PELAKITA.ID – Muhibah keluarga kami ke Kota Pangkajene Sidrap beberapa waktu lalu diwarnai jamuan tak biasa.
Kami disambut Sanggara Balanda, atau pisang yang digoreng ‘basah’ lalu ditaburi gula pasir.
Kemudian barobbo’ berikut ikan layang asin dengan kadar garam minimalis, lalu ditutup dengan Nasu Pallekko di Desa Polewali, Kecamatan Tellu Limpoe atau sekitar 12 kilometer ke tepian Danau Sidenreng.
Sesungguhnya ada inspirasi dan kebanggaan atas nama Kampungisme di balik aneka jamuan itu. Sanggara Balanda bercerita tentang keungggulan Nusantara akan pisang.
Eaaa! Pisang adalah bahan penganan paling multiguna untuk beragam kue.
Sang Pisang bisa menjadi barongko, mewujud kolak, hingga dampo’. Bisa juga menjadi ‘Belanda’ dengan ciri khas lokal.
Kalau lihat ‘Sangbal’ saya terkenang teripang yang telah dibela dan dilumuri garam semaksimal mungkin.
Lalu barobbo’. Ini menunjukkan bahwa jagung yang diproduksi di kebun-kebun warga bisa menjadi menu andalan jika dipertemukan dengan sayur seperti kangkung, bayam atau daun hijau apa saja plus ikan asin ala kadarnya dari Laut Parepare atau Pinrang sebelum diboyong ke Sidrap.
Terakhir bebek. Sidrap adalah surga bagi bebek.
Di sana ada banyak anak-anak sungai dan tepian danau yang menyediakan wahana bagi bebek untuk beranak-pinak dan menyiapkan daging dan kemolekannya untuk sesiapa yang doyan paha dan lekuk dagingnya.
Tentang Nasu Pallekko, belakangan baru saya sadari bahwa makanan yang sungguh nikmat itu ‘hanya’ perlu garam secukupnya, asam, cabe atau merica secukupnya. Jika mau rasa berbeda sila tambah bawang putih.
Muhibah silaturahmi tersebut saya tarik sebagai pelajaran betapa Lebaran bisa mempertemukan kita pada menu-menu yang telah ada sejak lama, sejak bangsa ini belum mengenal go-food atau order makanan online yang belakangan semakin meraja di selera makan kita.
Tentu saja menu yang saya sebutkan di atas luar biasa sebab pada momen tertentu, makanan-manakan itu menunjukkan keunggulannya.
Barobbo’ bisa membuat kita kalap jika hangat dan lezat ramuannya senada dengan ikan kering pelagis seperti layang atau semacamnya.
Lalu Sanggara Balanda sangat serasi dengan teh hangat tapi tak malu-maluin jika ditandem sama kopi tanpa gula.
Nasu Pallekko? Apa lagi ini. Jika sedang lapar-laparnya, diamkan, tenang dan carilah nasi hangat lalu duduk manis. Pastikan angin sepoi berhembus dari timur Danau Sidenreng.
Pastikan Naspal itu tak kelebihan garam atau kebanyakan merica atau cabe. Dengan racikan pas dan daging lebih banyak ketimbang tulang, tentu ini makanan yang paling pas untuk anda. Jangan lupa siapkan minuman siap teguk di samping anda.
Bagitulah, kami menemukan nikmat itu kala bermuhibah ke Sidrap, 6 Juni kemarin. Halah! Tulisannya panjang sekali, padahal hanya bahas urusan perut.
Penulis: Denun