Denyut Amaliah TPQ/TPA Baitul Mappakabaji Kampung Matoa Makassar

  • Whatsapp
Suanasa khusyu anak-anak mengaji di TPA/TPQ Appakabaji (dok: Istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Hari ini Jumat, 7 Juni 2024 santri TPQ di Kampung Matoa baik anak-anak, ibu-Ibu maupun para guru menetapkan nama TPQ/TPA yang selama ini tempat mereka belajar Al Quran sebagai TPQ/TPA Baitul Mappakabaji.

Nama ini dipilih sebagai doa agar warga kampung matoa selalu berbuat baik kepada sesama dan alam.semesta yang disinari Cahaya Al Quran.

“Kita belajar di sini supaya kita bisa selalu berbuat baik meskipun dengan penuh keterbatasan.” kata Mama Lisa istri dari Daeng Saha yang sekaligus sebagai pemilik tempat anak-anak mengaji.

Salah satu guru ngaji dari Muslimat NU itu mengusulkan agar ditambahi kata Baitul di depannya artinya rumah karena tempat ini adalah rumah yang digunakan belajar Al Quran.

“Sehingga rumah ini terus disinari cahaya Al Quran agar santri yang belajar terus menebar kebaikan meskipun aktifitas sebagai pemulung tidak menghalangi untuk terus belajar Al Quran dan menebar kebaikan,” katanya.

Sebanyak 22 santri anak-anak dan 10 santri ibu-ibu yang diajar oleh guru baik guru tetap maupun tidak tetap dari berbagai latarbelakang yang berbeda.

Seperti Pembina Rumah Tahfidz Royal Centraland sekaligus mahasiswa STAI AL FURQAN Daya, ada juga dari Muslimat NU Kecamatan Biringkanaya, Wahdah Kota Makassar dan komunitas Guru ngaji dari Bukit Baruga Antang.

Semua guru-guru tersebut mengambil peran sebagai wukud kepedulian terhadap saudara saudara kita di Kampung Matoa yang ingin belajar membaca Al Quran.

Denyut aktivitas pembelajaran Islam selama ini didampingi oleh Tim Jumat Berkah Kota Makassar yang juga memiliki latarbelakang berbeda didukung oleh para donatur secara individu yang diorganisir melalui komunitas Jumat Berkah Kota Makassar.

Solidaritas terjaga antara warga, anak murid TPA/TPQ Baitul Mappakabaji dan donator (dok: Istimewa)

Para donatur tersebut berkontribusi membantu tranport guru mengaji tetap dan sarana prasaran yang dibutuhkan seperti meja, papan tulis, buku Iqra/Quran, spidol, karpet dan atap seng untuk menutupi atap yang sudah bocor.

“Sedangkan orang tua santri menyediakan tenaga kerja memperbaiki atap sekaligus menyiapkan kebutuhan makan minum pekerja,” kata Jumardi Lanta, atas nama komunitas dimaksud.

“Rencana selanjutnya lantainya akan ditinggikan dan difloor karena selama ini setiap musim hujan menggenangi lantai tempat ngaji yang hanya dilapisi kartin, spanduk dan terpal,” kata dia.

“Semoga semangat Mappakabaji terus hidup di Kampung Matoa tersebut agar memberi dampak positif pada lingkungan sekitarnya,” pungkas Jumardi Lanta.

Penulis: Jumardi Lanta

Related posts