PELAKITA.ID – Ulusalu menjadi salah satu desa di Latimojong yang disebut nelangsa pasca hujan badai dan longsor karena lokasinya jauh di atas Latimojong.
Akses ke sana terputus, warga kesulitan makanan.
Kepala Desa Ulusalu, Kecamatan Latimojong Kadarusman Samad (44) sebagaimana dikutip dari Tribun Timur menyebut kondisi warganya yang masih terisolir.
Aktivitas warga terhambat akibat timbunan longsor yang memutus akses antar dusun. “Karena memang di sana itu antar dusun saja sudah lumpuh total. Setengah mati kita mau lewat,” katanya, Selasa (7/6/2024).
Dia menyebut, warga lansia dan anak-anak masih trauma akibat bencana longsor yang merenggut delapan nyawa itu. Banyak yang sakit dan butuh evakuasi secepatnya.
“Kalau malam gelap sekali, mana masyarakat sudah berbondong-bondong ke landasan pacu heli jadi semakin banyak di sana,” ungkapnya.
Samad mengungkapkan, warganya di camp pengungsian membutuhkan tenaga medis, sembako dan penerangan.
“Pengungsian kami sementara ini di Puskesmas. Apa yang saya alami selama hampir sepekan pasca bencana. Yang dibutuhkan warga itu mulai dari medis, sembako, dan penerangan,” harapnya.
Kepala Puskesmas Latimojong, Mardimang mengaku persedian obat kian hari makin menipis.
“Di Pustu juga hampir habis. Jadi mohon barangkali suplai makanan dan obat-obatan bisa dipandu,” ucapnya.
Suplai obat-obatan bagi warga terdampak terkendala akses dusun yang terputus. Kata dia, masih belum bisa dijangkau. Jalan antar dusun terputus.
Warga yang terisolir akibat bencana tanah longsor mulai terserang berbagai macam penyakit. “Penyakit yang muncul flu batuk, diare, demam, dan kemudian hipertensi karena mungkin stres melihat keadaan seperti ini,” aku Mardimading.
“Banyak warga yang trauma, hipertensi dan dalam kondisi tidak labil,” tambahnya.
Sebagai informasi, longsoryang terjadi akhir pekan lalu merenggut delapan korban jiwa di Desa Buntu Sarek, Latimojong. Hingga hari kelima, posko induk tanggap darurat bencana masih mengevakuasi dan menyalurkan logistik ke warga terdampak.
Tribun Timur juga melaporkan seorang warga bernama Satriani (33) warga Desa Ulusalu, Kecamatan Lantimojong yang dievakuasi melalui helikopter Karakal, milik TNI-AU
Satriani dievakuasi bersama anak di gendongannya dan tas berisi pakaian. Dia dan sang suami, terisolir selama dua hari karena akses jalan menuju Latimojong terputus. “Banyak warga kehabisan bahan makanan,” kata dia.
“Bahan makanan habis. Untung hujan, itu yang kami pakai masak,” katanya. “Longsor sudah tidak ada. Tapi masih hujan deras di atas sejak jam 10.00 malam tadi malam sampai tadi,” tambahnya. Suami dan mertua Satriani masih ada di Lantimojong.
Pada saat yang sama, helikopter Karakal TNI-AU membawa logistik untuk warga setelah hari sebelumnya, helikopter gagal mendarat karena kabut tebal.
Kapusdatinkom BNPB Abdul Muhari menerangkan, satu heli akan dikerahkan bawa logistik ke Latimojong tanpa harus mendarat.
“Jadi heli tidak mendarat. Ada paket yang dibawa heli ini, seperti membawa tempat air untuk water boombing. Kalau dulu Waktu yang kita lakukan di Mamuju, begitu logistik kita drop ke darat maka ikatannya akan otomatis lepas. Ini yang akan kita coba,” akunya, Selasa (7/5/2024).
BNPB fokus pada penguatan dan penebalan alat angkut udara untuk percepatan distribusi logistik.
Akses ke Ulusalu
Pelakita.ID pernah berkunjung ke Ulusalu dalam bulan Februari 2024. Untuk sampai ke desa ini dapat melalui jalur Belopa – Bajo dan satu lagi di sisi utara.
Pelakita ke sana melalui jalur Bajo. Akses ke sana menyusuri sempadan sungai, jalan berkelok, menanjak dan licin. Saat itu, suasana sedang hujan.
Dari ketinggian nampak sejumlah perkampungan, hutan pinus, lembah Perkebunan dan ruang sungai yang lebar. Sejumlah ruas sungai mengalami pengikisan atau abrasi.
Pendek cerita, ada sejumlah desa yang dilewati jika hendak ke puncak Ulusalu, desa yang disebut dihuni oleh warga Luwu dan mereka yang secara emsosional punya relasi sosiologis dengan Enrekang.
Perjalanan ke Ulusalu pada Ahad, 4/2/2024 tidak mudah sebab sejumlah ruas rusak dan sulit dilalui roda empat.
Suasana memburuk sebab hujan turun dan membuat jalur licin. Setelah dua jam perjalanan akhirnya sampai di Dusun Gamaru di bahu Latimojong.
Nampaknya, Ulusalu adalah simbol betapa pembangunan di Luwu Raya belum sepenuhnya berhasil memenuhi azas keadilan atau pemerataan. Banyak warga kita kesulitan mengakses jalan baik terutama dari poros Trans Sulawesi menuju Bajo dan tembus ke Dusun Gamaru Ulusalu.
Jalan berkelok, di sana sini masih banyak lubang dan potensi longsor sangat besar, ini berisiko bagi warga.
“Agar penjualan komoditi seperti kakao, cengkeh, kopi hingga jagung bisa lebih baik harganya atau dibawa ke kota tapi dengan biaya rendah,” kata Lukman Sampeteke, Imam Gamaru saat bertemu penulis.
Apa kabar pak Lukman sekarang?
Penulis Denun