kebermaknaan hidup bagi penyandang disabilitas non genetik di Kota Palopo, dan pentingnya dukungan sosial dan aksesibilitas yang memadai bagi mereka.
Menurut Yudistira, ke depan, perlu pendekatan holistik dalam menangani isu-isu terkait disabilitas non genetik.
”Termasuk intervensi yang berbasis komunitas dan kebijakan inklusif untuk meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan,” kata dia.
Dia juga mengaku salut dengan teman-teman disabilitas non genetik.
”Ternyata tidak sedikit penyandang disabilitas non genetik sering kali menjadi figur inspiratif atau teladan dalam menghadapi tantangan hidup,” ujarnya.
Dikatakan, kehilangan kemampuan fisik atau sensorik bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan yang penuh makna.
”Proses kebangkitan dari keterpurukan ini adalah bukti bahwa dengan ketekunan, dukungan sosial, dan penerimaan diri, seseorang dapat menemukan arti hidup yang mendalam,” jelasnya.
Pengalaman Yusdistira selama penelitian semakin membuktikan bahwa disabilitas bukanlah halangan untuk mencapai keberhasilan, melainkan bisa menjadi sumber kekuatan yang memotivasi individu untuk meraih impian dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat.
Kata dia, nilai kebermaknaan hidup yang positif berperan adalah penerimaan diri dan kemampuan mengatasi stigma sosial bagi penyandang disabilitas, yang merupakan kunci dalam mencapai hidup bermakna.
”Keterlibatan dalam masyarakat, seperti melalui pekerjaan, pendidikan, dan kegiatan sosial, dapat meningkatkan rasa berharga,” sebutnya.
Tira, begitu sapaannya, menekankan, pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan aksesibilitas, inklusi sosial, dan dukungan psikososial.
Penulis: Basri Andang Gatta | Koordinator Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan